Menatap Setan

Pak Ustadz di tempat saya belajar ngaji saat saya masih ke sekolah memakai rok merah pernah berkata kalau 'pada bulan Ramadhan, semua setan dibelenggu oleh Tuhan'. Entah kenapa kalimat ini menjadi sangat sakti.

Setiap kali bulan Ramadhan tiba, kegiatan anak-anak berseragam merah putih di komplek saya akan diisi dengan:
1. Naik sepeda keliling komplek setelah Sholat Subuh.
2. Nonton film horor di siang hari.
3. Cerita peristiwa-peristiwa seram sesudah Sholat Isya.
4. Begadang.

Kalau ada anak yang nolak ikut naik sepeda saat hari masih gelap (di komplek yang masih hutan semua), nolak ikut nonton film horor, terkencing-kencing saat sesi Ghost Story, atau ngasih sejuta alasan biar gak ikut begadang, pasti akan diceramahi, "Setannya gak ada! Kan dipenjara semua sama Alloh!"

Karena ceramah Pak Ustadz itu, kita jadi berasa punya kesaktian: Kebal Setan!

Setelah saya agak besar sedikit, kata setan pada ceramah Ustadz sudah bergeser artinya. Tidak lagi literal. Setiap kali mendengar kalimat sakti tadi itu, yang terbayang dibenak saya bukan lagi sosok setan berwarna merah bertanduk bertombak yang sedang menangis bombay di penjara yang panas. Kali ini sosok setan berubah menjadi sosok tak terlihat yang kerjanya ngikutin saya dan ngomporin saya supaya berbuat bandel. Setannya pasti hebat sekali karena kebandelan saya rasanya kok gak habis-habis... Lalu setiap bulan Ramadhan, saya berasa enteng dan suci, karena gak ada setan yang nggondeli. Stupid is stupid does.

Semakin tua, sosok setan ini kok munculnya gak liat-liat bulan. Bahkan di bulan Ramadhan pun saya tidak lagi merasa enteng dan suci. Bahkan di bulan Ramadhan pun saya seperti masih bisa mendengar bisikan-bisikan halus yang merayu saya untuk kehilangan kesabaran, berbohong berkedok white lies, tersenyum dalam hati memaki, menutup hati untuk memberi maaf, dan beribu dosa kecil tapi berderet seperti domino.

Kenangan masa kecil saya pun menggugat.
Katanya setan-setan dibelenggu?!

Pada suatu siang bulan Ramadhan, ketika muka sedang tertekuk sebagai cerminan hati yang masam, saya berdiri di depan cermin.

Kalimat sakti yang terpatri bertahun-tahun di kepala saya kembali menggugat.
Bila setan-setan itu terbelenggu, mengapa hati saya masih rusuh?

Saat berdiri menatap cermin, saya tiba-tiba tahu jawabannya!

13 comments:

    On 1:10 am, October 02, 2007 Anonymous said...

    apa gerangan jawaban yang kau temukannnn???? :|

    karena setannya dekat di hati huehehehe

    setannya papap! :D

    setannya lagi ngaca? *ampun jeeeng...*
    kapan chat?

    On 2:54 pm, October 02, 2007 Anonymous said...

    jadi setannya ikutan ngaca? hihihihihi...

    Dulu waktu gw kecil, gue si penakut mendadak jadi pemberani.. dengan bawa senjata setannya diiket kalo bulan ramadhan.. :P

    On 3:22 pm, October 02, 2007 Anonymous said...

    "Saat berdiri menatap cermin, saya tiba-tiba tahu jawabannya!"

    "saya bukan setan. sungguh, saya bukan setan !!!" kata setan.

    begitulah kira kira jawabannya ya jeung ?

    On 3:37 pm, October 02, 2007 Anonymous said...

    huahahah gw dulu juga suka nanya gitu. katanya setan2 diiket, kok gw masih berasa kayak disetanin juga ya? jangan2 ga perlu disetanin juga gw udah "begitu" :P

    aoa nih jawabannya? penasaran... btw lam kenal

    seharusnya sesama setan khan ga boleeh saling ganggu :D..

    coba kalo ketemu gue, makin tahu lagi jawabannya...

    Devii.. piye kabare? Dah balik Jkt kah? Mampir2 "rumah"ku yaa...

    On 11:13 pm, October 04, 2007 Anonymous said...

    trus ndak kenalan sama setannya itu? namanya devilna ... :D

    mirror mirror on the wall
    who's the most evil of all???
    huahahaha

Blogger Templates by Blog Forum