Alasan dia berganti-ganti kantor ini agak mencengangkan: si teman gak betah di dua kantor sebelumnya karena karyawannya hampir 90% adalah laki-laki.
Perempuan, 21 tahun, single, belum punya pacar, preferensi seksual normal, gak punya pantangan pada laki-laki, kok menolak berada di kantor yang 90% karyawannya berjender laki-laki?!
Si teman memang langsung di-gila-gila-i oleh teman-teman yang lain sesama jomblo. Saya jelas tidak ikut menggilainya. Kan saya gak jomblo...
Posisinya yang kosong kemudian diambil dengan senang hati oleh teman-teman yang lain yang bahkan pada saat wawancara pertama sudah tampil all out. Apalagi, semua kantor bekas teman saya itu berlabel perusahaan internasional. Isinya sudah jelas para expat.
Teman ini -walau sudah dianggap gila oleh yang lain- kekeuh dengan keputusannya. Alasan keteguhan hatinya ternyata karena dia takut dikelilingi oleh terlalu banyak laki-laki. Itu saja.
Di kantor saya yang sekarang ini, populasi karyawan perempuan jauh lebih banyak dari karyawan laki-laki. Mungkin karena profesi guru identik dengan kesabaran
Kondisi seperti itu tentu ada kekurangannya. Kekurangannya ya jelas, kurang laki-laki. Mata agak-agak sepet gitu loh. Pemandangan tandus. Hati juga kering. Tapi saya sih gak masalah. Kan saya juga bukan jomblo...
Dalam kondisi seperti ini, ketika terdengar ada isu-isu rotasi antar cabang, dunia kantor langsung hidup dan bergejolak.
Bagi orang luar, pertanyaan "Siapa yang dirotasi kesini?" terdengar innocent.
Bagi orang dalam, pertanyaan "Siapa yang dirotasi kesini?" berarti:
1. Apakah dia laki-laki? Kalau perempuan gak penting.
2. Apakah dia single? Gak single pun gak penting.
3. Apakah dia pintar? Gak pintar... ya... bisa dipikir-pikir dulu.
4. Apakah dia ganteng? Gak ganteng... ya... masih laki-laki kan?
Tapi, jujur saja, jomblo atau tidak jomblo, saya ini pendukung berat masuknya karyawan baru/rotasi berjender laki-laki.
Boss: Kita akan kedatangan satu guru baru dari cab...
Saya: Gak penting, cabang mana. Laki-laki bukan?
Alasan saya logis! Gak pake napsu!
Di dunia kecil saya yang 8-6 ini, sudah penuh sesak dengan perempuan. Ributnya itu gak ketulungan!