Atenshon Puriizu

Judul diatas itu bahasa Jepangnya untuk kalimat "Attention Please" (wakakaks). Semalam, gue gak sengaja nonton J-drama Atenshon Puriizu (AP) di salah satu stasiun tivi. Gak sengaja aja si remote control manteng di situ karena liat pemainnya: Aya Ueto. (Si Papap penggemar Aya-chan, karena). Ternyata sinetron itu kocak juga. Tentang seorang cewek tomboy ampun-ampunan vocalist band rock yang punya pekerjaan sampingan ngepakin barang yang berniat jadi pramugari JAL. Udahan gak bisa dandan, gak bisa bahasa Inggris, gak punya manner pula. Parah banget dah. Nonton sinetron itu bikin gue inget hidup gue pada suatu waktu di jaman dulu: gue hampir jadi pramugari. *Oh, no!*

Di keluarga emak, ada dua tante gue yang jadi pramugari maskapai nasional di 'abad' yang berbeda. Tante gue yang pertama ini sempet tinggal di rumah gue dari gue belom lahir sampai gue batita. Karena dia, waktu kecil dulu gue pernah bercita-cita jadi pramugari. Seneng aja liat dia selalu cantik dan wangi, dan terutama selalu bawa oleh-oleh. Tapi begitu SD cita-cita itu menguap. Mungkin karena maen gundu, ngejar layangan, dan kemping Pramuka lebih menggairahkan. Dan tiba-tiba saja, gue udah lulus SMA. Kebetulan rumah gue bersebelahan dengan lapangan terbang (lama) dan disitu ada kantor maskapai G. Kebetulan lagi, pas gue lulus SMA ada perekrutan calon pramugari. Antara iseng atau memang gak punya tujuan hidup yang jelas, gue dan beberapa teman sekomplek ikut melamar.

Ujian hari pertama adalah tes penampilan. Gue inget banget tampang gue hari itu. Badang kurus kerempeng, rambut cepak, bermake-up, pake sepatu pantofel berhak 5 cm, rok span, kemeja putih. Sepatu, rok, dan kemeja itu baru dibeli beberapa hari sebelumnya. Hasil pilihan emak gue (*NO... plisss*). Make-up nya juga hasil riasan emak gue (*NO.. NO*). Baru hari itu sepanjang hidup gue, gue pake make-up, sepatu model begitu, rok, dan kemeja. Rasanya? Gak gue banget! Hasilnya? Setelah disuruh nimbang berat, ngukur tinggi, berjalan mondar-mandir bak pragawati, dan berbicara sepatah dua kata dalam bahasa Inggris dan Indonesia, salah satu panitia bilang begini: 'Kamu bisa menaikkan berat badan 10 kilo dalam waktu seminggu?'

Emangnya gue gajah?!

Okelah, gue anggap itu sebagai ketidak lulusan, dan memang akhirnya nomer gue tidak tersebut lulus. Sepertinya emak, dan terutama bokap gue, lega banget waktu tau gue gak lulus. Yang sedih cuma supir gue. Soale dia udah ngebayangin bakal tiap hari nungguin gue training sambil ngecengin cewek-cewek calon pramugari :(

Setelah itu gue kuliah, tiga tahun kemudian lulus, trus kerja di perusahaan Jepang. Hampir setahun kerja, gue dapat panggilan kerja dari... maskapai penerbangan Sem. Surat itu bilang, mereka dapat data diri gue dari maskapai G. Percaya gak sih? Data 4 tahun yll gitu loh?
Tapiii... walopun gue sudah insyap n gak berminat jadi pramugari lagi, gue tergelitik juga ingin ikut tesnya. Pengen nyoba aja: bisa lulus sampai mana sih?! Lagipula, tesnya itu persis di kantor mereka yang di lapangan terbang sebelah rumah! Bokap nyokap sempet mendelik. Mo ngapain sih? Kata mereka. Namanya juga iseng, mak.

Pas gue sampai di tempat ujian, gue hampir balik lagi pulang. Ternyata saingan gue kebanyakan anak-anak yang pada baru lulus SMA. Gubrak! Rasanya gue salah pesta. Kostum gue sama seperti kostum kantor: sepatu hak 5 senti, rok A selutut, kemeja dan blazer, plus stocking. Di kantor, kalo mo pake rok pendek, kudu pake stocking, karena. Biar sopan n gak kedinginan aja. Setelah rada tua-an, gue sudah lebih bisa menyelaraskan antara penampilan dan kelakuan.
Sementara, anak-anak itu pake make-up tebal, rok span pendek-mini-minim, kemeja ketat lengan pendek, sepatu hak tinggi, dan no stocking. Saat itulah gue baru percaya pada frase 'Generation Gap'. Mungkin, 4 tahun yll, gue juga mirip mereka? Rupanya mereka juga ngeliat gue dengan aneh. *Eh, ada tante-tante pengen jadi pramugari* Terutama, mereka memandang jijik pada stocking gue. Salah satunya bahkan berbaik hati bilang ke gue: Mbak, bukannya kalau ujian gak boleh pake stocking?

Ketika melihat si Aya-chan yang begitu clumsy dan berasa salah tempat, gue teringat sosok gue di dua kali ikut ujian Pramugari itu. Terutama sosok gue waktu baru lulus SMA. What the hell was I doing at that time?! Di ujian yang kedua, gue lebih percaya diri dan udah bisa menampilkan image seperti yang gue butuhkan. Tapi tetap aja, selama tes berlangsung, walaupun gue bisa menjalaninya dengan sangat baik, gue tetap merasa salah tempat. Diantara puluhan cewek-cewek yang begitu percaya diri bahwa mereka sudah menampilkan image pramugari sebenarnya, gue merasa I don't belong. Still, gue jalanin tes demi tes, hanya untuk memuaskan rasa penasaran: What did I do wrong 4 years ago? How could I fail?

Seperti niat semula, begitu gue udah ngejalanin semua tes dan udah dinyatakan lulus, gue cabut. Bokap gue cuma komentar, 'udah puas?' Yep, sudah. Gue sudah yakin bahwa dunia gue bukan disitu.

Membayangkan rasa frustasi Aya-chan yang rocker abis diantara cewek-cewek anggun calon pramugari, gue merasa bersyukur. Gue punya kesempatan untuk memilih dan gue punya kesempatan untuk mencoba pilihan gue. Gue bisa memuaskan rasa penasaran gue tanpa harus kehilangan hal lain seperti kesempatan yang hilang, uang atau pekerjaan tetap. Gak semua orang seberuntung gue. Gak semua orang punya pilihan. Ketika Aya-chan ditanya instrukturnya: You don't belong here. Why don't you quit? Ia hanya termangu. Quitting is not easy for her. Kalau kalian? When you feel you don't belong to something, will you just quit? Or fight to stay?

0 comments:

Blogger Templates by Blog Forum