Sepanjang satu jam perjalanan macet pulang kantor, saya ditemani oleh seorang teman. Topik malam itu: daripada ngegosipin temen sendiri, mending kita ngobrolin artis
.
"Katanya dia main dukun?"
"Ah, gak main dukun juga pasti kepelet. Sexy begituu..."
"Suaranya gak bagus, ah."
"Kalo udah di ranjang, suara gak penting kali..."
"Pinter dia tuh. Dua-duanya kaya raya."
"Tapi yang pertama kan jauh lebih kaya. Orang kaya ke berapa gitu di Indonesia."
"Kabarnya sih yang pertama itu penuntut dan kasar."
"Oooohhh.... Kalo dikasih uang semilyar tiap bulan, masih kelihatan penuntut dan kasarnya gak ya?"
"Yang asyik tuh suaminya si itu. Udah ganteng, kaya, cuek lagi diselingkuhi. Banyak yang mau dudanya tuh."
"Ganteng, kaya, cuek diselingkuhi?"
"Ho-oh. Katanya."
"Gay, kali!"
"Kalo yang itu, kenapa minta cere?"
"Lakinya gak punya kerjaan."
"Oh." Diam. "Dulunya gak minta CV kali ya?"
Dan masih panjang bla bla bla kami malam itu. Ngerumpiin selebriti ternyata sanggup menghalau rasa capek akibat jalan macet.
Lalu muncul pertanyaan menggelitik terakhir:
"Kalo gue jadi selebriti, gue kayaknya bakal jadi seperti si entu."
"Kenapa gitu?"
Pada suatu hari...
"Mbak Dev, apa komentar Mbak tentang foto Mbak bersama Mas Keanu itu?"
"No comment."
"Mbak, apa benar berita tentang Mbak dan Mas Papap umrah berdua supaya jauh-jauh dari Mas Keanu?"
"Duh, itu personal banget yah. No comment."
"Mbak, Mas Papap dan Mas Keanu lebih ganteng mana?"
"Ya, Keanu lah. Eh!?! No comment, maksud saya!"