Filsafat Enam Enam

MiatheRidho yang memberikan tag ini bilang kalau lebih mudah mencari 6 hal yang menggembirakan daripada mencari 6 hal yang menyedihkan. Saya setuju. Sewaktu mengingat-ingat hal yang menyedihkan, saya disanggah diri sendiri. Lah, masa' yang begitu dibilang menyedihkan? Lah, begitu aja sih gak ada susah-susahnya! dsb dsb... Tapi begitu mengingat hal yang menyenangkan... wuiihh... kok lebih dari 6 ya? Kalo 12-12nya menyenangkan semua gak boleh ya? Saya mulai dari yang menyedihkan dulu aja deh kan katanya bersusah-susah dahulu bersenang-senang kemudian...

catatan: saking panjangnya postingan ini, anda bisa membacanya selama 7 hari dalam seminggu.

Enam Menyedihkan
1> Melahirkan Hikari
Saya bukan hendak mengatakan saya menyesal melahirkan anak saya semata wayang itu. Astagfirullah! Yang menyedihkan buat saya adalah proses kelahirannya. Setelah mengalami 9 bulan easy pregnancy, cobaan yang saya alami dimulai ketika saat-saat melahirkan dimulai. Saya mengalami pendarahan dengan bukaan satu yang tidak bertambah-tambah. Itu terjadi selama seminggu: bukaan tetap satu, flek dan konstraksi ringan. Pada pemeriksaan dokter tiga hari sebelum jadwal operasi ceasar (yang harus dilakukan bila bukaan saya tidak bertambah), dokter menemukan bahwa bukaan saya sudah 4 dan terus bertambah. Dokter pun tidak memperbolehkan saya pulang. Tapi ternyata proses bukaan berhenti di 8. Oleh dokter saya diberikan suntikan induksi sebanyak 2 ampul. Suntikan pertama membuat konstraksi menggila dan denyut jantung saya tak beraturan, suntikan kedua membuat saya hampir kehilangan kesadaran. Dokter yang melihat saya hampir pingsan tapi bukaan berhenti di 8 mengambil keputusan untuk memvakum si bayi. Dibantu 3 suster yang menekan perut saya dari atas, si dokter memvakum kepala bayi mulai dari vakum ringan sampai berat. Tiga kali alat vakum itu lepas dari kepala bayi. Entah berapa jam proses itu, saya sudah diawang-awang. Ketika adzan Maghrib terdengar, samar-samar saya bicara kepada si bayi kalau adzan sudah terdengar. Tiba-tiba bayi pun meluncur keluar. Alhamdulillah. Tangis bayi terdengar lemah, dokter anak langsung mengambil alih dia, saya tak boleh memegangnya. Sedetik saya berusaha menahan pingsan hanya untuk bertanya bagaimana kabar bayi saya. Ternyata bayi Hikari harus langsung masuk inkubator. Kepalanya luka. Dia tidak boleh diangkat, digendong, atau dikeluarkan dari inkubator. Papap pun hanya bisa melafalkan adzan dari balik dinding kaca inkubator dan saya tidak bisa menggendongnya sampai dua minggu kemudian... Saat itu saya benar-benar merasa gagal jadi ibu. Kok saya gak bisa melahirkan anak saya dengan baik. Sudah begitu, seorang kenalan yang menjenguk bisa-bisanya berkomentar begini, "Gak papa, Mbak, di vakum. Daripada di ceasar, sakitnya dan sembuhnya lebih lama." YA AMPUUNNN! Apa dipikirnya saya perduli kalau saya merasa sakit atau gak?! Ini bayi saya luka-luka!!! Saya gak perduli apa saya itu selamat atau tidak, asal bayi saya bisa selamat sehat dengan baik!

2> Hikari sakit-sakitan
Selain masalah pada kelahirannya, Hikari menjadi bayi yang sehat, gemuk, montok dan lincah sampai umur 3 bulan. Ketika ia mendapat imunisasi itu yang pertama, tiba-tiba dia jatuh sakit lebih dari normalnya: kepalanya hangat terus dan badanya mengurus. Umur 4 bulan dia harus dioperasi karena saluran kencingnya tersumbat. Badannya yang gemuk lama-lama mengurus, setiap bulan dia sakit-sakitan, dan napsu makannya yang banyak berhenti di umur 8 bulan ketika dia diare selama sebulan lebih (pas di hari ulang tahun saya).
Selama setahun, Hikari jadi langganan UGD dan RS. Kita sampai hilang akal mau mencari dokter yang mana lagi yang bisa menangani dia. Kita pernah dalam satu malam pergi ke 4 RS! Dan saya pernah melabrak seorang suster karena dia menyuruh saya mengantri nomer sementara Hikari demam sampai 40 derajat. Umur setahun, di dokter yang kesekian, baru ketahuan masalahnya: Hikari punya alergi bawaan, imun sistemnya jelek, dan dia ternyata alergi dengan salah satu bahan pada vaksin imunisasinya...

3> Papa dan Eyang Uti sakit
Waktu dengar Papa saya kena brain stroke, saya ada disini. Saya tidak bisa pulang, hanya bisa nangis sendirian. Lalu kemarin ini saya dapat kabar lagi kalau Eyang Uti saya, yang mengasuh saya waktu bayi, kena kanker rahim. Saya juga tidak bisa pulang selain berdoa banyak-banyak. Sambil berlinang air mata, tentunya.

4> Sahabat saya meninggal
Dulu saya punya sahabat yang sudah saya anggap abang sendiri. Suatu kali dia bikin salah dengan berkata sesuatu. Fatal sekali dan menyakitkan hati saya. Saking sedihnya, saya menghindar. Dia juga menghindar. Saya menikah pun dia tidak mau datang. Dia menikah dia sungkan mengundang saya. Suatu hari, saya dengar dari orang lain yang dengar dari orang lain kalau dia meninggal mendadak karena sakit jantung. Sampai sekarang saya tidak tahu dimana makamnya. Saya tidak sempat bilang kalau saya sudah memaafkan dia sejak dulu...

Ah, hanya segitu kesedihan-kesedihan saya. Selanjutnya yang senang-senang aja :D/.

Enam Menyenangkan
1> Papap lulus...
:D:D:D Setelah jungkir balik jumpalitan (terutama makan hati karena prof tercinta #:-S), kelulusan Papap merupakan hadiah paling indah buat ulang tahun Hikari sebentar lagi...

2> Tinggal di Jepang
Begini maksudnya: satu-satunya alasan saya mau ngikut Papap ke Jepang adalah untuk mencari pengobatan buat Hikari. Dengan meninggalkan Jakarta, saya meninggalkan 'jatidiri' saya dibelakang. Alhamdulillah, ternyata tanpa disangka, Hikari cocok dengan udara Honjo (Honjo loh ya, belum tentu dibagian Jepang yang lain dia cocok). Penyakitnya n alerginya hilang. Bahkan, makanan seafood yang dulu pernah bikin dia harus dilarikan ke UGD, sekarang bisa disantap setiap hari tanpa limit. Perawatan dokter disini hanya berlangsung tiga bulan pertama, itu juga hanya observasi. Sejak tiba sampai sekarang, baru kemarin itu Hikari kena sakit parah. Trus, sejak di sini, kita belajar hidup susah senang bertiga saja. Sakit, senang, sedih, capek, bahagia, masakan enak, masakan hangus, duit tipis, duit berlebih, semua dibawa ketawa bertiga tanpa ada intervensi pihak lain. Ternyata lebih nikmat rasanya.

3> Papap dapet scholarship


4> Lulus masuk FE
Yang ini bener-bener konyol. Secara saya itu lemah berhitung, eh ujiannya ada ngitungnya =. Trus pas pengumuman, saya yakin pasti gak bakal lulus. Jadilah saya berdua Papap pergi ke FE hanya untuk ngambil lembar pengumuman trus pulang lagi. Di jalan, saya baru ngintip lembar pengumuman itu dan taunya....... nomer saya tercantum. Alhasil si Papap (yang masih berstatus si Massayange) kudu muter mobil balik lagi sambil manyun-manyun karena saya harus segera daftar ulang. Tambah indah lagi, temen baik saya yang biasanya kalem jaim tiba-tiba ikut berkaca-kaca menyalami saya karena lolos tes itu.

5> Tulisan saya terbit
Dari tulisan pertama saya terbit sampai sekarang, setiap kali tulisan saya diterbitkan saya selalu senaaaaaaaannnnngggg :-*. Tak perduli berapa bayarannya atau dimana diterbitkan, saya selalu senang melihat tulisan saya diterbitkan.

6> Pacaran berdua sama si Papap, di bawah panasnya tenda biru pinggir jalan sambil makan soto betawi dan menyeruput dua botol teh botol dingin.

7> Loh nambah? :- Yaaa, karena sekolah itu menyenangkan.
Semua kenangan sekolah saya sungguh menyenangkan. Dari SD pas saya menang Kartinian, jadi ketua kelas selama 6 tahun, nekat kemping tanpa pembina, dll. Trus SMP, saya dikeluarin dari kelas tapi malah senang pesta-pesta, maen sama temen-temen cowok semua sampe dikecengin cewek laen, patah hati pertama kali, dsb. Lalu SMA, saya dikeluarin lagi dari kelas tapi langsung dipanggil masuk lagi karena saya malah ngegosip diluar, emak saya dipanggil ke sekolah karena saya ngotot-ngototan sama wali kelas, ngerayu ortu setiap detik supaya boleh naik gunung. Bahkan sampe kuliah pun teteeeep ajah saya senang-senang : : :.

Daftar senang-senang saya banyak sekali. Sepertinya setiap fase hidup saya, bisa membuat saya ngakak kalau mengingatnya kembali. Saya berhenti disini ajah deh. Semoga senangnya saya bisa membuat senang orang lain... kecuali guru saya kali ya :P. Tag ini diterusin ke Kenny aja deh.


My Way
Frank Sinatra

And now, the end is here
And so I face the final curtain
My friend, I'll say it clear
I'll state my case, of which I'm certain
I've lived a life that's full
I traveled each and ev'ry highway
And more, much more than this, I did it my way
Regrets, I've had a few
But then again, too few to mention
I did what I had to do and saw it through without exemption
I planned each charted course, each careful step along the
byway
And more, much more than this, I did it my way


Yes, there were times, I'm sure you knew
When I bit off more than I could chew
But through it all, when there was doubt
I ate it up and spit it out
I faced it all and I stood tall and did it my way
I've loved, I've laughed and cried
I've had my fill, my share of losing
And now, as tears subside, I find it all so amusing


To think I did all that
And may I say, not in a shy way,

"Oh, no, oh, no, not me, I did it my way"

For what is a man, what has he got?
If not himself, then he has naught
To say the things he truly feels and not the words of one who kneels
The record shows I took the blows and did it my way!

Yes, it was my way

5 comments:

    Jeng, senang dan tegang baca filsafat di sini.

    Tegangnya, pas membaca proses kelahiran Hikari. Gak tega banget pas tau kepalanya terluka dan alergi. Kasihan, tp syukurlah ia cocok tinggal di Jepang :)

    Ikut senang membaca kesuksesanmu, termasuk yg nomor 7 heheheh

    ituh cerita sedihnya ngutang 2 ya mba?:D.. kpn dibayarnya hehehe...

    On 10:10 am, July 17, 2006 Anonymous said...

    uhuhuhu... tegang banget pas tau Hikari sakit2an. proses kelahirannya juga menegangkan.
    masih pengen nambah adek buat Hikari ga mbak? moga2 ga trauma ya :)

    Kok pas married gak termasuk cerita senang? Ato 'terlalu senang' ya?!heheheh

    Mengingat yang menyenangkan emang lbh mudah ya mbak :)

Blogger Templates by Blog Forum