Bahasa menunjukkan bangsa. -kata siapa sih?-
Dulu, ketika saya membaca slogan begini, saya tak begitu perduli. Malah saya mengangguk akur. Eh, belakangan, setelah setua ini, saya baru sadar kalau saya salah mengerti arti slogan itu. Dasar lieur. Dulu itu arti dari slogan tadi saya artikan seperti ini: Berbahasa lah yang baik dan benar, yang sesuai tempat, yang sesuai manfaat. Dengan berbahasa yang benar, anda akan terlihat (atau tertunjuk) sebagai bangsa manusia (yang berbudaya, bermartabat, berpendidikan).
Ternyata saya salah ya?!
Saya baru sadar kalau saya salah ketika mampir ke dua blog ini beberapa waktu lalu: Pak JS dan Mbak AS. Ketika mampir di blognya Mbak AS itu, saya terhenyak dengan komentar yang bunyinya begini...
yang komentar pake bahasa inggris itu nggak bisa bahasa indonesia ya? atau biar keliatan pinternya..? mimpi pengen jadi bule kali ya? hahahahahaa........bule coklat!!! -Feb. 8, 2006-
Apakah itu berarti kalau kita menggunakan bahasa Indonesia lalu tidak bisa terlihat pintar? Kok saya tidak bisa memahami ini ya?
Tapi kemudian, walau komentar itu selalu terngiang-ngiang di kepala saya, saya tak begitu ambil pusing. Sampai... saya berkunjung ke tempat Pak JS.
Jeduueeerrr! Kepala saya tiba-tiba terasa dihantam sesuatu membaca komentar ini...
Gunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa blog Bapak. untuk apa jadi mentri yang mewakili indonesia tapi pake bahasa Inggris ?!. Dimana Semboyan "Berbahasa satu, Bahasa Indonesia" ?? -June 19, 2006
... tiba-tiba saya mengerti arti sebenarnya dari Bahasa Menunjukkan Bangsa. Benarkah asumsi yang saya tarik kalau slogan itu diartikan menjadi "Kalau saya tidak memakai bahasa Indonesia, maka saya bukan orang Indonesia?" Walau saya merasa kalau asumsi saya itu benar, saya masih bergeming. Ah, pikir saya, mungkin karena kedua pemilik blog itu para public figure, maka mereka mendapat komentar seperti itu.
Tapi... ketika saya membuka blog ini tadi pagi, walau saya bukan public figure, saya mendapatkan komentar yang berbunyi kira-kira 'Kalau orang Indonesia, pakai dong bahasa Indonesia'...
Dan saya pun tak tahan untuk diam saja. Maka saya pun berpikir sekarang lah waktunya untuk memproklamasikan ketidak setujuan saya atas subyek diatas: Bahasa menunjukkan Bangsa dan kalau saya tak berbahasa Indonesia maka saya bukan orang Indonesia???
1) Saya SUNGGUH SANGAT TAK SEIDE dengan pendapat demikian. Siapa kah anda yang bisa menentukan saya orang Indonesia atau bukan?! Apakah para generasi tua yang tak bisa berbahasa Indonesia namun hidup dan mati di negara bernama Indonesia itu bukan orang Indonesia? Jangan salah! Mereka bukan hanya sekedar berbahasa daerah, mereka juga berbahasa Belanda dan Jepang!
2) Rasa cinta dan bangga saya sebagai orang Indonesia tidak, sama sekali TIDAK, bisa diukur dengan bahasa apa yang saya gunakan, baik di blog ini atau di media lain. Apa anda punya alat pengukurnya?
3) Kalau urusannya hanya karena anda tak bisa mengerti apa yang saya tulis disini, dengan segala hormat, tulisan saya tak perlu anda baca. Silahkan pindah ke blog lain. Saya mengusir anda? Bukan! Saya hanya memberlakukan kepada anda apa yang saya lakukan pada diri sendiri: Ketika saya terdampar pada blog-blog milik orang Indonesia yang berbahasa Jawa/Batak/Sunda/Prancis/Jepang/dsb, saya tak pernah menggugat mereka untuk mengubah bahasa mereka. Itu bukan blog saya! Saya hanya tamu! Kalau saya tak suka/tak mengerti, ya tidak usah balik lagi. Beres kan?
4) Pembaca blog saya ini bukan hanya orang Indonesia. Ketika saya menulis suatu peristiwa yang di dalamnya bercerita tentang kawan-kawan saya yang non-Indonesia, apakah tak sewajarnya saya menggunakan bahasa yang mereka juga mengerti? Maaf. Saya menulis dalam bahasa Inggris bukan karena saya ingin kelihatan pintar atau malah tak ingin terlihat Indonesia. Saya menggunakan bahasa asing karena saya butuh menggunakan bahasa itu. Sesederhana itu.
5) Blog bukan media yang mengharuskan atau membutuhkan saya menggunakan bahasa Indonesia atau sebaliknya mengharamkan saya menggunakan bahasa asing. Kalau misalnya saya menggunakan bahasa asing ketika berbicara dalam pidato kenegaraan, pidato 17-an, ngantri tiket di bioskop, belanja cabe di pasar inpres, tawar-menawar baju di pasar Tanah Abang... silahkan, caci maki lah saya! Sebaliknya, kalau saya memberi presentasi tentang Indonesia dihadapan publik asing lalu saya menggunakan bahasa Indonesia (tanpa penerjemah), akan terlihat seberapa dungu kah saya?
6) Saya penganut paham: Berbahasa yang baik (di tempat dan kondisi yang tepat) akan menunjukkan seberapa berpendidikannya seseorang. Apapun bahasa yang digunakan, gunakan dengan baik.
7) Sebelum meributkan soal bahasa apa yang digunakan seorang Indonesia, tulisan ini mungkin bisa dijadikan bahan pemikiran. Mungkin anda akan menemukan kalimat ini "In 1972, the governments of Indonesia and Malaysia collaborated on a project to reform and simplify spelling for both versions of the language; this consisted largely of eliminating Dutch spellings in favor of more phonetic Malaysian spellings. Malay and Indonesian have about an 80% overlap in vocabulary and are mutually intelligible; the variations in vocabulary, pronunciation, and usage have been compared to the difference between American English and British English. Where Indonesian retains many Dutch loan words, Malay typically replaces these with words based on English."
Iya..apalagi nulis di blog sendiri..kalo ada pihak yg gak suka dan gak ngerti, yah gak usah dateng lagi gitu loo.. bikin blog kan bukan untuk menyenangkan orang lain..atau?
ReplyDeleteEh iya Dev, kalo ganti leot blog mah, di WP tinggal klak-klik..taelaa..hahaha..maksudnya, pake yg gratis..jadi gak mikirin kode2..puyeng aw :D
hihihi.. ada yg meradang neh :D... keren koq mba' tulisan yg sebelumnya sarana belajar eng. gratis setidaknya buat saya, walo harus 3x translate..
ReplyDeletehehe..
Wekekekekek ... labrak sudah...labrak :). Pengen sih nulis pake bahasa cinta yang tanpa suara tanpa kata-kata gitu (menurut Broery dan Vina).
ReplyDeleteyayaya.. setuju.. gunakan bahasa yang nyaman untuk kita. lagian kan, orang lain ga tau motivasi kita menggunakan bahasa asing tuh apa. malah dengan seenaknya menuduh 'ga cinta/bangga jadi orang Indonesia'. picik dan membabi buta banget sehh...
ReplyDeletewehehehe...marah2 si mbak. setuju banget, mbak! udah jangan pake nunggu. hajar aja, bleh!! hehe...
ReplyDeleteHihihihi ... pengalaman yang ga jauh berbeda mbak, gara-gara urusan begini rasa nasionalismeku menjadi pertanyaan beberapa temen. Padahal menggunakan bahasa asing di blog hanyalah sekedar sarana utk menyalurkan apa yg udh dipelajari dari bahasa itu dan berbagi cerita dgn temen yang ga bisa bhs ibu kita ini. Tapi sayangnya bagi sebagian orang itu malah dianggap sebagai arogansi :(
ReplyDeleteTapi Qq seh ga terlalu ambil pusing ama komentar orang, toh ga mungkin juga membuat semua orang puas. Lagian, my blog is my last resort, the place where I put the story of my life, whether it is in English or Indonesian. Englishku jg terbatas, sangat terbuka utk semua kritikan yg membangun :)
kadang kita pake bahasa lain selain mother tounge karena istilahnya lebih 'pas' bukan?
ReplyDeletelebih klop aja ama dihati, posting gue lebih parah mbak, bahasa gado2x kata seorang teman papa yang kebetulan orang amerika (tapi pernah tinggal di malang)xixixixi.
mungkin komentator itu kesel kali ngga ngerti si pak Juwono ama angelina ngomong apa. heheheh
dev, kalo kata Galih, "orang yang aneh!!!"
ReplyDeletesuka2 yg punya blog dunk ach...take it or leave it!
Bunuh aja boss tuh orang!!
ReplyDeleteyappari, mariskova-san. tapi rek kumaha deui? sirik tanda tak mampu, cenah. shooganai. mari terus menulis utk endonesah (halah!). sasuga!
ReplyDeleteSalam kenal...
ReplyDeletehe..he..he..koq ada ya..orang yang engga suka dengan WNI yang bisa bahasa asing. Mungkin gara-gara nge-liat mbak Nadine belepotan Inggrisnya, orang jadi alergi dengan bahasa asing.
Bahasa Inggris gw juga belepotan, tetapi khan engga nyambung kalo kasih komen bahasa Indonesia di blog berbahasa inggris.
Bagi gw yang namanya bahasa asing adalah bahasa inggris, sunda, madura, bali, papua dll, tetapi gitu aza koq repot..hik..hik..hik
Yuhuu... si depoy ngamuk. Udah lama juga sih gak ngeliat elo ngomelin orang. Sikat abis. hehehe....
ReplyDeleteSetuju sama poin nomer 6. Pernah denger nggak kalo orang malaysia itu kalo bikin penulisan ilmiah harus pake bahasa inggris. Karena bahasa negaranya nggak memadai untuk itu. Mungkin karena orang2 malaysianya sendiri yang membiarkan banyak sekali bahasa asing masuk ke kosakatanya. Gejala ini juga mulai ada diindonesia. Gara2 pejabat2 sibuk bilang "opsi" padahal ada kata "pilihan" buat padanannya. Lebih lucu lagi ada orang indonesia ngomong disebuah acara yang isinya orang indonesia pake bahasa inggris. Tapi bukan lagi ngajar. Kosakata bahasa indonesia cukup banyak lho! Kalo aja kita mau peduli.
ReplyDeletesetahu saya bahasa menunjukkan bangsa artinya budi bahasa atau perangai, serta tutur kata menunjukkan sifat dan tabiat seseorang (baik buruk kelakuan menunjukkan tinggi rendah atau asal keturunannya). Dalam arti ini tidak disinggung tentang bahasa mewakili bangsa atau jiwa nasionalisme.
ReplyDelete