Here are the pages of my life. The pictures may only show the fun sides of my life for I don't regret any single moment in life. Enjoy the pages! I hope you guys enjoy them as much as I do... -March 7, 2005-
Saturday, December 31, 2005
Tuesday, December 27, 2005
Ternyata Jepang itu Berbeda-Beda Loh!
Serba ternyata!
Kalau hari ini gak ikutan acara Pertukaran Budaya, kita (baca: gw!) mungkin banget gak tau kalo Jepang ternyata berbeda-beda! Hari ini, kita diundang mengikuti acara pertukaran budaya di distrik Kodama, tetangga sebelah Honjo. Bukan kebudayaan Indonesia yang ditukar dengan kebudayaan Jepang, tapi kebudayaan orang-orang Jepang di Saitama yang ditukar dengan kebudayaan orang-orang Jepang di Okinawa! Cerita lengkapnya, lihat di tempat Papap, yak!
Di acara itu, Kobayashi-san, guide kita, menjelaskan kalau kebudayaan orang-orang Okinawa berbeda sekali dengan kebudayaan orang-orang Jepang lainnya. Bahkan, generasi muda Okinawa sekarang, sebagian besar sudah tidak bisa berkomunikasi dengan nenek-kakek mereka karena perbedaan bahasa! Aih! Bahasanya pun berbeda!
Oke, pelajaran sejarah dimulai...
Sampai hari ini, seenggaknya sebelum penjelasan Kobayashi-san, gw taunya Jepang itu homogen: etnisnya, budayanya, bahasanya, dsb dll. Hampir benar! Ternyata, kehomogenan Jepang itu karena buatan -atau, bahasa lainnya, reinforced lah. Hadirin sekalian tau Ainu? Yang katanya etnis asli Jepang? Nah, ternyata, orang-orang Jepang yang sekarang menyebut dirinya dengan Nihonjin atau orang Jepang, bukan, sekali lagi, bukan keturunan Ainu!
Jadi, dulunya, orang-orang Ainu sudah lebih dulu menetap di kepulauan Jepang ini. Lalu datanglah etnis baru yang sekarang menyebut dirinya dengan orang Jepang. Tadinya orang Ainu dan orang Jepang bergaul dengan baik. Tapi lama kelamaan, orang Ainu dan kebudayaannya tergeser oleh etnis baru ini. Lalu, orang Jepang melancarkan kebijakan mengasimilasikan orang-orang Ainu dan budayanya dan bahasanya ke budaya Jepang, supaya semua bersatu dibawah bendera Jepang, dibawah kaisar Jepang. Begitu.
Nah, kalau orang Okinawa lain lagi. Mereka malah tadinya berupa 'kerajaan' sendiri, afiliasi dari Cina. Kemudian pada tahun 1600-an, kerajaan ini diinvasi oleh Jepang. Wajarlah kalau kebudayaan orang Okinawa berbeda banget dengan kebudayaan Jepang daratan. Lah, mereka punya nenek moyang berbeda. Kemudian pada pemerintahan kaisar Meiji, kerajaan ini malah hanya dijadikan prefecture saja. Nama asli Okinawa -Ryukyu- diubah menjadi Okinawa, dan penduduknya dimerger menjadi warga negara Jepang. Kebijakan seperti ini diambil demi cita-cita Jepang (ber)Satu! Namun, nasib orang Okinawa, berubah lagi waktu Jepang kalah perang. Kepulauan ini diambil alih oleh Amerika selama 27 tahun! Sampai sekarang pun, masih ada basis besar militer Amerika disana. Kalau kata Kobayashi-san, ini membuat anak-anak Okinawa lebih melek bahasa Inggris daripada anak-anak Jepang di daerah laen :) Sekarang, Okinawa sudah balik lagi ke pemerintah Jepang. Dari pelajaran hari ini, ternyata, masih ada perbedaan kebudayaan disana.
Begitulah, penemuan gw hari ini. Terus terang, pengetahuan baru ini selain membuat gw berkata, "Oh?!" juga membuat gw geli. Entah Kobayashi-san tau/tidak kalau yang disebut orang Indonesia malah berbeda-beda-beda-beda-beda-beda...
Tapi tetep satu kan (pakai ! bukan pakai?).
picture: getty image
Kalau hari ini gak ikutan acara Pertukaran Budaya, kita (baca: gw!) mungkin banget gak tau kalo Jepang ternyata berbeda-beda! Hari ini, kita diundang mengikuti acara pertukaran budaya di distrik Kodama, tetangga sebelah Honjo. Bukan kebudayaan Indonesia yang ditukar dengan kebudayaan Jepang, tapi kebudayaan orang-orang Jepang di Saitama yang ditukar dengan kebudayaan orang-orang Jepang di Okinawa! Cerita lengkapnya, lihat di tempat Papap, yak!
Di acara itu, Kobayashi-san, guide kita, menjelaskan kalau kebudayaan orang-orang Okinawa berbeda sekali dengan kebudayaan orang-orang Jepang lainnya. Bahkan, generasi muda Okinawa sekarang, sebagian besar sudah tidak bisa berkomunikasi dengan nenek-kakek mereka karena perbedaan bahasa! Aih! Bahasanya pun berbeda!
Oke, pelajaran sejarah dimulai...
Sampai hari ini, seenggaknya sebelum penjelasan Kobayashi-san, gw taunya Jepang itu homogen: etnisnya, budayanya, bahasanya, dsb dll. Hampir benar! Ternyata, kehomogenan Jepang itu karena buatan -atau, bahasa lainnya, reinforced lah. Hadirin sekalian tau Ainu? Yang katanya etnis asli Jepang? Nah, ternyata, orang-orang Jepang yang sekarang menyebut dirinya dengan Nihonjin atau orang Jepang, bukan, sekali lagi, bukan keturunan Ainu!
Jadi, dulunya, orang-orang Ainu sudah lebih dulu menetap di kepulauan Jepang ini. Lalu datanglah etnis baru yang sekarang menyebut dirinya dengan orang Jepang. Tadinya orang Ainu dan orang Jepang bergaul dengan baik. Tapi lama kelamaan, orang Ainu dan kebudayaannya tergeser oleh etnis baru ini. Lalu, orang Jepang melancarkan kebijakan mengasimilasikan orang-orang Ainu dan budayanya dan bahasanya ke budaya Jepang, supaya semua bersatu dibawah bendera Jepang, dibawah kaisar Jepang. Begitu.
Nah, kalau orang Okinawa lain lagi. Mereka malah tadinya berupa 'kerajaan' sendiri, afiliasi dari Cina. Kemudian pada tahun 1600-an, kerajaan ini diinvasi oleh Jepang. Wajarlah kalau kebudayaan orang Okinawa berbeda banget dengan kebudayaan Jepang daratan. Lah, mereka punya nenek moyang berbeda. Kemudian pada pemerintahan kaisar Meiji, kerajaan ini malah hanya dijadikan prefecture saja. Nama asli Okinawa -Ryukyu- diubah menjadi Okinawa, dan penduduknya dimerger menjadi warga negara Jepang. Kebijakan seperti ini diambil demi cita-cita Jepang (ber)Satu! Namun, nasib orang Okinawa, berubah lagi waktu Jepang kalah perang. Kepulauan ini diambil alih oleh Amerika selama 27 tahun! Sampai sekarang pun, masih ada basis besar militer Amerika disana. Kalau kata Kobayashi-san, ini membuat anak-anak Okinawa lebih melek bahasa Inggris daripada anak-anak Jepang di daerah laen :) Sekarang, Okinawa sudah balik lagi ke pemerintah Jepang. Dari pelajaran hari ini, ternyata, masih ada perbedaan kebudayaan disana.
Begitulah, penemuan gw hari ini. Terus terang, pengetahuan baru ini selain membuat gw berkata, "Oh?!" juga membuat gw geli. Entah Kobayashi-san tau/tidak kalau yang disebut orang Indonesia malah berbeda-beda-beda-beda-beda-beda...
Tapi tetep satu kan (pakai ! bukan pakai?).
picture: getty image
Monday, December 26, 2005
Tahun dengan Ternyata
Sudah dekat akhir tahun berarti sudah musimnya orang-orang bikin rangkuman akhir tahun atau resolusi tahun baru. Macam stasiun tivi lah. Terus terang, gw gak tau harus bikin yang mana, karena... begituuuuuu banyak yang harus ditulis nantinya. Daripada bikin hadirin sekalian tertidur pulas di depan blog gw (hayah!) dan bikin si murid satu ini komentar tentang me being narcissistic (helloooo... me? narcissistic? dari dulu lage! hehehe...), akhirnya tulisan edisi spesial akhir tahun gw berjudul Tahun dengan Ternyata. Isinya? Penemuan Ternyata-ternyata gw di tahun 2005.
Sebagai cerita pengantar -walopun mungkin para hadirin udah pada tau-, tahun 2005 ini tahun dimana gw pindah ke negeri baru, jauh dari sanak sodara handai taulan di kampung. Kebayanglah sgimana banyaknya ternyata yang gw temuin di tahun ini. Beberapa dari kalian pasti bisa menebak deh ternyata-ternyata apa aja yang bakal gw tulis. So, kalo mo maen-maen sedikit, silahkan ambil kertas, tulis tebakan anda tentang ternyata gw, lalu baru mulai membaca sisa tulisan ini. Hayo, berapa banyak tebakan yang benar? Mari kita mulai saja...
1) Ternyata musim dingin itu gak seindah musim dingin yang sering gw liat di film-film, secara di film-film itu para pemainnya gak keliatan menggigil dangdut walopun salju berjatuhan disekelilingnya :( Untuk hal musim dingin ini, ada dua orang yang bisa gw quote perkataannya. Yg pertama teman gw TH yang bilang, "Elu gak bakalan inget gaya kalo kedinginan, tau!" (waktu gw lagi milih perlengkapan winter di Jakarta. Gw gak mau beli kupluk pilihan dia yg tampilannya gak gaya banget...). Yg kedua bokap gw yang bilang, "Emangnya musim dingin itu enak?!" (waktu gw ngebujuk dia ngikut ke sini dng iming-iming bisa liat salju. Gw lupa kalo dia pernah bergumul dng salju melulu selama 8 tahun di deketnya Siberia sana...)
2) Ternyata maen ski itu lebih dari sekedar nyerosot turun bukit salju dengan papan dibawah kaki! Gw bahkan gak bisa bikin kaki bersepatu ski itu terangkat dari salju!
3) Ternyata model baju ski tahun 2005 udah beda dengan model baju ski tahun 1980-an... Gw juga baru tau (ternyata) bahkan untuk maen ski pun bisa saltum. (kuning, pula!)
4) Ternyata tipe/ukuran rumah sangat sederhana di Indonesia itu gak pantes dibilang sangat sederhana! You have no idea what a small house is before you see houses in Japan! Kecuali gw punya duit banyakkkkkkkk banget (catet!) sehingga gw sanggup bayar asisten lebih dari 3, gw gak bermimpi lagi punya rumah gede. Size doesn't matter. Isinya itu loh yang ngaruh hehehe...
5) Ternyata gw bisa masak tanpa meracuni orang lain(!). Beberapa masakan memang gagal, dan tidak begitu enak rasanya (:b) tapi toh gak bikin orang lain diare, gitu. Gw bahkan udah berhasil bikin anteran Lebaran (I did it, I did it, I did it, horray!), walopun masih blum bisa ngebedain semua jenis bumbu masak dan kegunaannya masing-masing. Resepnya: liat postingan gw tanggal 12 July 2005 -The Ultimate Guide to Conquer My Kitchen. Dan masih soal memasak pula, ternyata kecap dan mentega gak bisa dipake buat nyembuhin luka kena minyak goreng panas!!!!!
6) Ternyata I still can't stand Japanese food! Ya, gw masih gak bisa makan sushi, soba (Mie dingin?! Weks!), sashimi dan yang lainnya yang mentah-mentah. Gw cuma bisa menikmati makan oden, miso soup, yakitori, Jap curry, tendon (tempura-donburi), udon, dan katsu-katsu (kecuali tonkatsu: daging babi goreng). Blum brani makan ramen, shabu-shabu, gyoza, sukiyaki dan banyak makanan laen yang berdaging karena kebanyakan daging memakai daging B. Gw juga blum mampu menikmati banyak makanan lain karena kebanyakan makanan asli sini tasteless atau terlalu asem buat gw (misal okonomiyaki yang gak ada rasanya dan onigiri yang berasa cuka banget). If some people say I'm plain stupid for not being able to like Jap food, I'd say I'd rather be stupid.
7) Ternyata gw bisa jadi full-time mom dan full-time housewife tanpa sekalipun pernah merasa pengen bunuh diri, seperti yang dikuatirkan banyak teman di kampung kekekekeksss.... Kecuali bagian harus memasak saat tidak mood, dan harus memaksa Hikari saat tidak sabar, gw sedang menikmati hidup!
8) Ternyata film-film di tivi Jepang lebih jadul dari pada di kampung dulu. Lebih ternyata lagi, film-film di bioskop Jepang, lebih telat dari bioskop di kampung! Trus, kalo mo di-ternyata-in lagi, disini lebih susah nyari barang-barang import berbahasa Inggris (cd musik/film/buku), kecuali beli online. Dan ternyata lagi, yang komplain tentang ini bukan cuma gw, tapi juga para warga negara-negara berbahasa Inggris (temen gw asal Inggris sampe beli bajakan cd n dvd tiap kali liburan ke Thailand hehe...)
9) Ternyata weather news itu penting! Dan ternyata ada banyak lagi informasi yang harus gw perhatiin selain ngeliatin simbol-simbol cuaca matahari-hujan-awan-salju aja, karena gak ada simbol tentang sberapa besar angin bertiup or dari mana angin itu bertiup n apa akibatnya ;b
10) Ternyata gw masih inget naek sepeda setelah terakhir naek sepeda tahun 1991, walopun sempet nyerempet dikit n jatuh nyusruk sekali (lagi hujan angin bo!). Tentang sepeda pula, ternyata semua sepeda disini ada 'STNK'nya! Jadi polisi bisa tau pemilik tiap sepeda di Jepang. Trus ternyata lagi, naik sepeda disini gak boleh boncengan! Bisa disemprit n didenda polisi kalo nekat boncengan. Dan ternyata pula, kalo udah gelap, lampu sepeda harus dinyalain. Kalo gak, (n kalo lagi sial) bisa disemprit n didenda lagi sama polisi. Gw pernah kena stop sekali tapi berhubung gw orang asing, cuma dinasihatin baek-baek hehe...
10+) Ternyata, gw bisa juga jadi blogger! :) Berbekal rasa penasaran, rasa berhutang karena nelantarin blog Papap, rasa terimakasih karena udah dibikinin blog dan disemangati ngeblog oleh teman-teman, gw udah ngeblog selama 9 bulan! Malah sekarang udah punya keluarga blogger. Internet connection does matter, ternyata yak...
Ternyata, tulisan ini panjang juga yak?!
Masih banyak ternyata lagi. Tapi gw memutuskan -untuk sementara- berhenti disini dulu. Kalau para hadirin masih ingin baca ternyata yang lain, silahkan penuhi komen dibawah ini ;b dan mungkin gw akan meneruskan dengan Ternyata Bagian II. Siapa tau tulisan panjang lebar tak ada juntrungannya ini bisa membuat anda mengantuk dan menyembuhkan penyakit insomnia anda...
pictures: gettyimage, corbis.
Sebagai cerita pengantar -walopun mungkin para hadirin udah pada tau-, tahun 2005 ini tahun dimana gw pindah ke negeri baru, jauh dari sanak sodara handai taulan di kampung. Kebayanglah sgimana banyaknya ternyata yang gw temuin di tahun ini. Beberapa dari kalian pasti bisa menebak deh ternyata-ternyata apa aja yang bakal gw tulis. So, kalo mo maen-maen sedikit, silahkan ambil kertas, tulis tebakan anda tentang ternyata gw, lalu baru mulai membaca sisa tulisan ini. Hayo, berapa banyak tebakan yang benar? Mari kita mulai saja...
1) Ternyata musim dingin itu gak seindah musim dingin yang sering gw liat di film-film, secara di film-film itu para pemainnya gak keliatan menggigil dangdut walopun salju berjatuhan disekelilingnya :( Untuk hal musim dingin ini, ada dua orang yang bisa gw quote perkataannya. Yg pertama teman gw TH yang bilang, "Elu gak bakalan inget gaya kalo kedinginan, tau!" (waktu gw lagi milih perlengkapan winter di Jakarta. Gw gak mau beli kupluk pilihan dia yg tampilannya gak gaya banget...). Yg kedua bokap gw yang bilang, "Emangnya musim dingin itu enak?!" (waktu gw ngebujuk dia ngikut ke sini dng iming-iming bisa liat salju. Gw lupa kalo dia pernah bergumul dng salju melulu selama 8 tahun di deketnya Siberia sana...)
2) Ternyata maen ski itu lebih dari sekedar nyerosot turun bukit salju dengan papan dibawah kaki! Gw bahkan gak bisa bikin kaki bersepatu ski itu terangkat dari salju!
3) Ternyata model baju ski tahun 2005 udah beda dengan model baju ski tahun 1980-an... Gw juga baru tau (ternyata) bahkan untuk maen ski pun bisa saltum. (kuning, pula!)
4) Ternyata tipe/ukuran rumah sangat sederhana di Indonesia itu gak pantes dibilang sangat sederhana! You have no idea what a small house is before you see houses in Japan! Kecuali gw punya duit banyakkkkkkkk banget (catet!) sehingga gw sanggup bayar asisten lebih dari 3, gw gak bermimpi lagi punya rumah gede. Size doesn't matter. Isinya itu loh yang ngaruh hehehe...
5) Ternyata gw bisa masak tanpa meracuni orang lain(!). Beberapa masakan memang gagal, dan tidak begitu enak rasanya (:b) tapi toh gak bikin orang lain diare, gitu. Gw bahkan udah berhasil bikin anteran Lebaran (I did it, I did it, I did it, horray!), walopun masih blum bisa ngebedain semua jenis bumbu masak dan kegunaannya masing-masing. Resepnya: liat postingan gw tanggal 12 July 2005 -The Ultimate Guide to Conquer My Kitchen. Dan masih soal memasak pula, ternyata kecap dan mentega gak bisa dipake buat nyembuhin luka kena minyak goreng panas!!!!!
6) Ternyata I still can't stand Japanese food! Ya, gw masih gak bisa makan sushi, soba (Mie dingin?! Weks!), sashimi dan yang lainnya yang mentah-mentah. Gw cuma bisa menikmati makan oden, miso soup, yakitori, Jap curry, tendon (tempura-donburi), udon, dan katsu-katsu (kecuali tonkatsu: daging babi goreng). Blum brani makan ramen, shabu-shabu, gyoza, sukiyaki dan banyak makanan laen yang berdaging karena kebanyakan daging memakai daging B. Gw juga blum mampu menikmati banyak makanan lain karena kebanyakan makanan asli sini tasteless atau terlalu asem buat gw (misal okonomiyaki yang gak ada rasanya dan onigiri yang berasa cuka banget). If some people say I'm plain stupid for not being able to like Jap food, I'd say I'd rather be stupid.
7) Ternyata gw bisa jadi full-time mom dan full-time housewife tanpa sekalipun pernah merasa pengen bunuh diri, seperti yang dikuatirkan banyak teman di kampung kekekekeksss.... Kecuali bagian harus memasak saat tidak mood, dan harus memaksa Hikari saat tidak sabar, gw sedang menikmati hidup!
8) Ternyata film-film di tivi Jepang lebih jadul dari pada di kampung dulu. Lebih ternyata lagi, film-film di bioskop Jepang, lebih telat dari bioskop di kampung! Trus, kalo mo di-ternyata-in lagi, disini lebih susah nyari barang-barang import berbahasa Inggris (cd musik/film/buku), kecuali beli online. Dan ternyata lagi, yang komplain tentang ini bukan cuma gw, tapi juga para warga negara-negara berbahasa Inggris (temen gw asal Inggris sampe beli bajakan cd n dvd tiap kali liburan ke Thailand hehe...)
9) Ternyata weather news itu penting! Dan ternyata ada banyak lagi informasi yang harus gw perhatiin selain ngeliatin simbol-simbol cuaca matahari-hujan-awan-salju aja, karena gak ada simbol tentang sberapa besar angin bertiup or dari mana angin itu bertiup n apa akibatnya ;b
10) Ternyata gw masih inget naek sepeda setelah terakhir naek sepeda tahun 1991, walopun sempet nyerempet dikit n jatuh nyusruk sekali (lagi hujan angin bo!). Tentang sepeda pula, ternyata semua sepeda disini ada 'STNK'nya! Jadi polisi bisa tau pemilik tiap sepeda di Jepang. Trus ternyata lagi, naik sepeda disini gak boleh boncengan! Bisa disemprit n didenda polisi kalo nekat boncengan. Dan ternyata pula, kalo udah gelap, lampu sepeda harus dinyalain. Kalo gak, (n kalo lagi sial) bisa disemprit n didenda lagi sama polisi. Gw pernah kena stop sekali tapi berhubung gw orang asing, cuma dinasihatin baek-baek hehe...
10+) Ternyata, gw bisa juga jadi blogger! :) Berbekal rasa penasaran, rasa berhutang karena nelantarin blog Papap, rasa terimakasih karena udah dibikinin blog dan disemangati ngeblog oleh teman-teman, gw udah ngeblog selama 9 bulan! Malah sekarang udah punya keluarga blogger. Internet connection does matter, ternyata yak...
Ternyata, tulisan ini panjang juga yak?!
Masih banyak ternyata lagi. Tapi gw memutuskan -untuk sementara- berhenti disini dulu. Kalau para hadirin masih ingin baca ternyata yang lain, silahkan penuhi komen dibawah ini ;b dan mungkin gw akan meneruskan dengan Ternyata Bagian II. Siapa tau tulisan panjang lebar tak ada juntrungannya ini bisa membuat anda mengantuk dan menyembuhkan penyakit insomnia anda...
pictures: gettyimage, corbis.
Sunday, December 25, 2005
Monday, December 19, 2005
Berita dari Kampung
*Sungguh, ini posting bukan untuk meremehkan yang tidak bisa diremehkan.
Barusan, stasiun TV Jepang mengangkat berita tentang Flu Burung. Didalam berita itu muncul liputan dari Jakarta, Indonesia. Flu burung ini ternyata ditelusuri sampai ke tanah airku tumpah darahku. Plus, statistik yang menyatakan bahwa korban terbanyak berasal dari Indonesia(!). Lalu ada gambarnya peternakan ayam dan orang-orang (yang kayaknya dari pemerintah) lagi membakar unggas. Trus ada foto sepasang suami istri, yang istrinya jadi korban (meninggal) flu burung. Si suami kemudian diwawancara, berikut dokter, dan seorang ahli.
Berikut percakapan gw dan Papap pas ngeliat berita itu (dan setelah ngeliat foto pasangan tersebut):
"Waduh, pake ada fotonya segala."
Papap ketawa-tiwi.
"Kita aja yang disini gak pernah masuk tipi."
Hihihi... Papap masih ketawa, "kalo mau masuk tipi, kena virus flu burung dulu."
Gantian gw yang ketawa-tiwi.
"Ataw, nyolong terong dulu."
Kita ketawa bareng.
Sedikit info -soal terong tadi-, ceritanya begini: Waktu lagi rame-rame ngobrol ngalur-ngidul sesama orang Indonesia, kita ngebahas tentang buah khas Jepang bernama Kaki (persimmons). Sensei gw sering ngebawain kita buah ini. Berplastik-plastik banyaknya. Trus segitu banyak buah Kaki tadi, kita distribusikan ke (hampir) seluruh penghuni dorm. Nah, obrolan berlanjut sampai ke soal,
"Bilangin Sensei. Jangan cuma Kaki aja. Buah yang lain pun kita juga doyan."
"Iya, jangan-jangan disangkanya kita gak doyan buah yang laen."
Hehhehehe... ada aja lah...
Trus obrolan meluas ke,
"Orang-orang Jepang ini udah pada eneg kali makan Kaki. Sering banget kita liat buah satu pohon dibiarin jatuh n busuk."
Memang, kita sering gak tega lihat buah-buahan dan sayuran disini yang sering dibiarin tergeletak tak disentuh pemiliknya.
"Di deket situ, ada kebun terong yang buahnya dibiarin aja sampe busuk di pohon. Gak ada yang ngambil."
"Sayang banget deh liatnya."
"Kalo di Indonesia udah diambilin tuh."
"Kita minta aja yuk, sama orangnya. Kali aja dikasih."
"Bisa buat makan orang satu dorm tuh buah n sayur yang pada dicuekin."
"Diambil satu, dia tau gak ya?"
"Wah, entar ada berita di tipi-tipi lagi: Kandidat Master dari Indonesia Nyolong Terong!"
Begitulah latar belakang komentar 'nyolong terong dulu'.
Kenapa sih gw kok abis ngomongin flu burung trus ngomongin nyolong terong?
Moral of the story-nya sih begini: Walopun yang satu fakta n yang satu lagi masih probabilitas, dua-dua cerita mengisahkan Indonesia dan tentunya tentang orang-orang Indonesia juga. Dua-dua cerita juga sama-sama cerita gak enak. Negatip lah: yang satu tentang wabah penyakit, satu lagi tentang nyolong. Dua-dua cerita mempunyai kesan dihati gw yang trus ngebatin: "Duh, jangan lagi deh, muncul berita yang negatif doang tentang kampung gw, atopun tentang orang Indonesia."
Malu gak sih?
Barusan, stasiun TV Jepang mengangkat berita tentang Flu Burung. Didalam berita itu muncul liputan dari Jakarta, Indonesia. Flu burung ini ternyata ditelusuri sampai ke tanah airku tumpah darahku. Plus, statistik yang menyatakan bahwa korban terbanyak berasal dari Indonesia(!). Lalu ada gambarnya peternakan ayam dan orang-orang (yang kayaknya dari pemerintah) lagi membakar unggas. Trus ada foto sepasang suami istri, yang istrinya jadi korban (meninggal) flu burung. Si suami kemudian diwawancara, berikut dokter, dan seorang ahli.
Berikut percakapan gw dan Papap pas ngeliat berita itu (dan setelah ngeliat foto pasangan tersebut):
"Waduh, pake ada fotonya segala."
Papap ketawa-tiwi.
"Kita aja yang disini gak pernah masuk tipi."
Hihihi... Papap masih ketawa, "kalo mau masuk tipi, kena virus flu burung dulu."
Gantian gw yang ketawa-tiwi.
"Ataw, nyolong terong dulu."
Kita ketawa bareng.
Sedikit info -soal terong tadi-, ceritanya begini: Waktu lagi rame-rame ngobrol ngalur-ngidul sesama orang Indonesia, kita ngebahas tentang buah khas Jepang bernama Kaki (persimmons). Sensei gw sering ngebawain kita buah ini. Berplastik-plastik banyaknya. Trus segitu banyak buah Kaki tadi, kita distribusikan ke (hampir) seluruh penghuni dorm. Nah, obrolan berlanjut sampai ke soal,
"Bilangin Sensei. Jangan cuma Kaki aja. Buah yang lain pun kita juga doyan."
"Iya, jangan-jangan disangkanya kita gak doyan buah yang laen."
Hehhehehe... ada aja lah...
Trus obrolan meluas ke,
"Orang-orang Jepang ini udah pada eneg kali makan Kaki. Sering banget kita liat buah satu pohon dibiarin jatuh n busuk."
Memang, kita sering gak tega lihat buah-buahan dan sayuran disini yang sering dibiarin tergeletak tak disentuh pemiliknya.
"Di deket situ, ada kebun terong yang buahnya dibiarin aja sampe busuk di pohon. Gak ada yang ngambil."
"Sayang banget deh liatnya."
"Kalo di Indonesia udah diambilin tuh."
"Kita minta aja yuk, sama orangnya. Kali aja dikasih."
"Bisa buat makan orang satu dorm tuh buah n sayur yang pada dicuekin."
"Diambil satu, dia tau gak ya?"
"Wah, entar ada berita di tipi-tipi lagi: Kandidat Master dari Indonesia Nyolong Terong!"
Begitulah latar belakang komentar 'nyolong terong dulu'.
Kenapa sih gw kok abis ngomongin flu burung trus ngomongin nyolong terong?
Moral of the story-nya sih begini: Walopun yang satu fakta n yang satu lagi masih probabilitas, dua-dua cerita mengisahkan Indonesia dan tentunya tentang orang-orang Indonesia juga. Dua-dua cerita juga sama-sama cerita gak enak. Negatip lah: yang satu tentang wabah penyakit, satu lagi tentang nyolong. Dua-dua cerita mempunyai kesan dihati gw yang trus ngebatin: "Duh, jangan lagi deh, muncul berita yang negatif doang tentang kampung gw, atopun tentang orang Indonesia."
Malu gak sih?
I Wasn't Born for Winter!
Yup, right! I got that confirmed by this year's winter, and it's not even snowing yet :(
Whenever I look out of the window, the view is always deceiving: Bright and Sunny, even the sunray looks like it's still summer. The trees stand still, no wind blows. No snow. And the most deceiving view in our every day's life is the sight of senior high school students (whose school is just across the dorm) still wearing light jacket, and that's all! BUT, like I said before, it's all deceiving! When I actually set my feet out, it's FREEZING! So freezing enough for some wild cats living around the dorm and forest that all of them died last week!
Yesterday, thinking (after peeping out of the window) that the weather was warm and sunny enough to go out, I decided to attend my Japanese class in Honjo cultural center. Besides, yesterday was the last session of this year. I've learned from the past experience, though, never to trust the appearance of the weather 'that' much, so I wore a thick shirt (long-sleeved), a thick sweater (long-sleeved too), and a winter jacket. Plus, I also wore wool scarf, wool cap, gloves, thick socks, and thick sport shoes.
Did they work?
No!
While I rode the bike down the hill, the wind blew very hard. That wind was so cold, it made my ears hurt! (those ears were hidden in my wool cap!). That wind was also so hard that some bikers just stopped to wait for it to cool down, including me. When I arrived at the place, I was shaking, freezing, and red! I couldn't even make my mouth say Ohayo to my Sensei(s).
Trembling like hell and frozen like ice, I entered the class.
One of my Sensei said, "Today (Sunday) is the coldest day of the month. There is this freezing wind coming from Siberia!"
"How do you know?"
"Oh, it's everywhere. TVs, radios, newspapers."
Yea, right. And I missed any of them.
Today, I didn't even dare to go out. Well, except for the morning routine of waiting for Hikari's school bus in front of the dorm. While I'm typing this thing, the wind is blowing so hard outside. How do I know? Well, the window is just some centimeters away from my right side. Then I received this email from a friend in Fukaya, a city next to Honjo. He said 'Put on your thickest jacket! There is cold wind from Siberia!'
Now, I've got this familiar feeling that everybody knows everything, but me.
I remember what happened last year. Being Jakartans, we didn't care much about weather report. We ended up ice-like whenever we went out...
So, I've determined it's NOT going to happen again this year! No way! We have prepared all of the equipment necessary for the winter! We have sworn to always wear quadruple clothes! We have bought Salonpas-kind-of-thing to be put on our body as body warmer! We have done everything we can think of to avoid being beaten by this winter!
We forgot one thing, though.
We don't have the necessary language skills to understand what the news says about the weather.
picture: image.com
Whenever I look out of the window, the view is always deceiving: Bright and Sunny, even the sunray looks like it's still summer. The trees stand still, no wind blows. No snow. And the most deceiving view in our every day's life is the sight of senior high school students (whose school is just across the dorm) still wearing light jacket, and that's all! BUT, like I said before, it's all deceiving! When I actually set my feet out, it's FREEZING! So freezing enough for some wild cats living around the dorm and forest that all of them died last week!
Yesterday, thinking (after peeping out of the window) that the weather was warm and sunny enough to go out, I decided to attend my Japanese class in Honjo cultural center. Besides, yesterday was the last session of this year. I've learned from the past experience, though, never to trust the appearance of the weather 'that' much, so I wore a thick shirt (long-sleeved), a thick sweater (long-sleeved too), and a winter jacket. Plus, I also wore wool scarf, wool cap, gloves, thick socks, and thick sport shoes.
Did they work?
No!
While I rode the bike down the hill, the wind blew very hard. That wind was so cold, it made my ears hurt! (those ears were hidden in my wool cap!). That wind was also so hard that some bikers just stopped to wait for it to cool down, including me. When I arrived at the place, I was shaking, freezing, and red! I couldn't even make my mouth say Ohayo to my Sensei(s).
Trembling like hell and frozen like ice, I entered the class.
One of my Sensei said, "Today (Sunday) is the coldest day of the month. There is this freezing wind coming from Siberia!"
"How do you know?"
"Oh, it's everywhere. TVs, radios, newspapers."
Yea, right. And I missed any of them.
Today, I didn't even dare to go out. Well, except for the morning routine of waiting for Hikari's school bus in front of the dorm. While I'm typing this thing, the wind is blowing so hard outside. How do I know? Well, the window is just some centimeters away from my right side. Then I received this email from a friend in Fukaya, a city next to Honjo. He said 'Put on your thickest jacket! There is cold wind from Siberia!'
Now, I've got this familiar feeling that everybody knows everything, but me.
I remember what happened last year. Being Jakartans, we didn't care much about weather report. We ended up ice-like whenever we went out...
So, I've determined it's NOT going to happen again this year! No way! We have prepared all of the equipment necessary for the winter! We have sworn to always wear quadruple clothes! We have bought Salonpas-kind-of-thing to be put on our body as body warmer! We have done everything we can think of to avoid being beaten by this winter!
We forgot one thing, though.
We don't have the necessary language skills to understand what the news says about the weather.
picture: image.com
Tuesday, December 13, 2005
(Ternyata) Gw Kecanduan Kopi!
Kalo ada orang-orang yang sehari-hari bergaul sama gw (read: temen kantor) baca judul postingan ini, pasti bakal komentar, "Dooh, baru tau?!"
Hahahahha....
Tenang, saudara-saudara. Gw juga udah tau kalo gw pecandu dari dulu. Dari jamannya gw nyolong-nyolong minum kopi tubruk bokap waktu gw masih SD dulu. Gw juga udah tau soal nyandu itu dari jamannya gw mulai berani ngabisin jatah kopi bokap gw waktu SMP. Gw juga udah tau kalo gw coffee addict dari jamannya gw rebutan segelas kopi tiap pagi sama nyokap. Gw juga makin tau kalo gw tambah kecanduan waktu seminggu sekali gw bisa ngabisin satu dus kopi jadi yang lebelnya Cappuccini-something jaman gw kuliah dulu. Dan gw makin yakin kalo gw emang bener-bener udah kecanduan kopi dari jamannya gw ngerodi, pagi kerja-malam kuliah. Tau deh gw, kalo gw itu pecandu kopi.
Yang bikin gw menulis judul kalo TERNYATA gw kecanduan kopi adalah gara-gara deadline bertumpuk sejak kurang lebih sebulan lalu!
Biasanya, gw nyetok satu liter kopi coffee-au-late udah jadi dalam kemasan kerdus susu untuk 3 hari. Jadi, 1 liter untuk 3 hari. Sehari berapa mili, kalian itung sendiri. I still don't do numbers! Trus, karena ketibanan deadline bertumpuk-tumpuk, gw jadi nambah konsumsi kopi: 3 hari 2 kerdus alias 2 liter. Trus makin parah. Sehari hampir satu liter. Nah, yang terakhir, gw masih punya sedikit kopi pas hari Sabtu kemarin. Langsung habis tentu saja, dan gw belum bisa beli keluar karena... DINGIN! Hari Minggu malam, gw sabar-sabarin diri dan mulut dan otak. Ayo dong, lupakan kopi, kerjain tuh kerjaan. Lupakan kopi, terus mengetik. Lupakan kopi, terus bekerja. Lupakan kopi, jangan menyerah. Begitu terus sampai Senin siang. Berasa lagi meditasi banget! Berhasil kah?
Ah, you know me better. NGGAK mempan la yaw!
Alhasil pas Senin siang, waktunya gw ngejar deadline (yang jatoh hari Selasanya), gw tewas keblinger. Tiduuurrr, lemeeessss, moody, yawny, tiduuuuurrrrrr lagi sampai tadi pagi. Kalaupun gw berhasil menaruh badan gw di depan kompie, otak gw blank gak keluar ide. Iiiyy!
Si Papap cuman ketawa-tawa. Malah sesumbar, kalo gw gak di injeksi kopi, ide gw gak mau keluar... he does know me very well :( Untunglah, sore tadi, abis pulang kuliah, si Papap ngebeliin gw kopi tercinta, dan selamat lah gw. Kerjaan selesai sebelum hari berganti Rabu! Ah...
Kalo diinget-inget, gw gak inget kapan gw mulai nyicipin n akhirnya doyan kopi.. hehe... Yang pasti gw masih inget bau kopi tubruk (brewed ya?) bokap gw yang haruumm banget. Trus, waktu gw SMA, nyokap gw memperkenalkan kopi instan. Biasanya dia minum kopi instan ini ditambah susu. Koreksi: dia minum kopi ini kalo belum keduluan gw. Lalu pas gw kuliah, gw mulai kenal kopi jadi yang kemasannya seperti kerdus susu tapi kecil. Macem teh kotak. Labelnya cappucini-something. Flavornya yang espresso. Kopi ini susah nyarinya. Cuma ada di supermarket tertentu. Saking ketagihannya gw sama kopi ini, pacar gw dulu (hayo tunjuk tangan) ngebeliin gw kopi ini satu kerdus. Berhubung sebelumnya nyokap gw udah ngancem supaya gw minum kopi gak lebih dari satu gelas sehari, kopi dan kerdusnya gw sembunyiin di bawah kolong tempat tidur. Nyokap gw sih tetep tau. Agen intelejen nomer wahid. Tapi dia gak nanya-nanya. Males kali, toh gw juga bakal tetep ngeles :b
Trus, waktu gw lulus kuliah yang satu n mulai menjalani hidup ngerodi dengan kerja-pagi-kuliah-sore, gw makin gak bisa lepas dari kopi. Di kantor gw yang pertama, tiap gw dateng, di meja gw udah tersedia kopi panas segar nan harum bikinan OB yang baik hati, si Dadang. Nyampe di kampus kedua, gw bakal nongkrong di kantin sambil pesen iced coffee sama Bapak warung kopi, sambil nyuekin temen gw si ABT yang selalu komen, "Elu tuh ya, tiap hari kopi sama indomie melulu. Pake nambah teh botol lagi. Kapan pinternya sih?"
Weits, jangan salah, Man. Gak perlu pinter, yang penting lulus! (kekeks.... jangan ditiru. Begitu Hikari udah bisa baca, postingan ini gw delete!)
Lalu, pada jaman yang sama gw keluar dari kantor satu. Terus jadwal gw jadi: pagi-training guru, siang-les bahasa, atau sore-kuliah. Alhasil, tiap pagi training gw datang ke kelas dengan kopi di tangan. Oh, ya, kopinya udah ganti jadi yang canned-coffee. Dingin. Beberapa minggu pertama, gak ada yang komen. Di tengah-tengah training, ada salah satu trainer yang akhirnya gak tahan juga dan 'mempertanyakan' keberadaan kopi gw.
Aduh, Ma'am. Ini bukan kesalahan anda kalo saya harus membawa kopi ke dalam kelas. Trust me deh, you are not segitu garingnya. Ini kesalahan jadwal training. Training kok pagi-pagi?!
Setelah dijelaskan bahwa gw kuliah sampe malam, dan tidur baru menjelang subuh, barulah trainer gw itu mengerti. Gw pikir masalah kopi gw sampe segitu aja, ternyata pas training berakhir, kesan-pesan teman-teman satu kelas gw adalah D itu anak kecil doyan ngopi sedunia! Ternyata di setiap training yang gw ikutin, gw di 'tandain' dengan kopi. I thought they didn't see..... I thought wrong ah!
Pas gw udah gak ngerodi pagi-kerja-malem-kuliah lagi pun, kebiasaan ngopi masih dipertahankan, walaupun sampe sebulan yang lalu jatahnya masih tetep segelas sehari saja. Tapi gw udah jarang minum kopi tubruk karena males ngebersihin sisa tubrukan kopi di gigi. Kopi instan pun jarang gw minum kecuali pas lagi ada meeting or training (yang laen dong, please). Lagipula, perut gw ternyata bereaksi keras terhadap merek-merek kopi instan terkenal di meeting-meeting. Tau dong, mereknya. Akhirnya, gw menjatuhkan pilihan mencandu pada kopi kaleng Arabica Espresso. Kopi ini waktu awalnya keluar, harganya muahal dan jarang mejeng di warung-warung sederhana. Untungnya, ada temen gw yang hobi ngider ke supermarket. Dia jadi penyalur kopi gw sampe gw cabut dari Indo kemaren ini. Dia selalu nyariin kopi gw itu di tempat yg paling murah, dan sekali beli sekaligus 10 - 15 biji. Tergantung berapa lama dia akan kembali ke supermarket itu. Duh, gw berutang budi dan kopi sama temen satu ini.
Kalo diinget-inget sih, gw pikir, satu kantor gw tuh udah tau banget sama mencandunya gw. Dan, waktu gw sempet kerja nulis-menulis, kecanduan gw akan kopi (dan dengerin cranberries pake earphone) makin menjadi-jadi. Ide baru bisa keluar kalo gw semedi di wc lalu minum kopi. Beberapa teman yang baik hati seringkali mencoba 'ngingetin' gw akan 'bahayanya' ngopi (kaya' gw bisa diingetin aje ehehehe...). Waktu gw hamil, ada boss TH yang selalu ribut kalo gw ngopi. Selesai hamil, rame ibu-ibu yang ribut kalo gw ngopi. Lama-lama makin banyak aja yang ribut tiap kali gw ngeluarin kopi dari kulkas di pantry kantor... hahaha.... Sekarang ini, karena gak bisa ngedapetin kopi kaleng tersebut (dan udah gak tahan sama kopi instan merek Indonesia), gw minum kopi jadi yang dikemas seperti susu kerdus. Di Jepang sini, kopi udah kayak rokok di Indonesia, dimana-mana ada. Coffee shop pun bertebaran. Surga buat penggemar kopi. Buat gw sih, bahaya ngopi hanya dua: maag kambuh kalo kebanyakan minum kopi instan dan kantong kering kalo kebanyakan minum kopi mahal ;b Berhubung dua-dua bahaya itu relatif banget sifatnya gw cuek abis n tetep ngopi. Kalo aja ente tau betapa banyak benefitnya minum kopi, ente pasti nyandu juga.
Hebatnya ngopi:
1) Stimulan. Bikin otak encer (selain gen juga berperan lah), konsentrasi prima. Dari situlah istilah 'coffee break' berasal.
2) Bikin pain killer bekerja efektif, terutama buat migren. Bisa juga nyembuhin asma. (Kan, gw bilang juga apa!)
3) Mengurangi resiko kena diabetes melitus (minum kopinya jangan pake gula coy).
4) Mengurangi resiko kena kanker.
5) Mengurangi resiko kena sakit jantung.
6) Mengurangi kelebihan lemak pada darah.
7) Mengurangi konstipasi. (hayo yang susah kebelakang, silahkan minum kopi pagi-pagi)
8) Menambah kemampuan mengingat jangka pendek. (bisa buat ngapalin nomer telpon cewek cakep, dan cowok cakep tentunya)
9) Menambah IQ! (see!)
10) Membantu menghindari keletihan otot. (buat yang doyan olah raga nih)
Kekurangannya:
Cuma anxiety disorder dan osteoporosis TAPI itupun dengan catatan kalo kita minum kopi lebih dari 8 gelas atau 1.4 liter sehari! You'll be kembung before you drink 8 glasses a day!
Nah, selamat memulai minum kopi!
Hah? Apa? Teh botol?
Iya, iya, gw nyandu itu juga, tapi entar aja ceritanya!
pictures from google image
Hahahahha....
Tenang, saudara-saudara. Gw juga udah tau kalo gw pecandu dari dulu. Dari jamannya gw nyolong-nyolong minum kopi tubruk bokap waktu gw masih SD dulu. Gw juga udah tau soal nyandu itu dari jamannya gw mulai berani ngabisin jatah kopi bokap gw waktu SMP. Gw juga udah tau kalo gw coffee addict dari jamannya gw rebutan segelas kopi tiap pagi sama nyokap. Gw juga makin tau kalo gw tambah kecanduan waktu seminggu sekali gw bisa ngabisin satu dus kopi jadi yang lebelnya Cappuccini-something jaman gw kuliah dulu. Dan gw makin yakin kalo gw emang bener-bener udah kecanduan kopi dari jamannya gw ngerodi, pagi kerja-malam kuliah. Tau deh gw, kalo gw itu pecandu kopi.
Yang bikin gw menulis judul kalo TERNYATA gw kecanduan kopi adalah gara-gara deadline bertumpuk sejak kurang lebih sebulan lalu!
Biasanya, gw nyetok satu liter kopi coffee-au-late udah jadi dalam kemasan kerdus susu untuk 3 hari. Jadi, 1 liter untuk 3 hari. Sehari berapa mili, kalian itung sendiri. I still don't do numbers! Trus, karena ketibanan deadline bertumpuk-tumpuk, gw jadi nambah konsumsi kopi: 3 hari 2 kerdus alias 2 liter. Trus makin parah. Sehari hampir satu liter. Nah, yang terakhir, gw masih punya sedikit kopi pas hari Sabtu kemarin. Langsung habis tentu saja, dan gw belum bisa beli keluar karena... DINGIN! Hari Minggu malam, gw sabar-sabarin diri dan mulut dan otak. Ayo dong, lupakan kopi, kerjain tuh kerjaan. Lupakan kopi, terus mengetik. Lupakan kopi, terus bekerja. Lupakan kopi, jangan menyerah. Begitu terus sampai Senin siang. Berasa lagi meditasi banget! Berhasil kah?
Ah, you know me better. NGGAK mempan la yaw!
Alhasil pas Senin siang, waktunya gw ngejar deadline (yang jatoh hari Selasanya), gw tewas keblinger. Tiduuurrr, lemeeessss, moody, yawny, tiduuuuurrrrrr lagi sampai tadi pagi. Kalaupun gw berhasil menaruh badan gw di depan kompie, otak gw blank gak keluar ide. Iiiyy!
Si Papap cuman ketawa-tawa. Malah sesumbar, kalo gw gak di injeksi kopi, ide gw gak mau keluar... he does know me very well :( Untunglah, sore tadi, abis pulang kuliah, si Papap ngebeliin gw kopi tercinta, dan selamat lah gw. Kerjaan selesai sebelum hari berganti Rabu! Ah...
Kalo diinget-inget, gw gak inget kapan gw mulai nyicipin n akhirnya doyan kopi.. hehe... Yang pasti gw masih inget bau kopi tubruk (brewed ya?) bokap gw yang haruumm banget. Trus, waktu gw SMA, nyokap gw memperkenalkan kopi instan. Biasanya dia minum kopi instan ini ditambah susu. Koreksi: dia minum kopi ini kalo belum keduluan gw. Lalu pas gw kuliah, gw mulai kenal kopi jadi yang kemasannya seperti kerdus susu tapi kecil. Macem teh kotak. Labelnya cappucini-something. Flavornya yang espresso. Kopi ini susah nyarinya. Cuma ada di supermarket tertentu. Saking ketagihannya gw sama kopi ini, pacar gw dulu (hayo tunjuk tangan) ngebeliin gw kopi ini satu kerdus. Berhubung sebelumnya nyokap gw udah ngancem supaya gw minum kopi gak lebih dari satu gelas sehari, kopi dan kerdusnya gw sembunyiin di bawah kolong tempat tidur. Nyokap gw sih tetep tau. Agen intelejen nomer wahid. Tapi dia gak nanya-nanya. Males kali, toh gw juga bakal tetep ngeles :b
Trus, waktu gw lulus kuliah yang satu n mulai menjalani hidup ngerodi dengan kerja-pagi-kuliah-sore, gw makin gak bisa lepas dari kopi. Di kantor gw yang pertama, tiap gw dateng, di meja gw udah tersedia kopi panas segar nan harum bikinan OB yang baik hati, si Dadang. Nyampe di kampus kedua, gw bakal nongkrong di kantin sambil pesen iced coffee sama Bapak warung kopi, sambil nyuekin temen gw si ABT yang selalu komen, "Elu tuh ya, tiap hari kopi sama indomie melulu. Pake nambah teh botol lagi. Kapan pinternya sih?"
Weits, jangan salah, Man. Gak perlu pinter, yang penting lulus! (kekeks.... jangan ditiru. Begitu Hikari udah bisa baca, postingan ini gw delete!)
Lalu, pada jaman yang sama gw keluar dari kantor satu. Terus jadwal gw jadi: pagi-training guru, siang-les bahasa, atau sore-kuliah. Alhasil, tiap pagi training gw datang ke kelas dengan kopi di tangan. Oh, ya, kopinya udah ganti jadi yang canned-coffee. Dingin. Beberapa minggu pertama, gak ada yang komen. Di tengah-tengah training, ada salah satu trainer yang akhirnya gak tahan juga dan 'mempertanyakan' keberadaan kopi gw.
Aduh, Ma'am. Ini bukan kesalahan anda kalo saya harus membawa kopi ke dalam kelas. Trust me deh, you are not segitu garingnya. Ini kesalahan jadwal training. Training kok pagi-pagi?!
Setelah dijelaskan bahwa gw kuliah sampe malam, dan tidur baru menjelang subuh, barulah trainer gw itu mengerti. Gw pikir masalah kopi gw sampe segitu aja, ternyata pas training berakhir, kesan-pesan teman-teman satu kelas gw adalah D itu anak kecil doyan ngopi sedunia! Ternyata di setiap training yang gw ikutin, gw di 'tandain' dengan kopi. I thought they didn't see..... I thought wrong ah!
Pas gw udah gak ngerodi pagi-kerja-malem-kuliah lagi pun, kebiasaan ngopi masih dipertahankan, walaupun sampe sebulan yang lalu jatahnya masih tetep segelas sehari saja. Tapi gw udah jarang minum kopi tubruk karena males ngebersihin sisa tubrukan kopi di gigi. Kopi instan pun jarang gw minum kecuali pas lagi ada meeting or training (yang laen dong, please). Lagipula, perut gw ternyata bereaksi keras terhadap merek-merek kopi instan terkenal di meeting-meeting. Tau dong, mereknya. Akhirnya, gw menjatuhkan pilihan mencandu pada kopi kaleng Arabica Espresso. Kopi ini waktu awalnya keluar, harganya muahal dan jarang mejeng di warung-warung sederhana. Untungnya, ada temen gw yang hobi ngider ke supermarket. Dia jadi penyalur kopi gw sampe gw cabut dari Indo kemaren ini. Dia selalu nyariin kopi gw itu di tempat yg paling murah, dan sekali beli sekaligus 10 - 15 biji. Tergantung berapa lama dia akan kembali ke supermarket itu. Duh, gw berutang budi dan kopi sama temen satu ini.
Kalo diinget-inget sih, gw pikir, satu kantor gw tuh udah tau banget sama mencandunya gw. Dan, waktu gw sempet kerja nulis-menulis, kecanduan gw akan kopi (dan dengerin cranberries pake earphone) makin menjadi-jadi. Ide baru bisa keluar kalo gw semedi di wc lalu minum kopi. Beberapa teman yang baik hati seringkali mencoba 'ngingetin' gw akan 'bahayanya' ngopi (kaya' gw bisa diingetin aje ehehehe...). Waktu gw hamil, ada boss TH yang selalu ribut kalo gw ngopi. Selesai hamil, rame ibu-ibu yang ribut kalo gw ngopi. Lama-lama makin banyak aja yang ribut tiap kali gw ngeluarin kopi dari kulkas di pantry kantor... hahaha.... Sekarang ini, karena gak bisa ngedapetin kopi kaleng tersebut (dan udah gak tahan sama kopi instan merek Indonesia), gw minum kopi jadi yang dikemas seperti susu kerdus. Di Jepang sini, kopi udah kayak rokok di Indonesia, dimana-mana ada. Coffee shop pun bertebaran. Surga buat penggemar kopi. Buat gw sih, bahaya ngopi hanya dua: maag kambuh kalo kebanyakan minum kopi instan dan kantong kering kalo kebanyakan minum kopi mahal ;b Berhubung dua-dua bahaya itu relatif banget sifatnya gw cuek abis n tetep ngopi. Kalo aja ente tau betapa banyak benefitnya minum kopi, ente pasti nyandu juga.
Hebatnya ngopi:
1) Stimulan. Bikin otak encer (selain gen juga berperan lah), konsentrasi prima. Dari situlah istilah 'coffee break' berasal.
2) Bikin pain killer bekerja efektif, terutama buat migren. Bisa juga nyembuhin asma. (Kan, gw bilang juga apa!)
3) Mengurangi resiko kena diabetes melitus (minum kopinya jangan pake gula coy).
4) Mengurangi resiko kena kanker.
5) Mengurangi resiko kena sakit jantung.
6) Mengurangi kelebihan lemak pada darah.
7) Mengurangi konstipasi. (hayo yang susah kebelakang, silahkan minum kopi pagi-pagi)
8) Menambah kemampuan mengingat jangka pendek. (bisa buat ngapalin nomer telpon cewek cakep, dan cowok cakep tentunya)
9) Menambah IQ! (see!)
10) Membantu menghindari keletihan otot. (buat yang doyan olah raga nih)
Kekurangannya:
Cuma anxiety disorder dan osteoporosis TAPI itupun dengan catatan kalo kita minum kopi lebih dari 8 gelas atau 1.4 liter sehari! You'll be kembung before you drink 8 glasses a day!
Nah, selamat memulai minum kopi!
Hah? Apa? Teh botol?
Iya, iya, gw nyandu itu juga, tapi entar aja ceritanya!
pictures from google image
Sunday, December 04, 2005
Presenting Indonesia
The last couple of weeks I'd been busy preparing a presentation about Indonesia for an elementary school in Fukaya, Honjo's neighboring city. The presentation was for the 6th. grade elementary students. This was my first time. I'd never had to do this before, nor that I was equipped with anything. I left Jakarta in such a hurry, I didn't have time to 'bring' some Indonesian stuff, just in case. Besides, these are elementary students! They wouldn't care about numbers and fact sheet like how big is Indonesia, how many people we have, how much money we earn, those kinds of stuff. So, when my Japanese sensei asked me to participate, behind my look-eager face, I was panicky. I tried to browse for some pictures, but good pictures I could get so far were about Indonesian nature: beaches, forests, rice fields, and the kinds. I was supposed to find pictures about Indonesian children and their world?! I was annoyed to realize that it was very difficult for me to find GOOD pictures of how Indonesian children commemorate Independence Day: Sepeda hias, balap karung, makan kerupuk, panjat pinang. I came across some pictures of those but they were in poor resolution. I was even more annoyed when I couldn't find DECENT pictures of children wearing their white-red uniforms, scout uniforms, sports uniforms, batik uniforms, and so on. And after a few days, I gave up searching for pictures of traditional toys or games...
Then came the D-day. On Friday, 2 December, three of our (read: Papap's) friends and I did the presentation. The look -curiosity and eagerness- on the students' faces wiped away all our 'hard' work and worries. It was worthy.
Then came the D-day. On Friday, 2 December, three of our (read: Papap's) friends and I did the presentation. The look -curiosity and eagerness- on the students' faces wiped away all our 'hard' work and worries. It was worthy.
The presenters were Indonesian (of course!), Bangladeshi, Myanmar, Mongolian, Kenyan, and Chinese. Can you find them?
Thanks to my friends in Blogfam for your info on how to give this kind of presentation. Special thanks to Pak Le' for your info on the websites.
note: foto udah digedein atas permintaan pemirsa;b
J-Anime Heroes
This is supposed to be an old story because the trip took place about two months ago. At that time, I became so busy ;b that I didn't have time to share the story and photos.
Coincidentally, in the previous post, I was talking about HEROES. So, I think this post is not out-dated, anyway.
For a couple of months, Hikari has begun to like one Japanese superhero: Ultraman. You probably have ever seen it. He likes it so much that he owns T-shirts, books, toys, chocolates that picture Ultraman all over them. He also owns the monsters, and likes to pretend that Ultraman and himself are fighting the monsters. He can kick like Ultraman, punch like Ultraman, jump like Ultraman, he even sings like Ultraman:( He remembers all Ultraman types and which monster fights with which Ultraman... and he is only 3!
What? Worried? Us?
Na-ah. We have consulted to some books and online parenting resources, and all of them say Hikari is very normal!
Recently, in the late summer (October), Hikari persuaded Papap to take him to Ultraman's house. Hikari's powerful words are "I have behaved well in school, now, can I see the Ultraman's house, please?"
And that(!) melted his father's heart.
Fact check: he did have behaved very well both in school and at home. Wow, kid on mission can be very impressive. So, we went to Bandai Museum in Tokyo where all kinds of Ultraman, Gundam, Anpanman, Power Rangers, and many other Japanese 'Heroes' reside. It's quite an interesting 'museum'. You can read the story about our trip to Bandai museum in Hikari's blog :) I also managed to pose with some of Bandai's collections...
Unfortunately, I didn't meet my Anime Heroes here because they are not the products of Bandai. My anime heroes are Voltus V (believe me, its real name is not VoltUs but VoltEs!), Candy Candy, and Samurai X. Voltus and Candy Candy are my childhood heroes, but with Samurai X, it's rather different. I watched Samurai X when I've grown up, and I still was still amazed by it (or him?). I still remember how brave Kenichi was, how cool Kenshin was, or how handsome Terry was (hehehe.. the guys are all I remember?!). These fictional heroes are easy to love. We don't need to question about their morality because with them, things are always black or white.
But, I'm not an anime freak. I know almost nothing about it, although I keep watching those I love. I only watch what I like, orrrr... what Hikari likes... That's why I wasn't sure what Chayoo means when Barb asked me. She said kids (and adults) like to say 'Chayoo' copied from the anime movies. It probably has similar meaning as Gambare! (Good luck! Break a leg! Ayo, kamu bisa!) I even asked my Japanese sensei about the meaning of Chayoo! and he couldn't imagine what it means. It's not Japanese, he said. Or at least, not the Japanese language he knows and speaks... It is not in the dictionary, either. An interesting finding, however, came from my Chinese friend. He said Chayoo! in his language means Gambare although the pronunciation is a bit different (don't ask me to pronounce it because I can't!). So may be, it is Gambare after all. Whatever. But, I will say 'Gambare' to whomever deserve it. Heroes or Non-heroes. And, I think it's about time you say Gambare to a future-anime hero: Me!
pictures: google images
Coincidentally, in the previous post, I was talking about HEROES. So, I think this post is not out-dated, anyway.
For a couple of months, Hikari has begun to like one Japanese superhero: Ultraman. You probably have ever seen it. He likes it so much that he owns T-shirts, books, toys, chocolates that picture Ultraman all over them. He also owns the monsters, and likes to pretend that Ultraman and himself are fighting the monsters. He can kick like Ultraman, punch like Ultraman, jump like Ultraman, he even sings like Ultraman:( He remembers all Ultraman types and which monster fights with which Ultraman... and he is only 3!
What? Worried? Us?
Na-ah. We have consulted to some books and online parenting resources, and all of them say Hikari is very normal!
Recently, in the late summer (October), Hikari persuaded Papap to take him to Ultraman's house. Hikari's powerful words are "I have behaved well in school, now, can I see the Ultraman's house, please?"
And that(!) melted his father's heart.
Fact check: he did have behaved very well both in school and at home. Wow, kid on mission can be very impressive. So, we went to Bandai Museum in Tokyo where all kinds of Ultraman, Gundam, Anpanman, Power Rangers, and many other Japanese 'Heroes' reside. It's quite an interesting 'museum'. You can read the story about our trip to Bandai museum in Hikari's blog :) I also managed to pose with some of Bandai's collections...
Unfortunately, I didn't meet my Anime Heroes here because they are not the products of Bandai. My anime heroes are Voltus V (believe me, its real name is not VoltUs but VoltEs!), Candy Candy, and Samurai X. Voltus and Candy Candy are my childhood heroes, but with Samurai X, it's rather different. I watched Samurai X when I've grown up, and I still was still amazed by it (or him?). I still remember how brave Kenichi was, how cool Kenshin was, or how handsome Terry was (hehehe.. the guys are all I remember?!). These fictional heroes are easy to love. We don't need to question about their morality because with them, things are always black or white.
But, I'm not an anime freak. I know almost nothing about it, although I keep watching those I love. I only watch what I like, orrrr... what Hikari likes... That's why I wasn't sure what Chayoo means when Barb asked me. She said kids (and adults) like to say 'Chayoo' copied from the anime movies. It probably has similar meaning as Gambare! (Good luck! Break a leg! Ayo, kamu bisa!) I even asked my Japanese sensei about the meaning of Chayoo! and he couldn't imagine what it means. It's not Japanese, he said. Or at least, not the Japanese language he knows and speaks... It is not in the dictionary, either. An interesting finding, however, came from my Chinese friend. He said Chayoo! in his language means Gambare although the pronunciation is a bit different (don't ask me to pronounce it because I can't!). So may be, it is Gambare after all. Whatever. But, I will say 'Gambare' to whomever deserve it. Heroes or Non-heroes. And, I think it's about time you say Gambare to a future-anime hero: Me!
pictures: google images