Pekerjaan apa yang paling berat, paling demanding, emotionally involving, stressful, etc., di dunia -bila amanatnya diemban dengan sungguh-sungguh?
Jawabannya: Pengawas Ujian di Endonesyah
Sudah seminggu ini saya menjadi pengawas ujian di kantor tempat saya bekerja. The first time (again) in three years. Naturally, semua yang mengajar di kantor ini pada akhir semester akan mengawasi ujian murid-murid juga. Dan murid-murid yang diawasi ini satu) bukan murid kita sendiri, dua) terdiri dari beragam usia dan latar belakang. Kesamaan dari mereka hanya satu: dalam tiap kelas pasti ada cheater(s) alias pencontek, walau dengan derajat ke-akut-an yang berbeda.
Bila kita jenis orang yang EGP banget sama para cheaters ini, kita bisa duduk tenang di depan kelas menganggur tanpa perduli dengan orang-orang yang kita awasi tanpa terkena penyakit stress dan darah tinggi.
Sayangnya, saya bukan jenis pengawas EGP.
Pada hari pertama ujian, saya harus masuk ke dua kelas di jam yang berbeda. Sebelum masuk ke kelas pertama, guru kelasnya sudah mendekati saya,
"De, begini ya. Kalau elu masuk kelas gue, jangan lupa pasang tampang sangar! Kelas gue itu penuh dengan cheaters bla bla bla bla..."
Tuh kan, belum masuk aja udah bikin stress...
Si guru ternyata tidak salah, apalagi berbohong. How I wished she was wrong. Belum lagi ujian dimulai, saya sudah harus berteriak luar biasa kencang, "SILEEEENNNNNTTT!!!" gak pake please. Lalu, urusan penting selanjutnya dilakukan: mengatur siapa duduk dimana. Dan ternyata tindakan saya yang ini sungguh tepat: Semua siswa yang duduk di depan kedapatan mencoba mencontek. Saking desperado-nya mencontek, mereka bahkan tak sadar kalau saya berdiri tepat di dibelakang kursi mereka.
Kelar kelas pertama, saya harus masuk ke kelas berikutnya. Sebelum masuk jam berikutnya, saya kembali didatangi guru kelas kedua, juga dengan kalimat awal yang sama, "De, elu nanti masuk kelas gue. NAH, kelas gue itu bla bla bla bla...."
Saya pun menjerit, "Tiddddddddaaaaaaaaakkkk!!!"
Kelas pertama, satu jam ujian saja sudah membuat saya darah tinggi.
Atas jeritan dari hati saya yang paling dalam, para kolega saya menghibur, "Ah, De, elu kan jagonya bikin anak-anak itu bertekuk lutut. Reputasi elu tuh udah terkenal bahkan setelah elu pergi ke Jepang kemaren..."
Sialan! Pekerjaan gue itu sebenernya guru atau tukang jagal sih?
catatan: murid-murid dari dua kelas itu, usai ujian meratap-ratap pada gurunya.
"Ma'am, kok tega banget sih ngasih kita pengawas kayak begitu?"
"Ma'am, saya kan hanya ngelirik sedikit aja... Nama saya gak dicoret kan?"
"Ma'am, saya lulus gak ya? Duuh, saya ngeri banget pas ujian tadi..."
HUH!
oh..
ReplyDeletesampeyan tuh guru sma ya..??
:P
Honjo, Saitama, Tokyo, Jakarta. Saya sedang menebak-nebak dimana setting cerita posting ini sebenarnya terjadi. Hehehe. Nice blog. Salam kenal.
ReplyDeletekalo pengawasnya elu, kayaknya idiom "posisi menentukan prestasi" nggak ngaruh ya dev. disikat semua gitu tuh...ngeri.
ReplyDeleteeh bo, jadi lo kopdaran nih ama pakde? jangan lupa poto2nya yee. :D pake pose galak dong. :p
Ada orang -- tapi bukan Madam Mariskova -- yang bisa jeli ngawasin pencontek karena dulunya jagoan nyontek. Semua ilmu dan kiat udah khattam dia! :D
ReplyDeleteSakitnya gara-gara abis jaga ujian tho? :-D Cepet sembuh ya mbak
ReplyDeleteDuh..untung kau bukan guru gw Dev..ngaku aja nih, dulu sekolah pernah nyontek..hahaha..
ReplyDeleteTapi sama papap gak galak kan Dev..hihihi
duh..kayaknya mbak emang pengawas ujian yg galak deh..
ReplyDeletehahahahha
*ngakak*
ReplyDelete