What does not kill you...



What does not kill you, makes you stronger.


Right now, more than anything, I really really want to believe that saying.

When YOU alone is not enough...

Pernah dengar cerita ini?

Ada sebuah keluarga dengan tiga orang anak yang Bapak dan Ibunya sangat sibuk. Sang Bapak katanya sibuk bekerja mencari nafkah untuk keluarga. Sang Ibu juga katanya sibuk bekerja menambahi nafkah untuk keluarga. Ada beberapa orang yang
mempertanyakan definisi sibuk bekerja mereka, tapi tidak ada yang benar-benar
peduli.
Saking sibuknya si orang tua, tiap anak diberikan seorang pengasuh.
Untuk menjamin keberhasilan pengasuhan si anak, sang orang tua mempekerjakan
pengasuh yang canggih, digaji lumayan besar, diberi job descriptions yang
njelimet, diminta untuk memiliki jiwa kreatif yang tinggi, dan terutama dituntut untuk bisa melakukan semua tugas tanpa kehadiran pemberi tugas.
Bulan demi bulan, tahun berlalu, sang anak bertambah besar. Dan pintar. Para pengasuh -yang kebetulan adalah orang-orang yang berhati tulus dan penuh kasih- berhasil membuat anak-anak ini tumbuh menjadi anak-anak yang mandiri dan sukses di (setidaknya di sekolah). Dalam perjalanan menuju sukses, anak-anak ini seringkali mempertanyakan hilangnya figur orang tua mereka. Namun setiap kali mereka harus puas dengan jawaban, "kan ada nanny!" Ketika sukses sudah diraih,anak-anak ini kembali mempertanyakan figur orang tua mereka yang seperti frame tanpa foto. Kembali jawaban diberikan, "kan ada nanny!"


Saya pernah berpikir, apa benar sosok orang tua tidak bisa dihapus oleh sosok pengasuh yang mungkin (mungkin) berkualitas sekelas orang tua kandung? Apakah hal ini semacam sesuatu yang sudah menjadi kodrat? Bagaimana perasaan para pengasuh yang sudah menyerahkan hati, pikiran dan tenaganya untuk anak-anak asuhnya tapi masih dianggap belum cukup juga? Bagaimana perasaan orang tua ketika melihat anak-anak mereka bisa sukses dan mandiri walau tanpa campur tangan mereka?

Sudah seminggu lebih saya mengalami kondisi yang kurang lebih sama.
Sudah seminggu ini saya mengerjakan satu proyek di kantor yang yang melibatkan banyak orang. Segala hati, pikiran, dan tenaga saya curahkan untuk mengerjakan proyek ini. Suatu hal yang wajar, saya kira, mengingat saya penanggung jawabnya. Setelah rencana proyek selesai dibuat, pelaksanaannya membuat saya berdebar-debar. Ketika hari pertama usai, saya berucap syukur. Alhamdulillah, semua lancar.
Orang-orang memberi pujian, para karyawan yang menjadi obyek proyek ini berseru puas, para kolega pun mengangguk setuju. Lalu, satu demi satu komentar berbeda dipertanyakan kepada saya. Komentar yang kira-kira sama dengan kalimat, "Mana orang tuanya?"

Seperti cerita keluarga di atas, saya memang cuma berperan sebagai seorang nanny. Walau saya telah mencurahkan segala daya upaya untuk keberhasilan proyek ini, sosok saya ternyata belum cukup untuk memuaskan dahaga seorang anak akan orang tuanya. Walau anak-anak dalam proyek saya memeluk saya dan berterima kasih pada saya karena kesuksesan proyek ini, mereka masih mencari figur orang tua mereka.
Saya tidak sakit hati. Saya hanya berharap saya bisa memberi tahu anak-anak ini alasan ketidak hadiran orang tua mereka. Karena alasan yang sebenarnya dan sejujurnya hanya satu.
Their parents do not really care.

My Number One Author







by Radza, himself...
(Hikari Radza Hardian)

Salah Kandidat


Teman: Gue heran deh sama elu, De'
Saya: .......?
Teman: Elu gak bisa masak kan?
Saya: Gak sih... Emangnya...?
Teman: Masak kue bisa gak lu?
Saya: Ya jelas enggak, tapi...
Teman: Makanan anak lu sapa yang nyiapin?
Saya: Ya, pembant...
Teman: Elu bukan model perempuan yang beres-beres rumah kan?
Saya: Ya, gak sempat, tapi kan...
Teman: Elu nyempetin diri buat ngepel, cuci baju, jemur, ngelap kaca, bla bla bla...
Saya: Ya, enggak. ITU ALASANNYA GUE PUNYA PEMBANTU! KENAP...
Teman: Elu itu gak bisa masak, gak mau ngurus rumah, gak ngurusin anak...
Saya: Eh, sembarangan lu gue dibilang gak ngurusin anak!!!
Teman: Elu gak nyiapin makanan dia kan?! Elu gak ngerjain kerjaan rumah...
Teman: Tapi kenapa elu bisa cepet kawin sementara gue yang bisa semua-mua kerjaan perempuan malah gak kawin-kawin???!!!!
Saya: ............ soalnya waktu gue mau kawin gue nyari suami, bukan nyari majikan...

Mars, Venus and Papap

MetroTV menayangkan wawancara Desi Anwar dan penulis buku self-help terkenal John Gray: Men are from Mars, Women are from Venus . Papap menonton acara itu dengan serius. Ehem.

Sewaktu saya ikutan menonton, John Gray sedang berbicara, "bila ada masalah, perempuan cenderung menceritakan dengan mendetil awal masalah, alasan masalah itu bisa terjadi, apa yang dirasakannya, apa yang dilakukannya. Sementara itu, pria yang mendengarkan perempuan itu bercerita akan tidak sabar menunggu akhir dari cerita yang akan menjelaskan solusi yang diambil si perempuan."


women complain about problems because they want their problems to be
acknowledged, while men complain about problems because they are asking for
solutions -wikipedia


Pendamping John Gray, seorang laki-laki Indonesia, tertawa rada ngenyek.
"Apa itu berarti perempuan tidak bisa memberikan solusi?" tanya Desi Anwar. Sepertinya dia sedang kepanasan.
John Gray meluruskan.
"Bukan. Sebenarnya yang dilakukan para perempuan adalah menjaga sopan santun. Mereka tidak mau terlihat sok tahu dengan menceritakan solusi di awal cerita mereka. Mereka mencari keikut sertaan para pendengar cerita mereka."

Tiba-tiba Papap seperti mendapat pencerahan.
"Tuh, jadi perempuan itu, Ma, pengen bersopan santun, gak mau kelihatan sok tahu, gak mau langsung ngasih solusi. Supaya sopan maksudnya."
Saya yang tadinya sudah hampir masuk kamar spontan berbalik.
"Aku gak gitu tuh. Kalo mau ngasih solusi, ya ngomong aja. Gak usah ribet cerita panjang lebar."
Papap melengos.
"Yaaah, itu kan perkara sopan santun seseorang...."

Is he trying to tell me something?

Growing Old

I was probably just being sensitive. Or overworked.

I can understand why people -strangers- out there called me by Ibu.
"Mau beli apa, Bu?"
"Pesan apa, Bu?"
"Berapa liter, Bu?"
"Loh, Bu, ngapain naik-naik pager?!"
These people are being polite.

And then something started. If I'm not mistaken it had started to happen when I graduated from college and then it has got worst. Whenever I meet or talk to my friends (especially those from my before-life a.k.a high school, college, clubs) they call me by "Ibu".
"Apa kabar, Bu."
"Terima kasih, Bu."
"Kapan ketemuan lagi, Bu?"
"Maen-maen ke rumah dong, Bu."

At first, I thought they were just being polite. Or joking. Or politely joking. But lately, when they started to pop up in my YM and frequently called me Bu, Bu, Bu, Bu generously, I began to get really really annoyed. Like, really annoyed. And what makes me more annoyed is I cannot figure out why they have to call me (or call each other) by Bu.

My friend, Barb, joked that it was by far better than hearing them calling me Pak. Well... But then, she said probably it was just a reminder that we (by this she meant herself!) were not young anymore. I told her I was never obsessed of being young forever. But, come on! Being called Ibu by people you grew up with?!

Now, I guess you have watched Donna's character by Meryl Streep in Mammamia? Honestly, I am so captured by Meryl Streep's way of becoming Donna. Donna is a woman of 40s, I guess, but look how she carries herself. She is so cheerful, so alive, so full of life (and without a bit of regrets). Makes me wonder if I can be that young when I am old.
Donna and her friends are exactly how I pictured myself and my friends in the future. Pictured. With suffix 'd' as in the past tense. With the way they keep calling each other and me Bu and Pak, I guess I have to change the picture of them in the future. My picture stays the same, of course. I'm not ashamed to confess you can picture me growing old like Donna, more or less. So, people, especially if you went to the same school with me, stop calling me Bu!

Well, then, care to tell me about your picture?

Kesadaran Tahun Baru

Hari-hari menjelang pergantian tahun selalu memberikan kesibukan yang sama pada saya. Kesibukan yang itu-itu saja. Bukan kesibukan membersihkan rumah, mengecat dinding, mendekorasi ruangan (oh, I wish!), membuat resolusi, atau pun memikirkan tulisan 'dalam-rangka-tahun-baru' untuk dipasang di blog. Kesibukan saya adalah mencari-cari agenda baru, persis seperti cerita saya setahun lalu.

Tahun ini pun saya konsisten dengan kesibukan saya. Hanya saja bukan untuk mencari agenda baru atau malah menggantinya dengan PDA (oh, I wish!). Agenda yang saya pakai masih tetap agenda setahun lalu yang masih layak pamer, tapi tentu saja isinya harus diganti. Jadi, berkelilinglah saya ke sejumlah toko buku untuk mencari isi agenda yang paling kinclong.

Setelah mendapatkan hasil dari kegiatan berkeliling toko buku, hari-hari saya mulai menjadi cerah seiring dengan pergantian tahun. Sibuuuuk, saya di kamar mencopot isi agenda lama penuh coretan dan catatan dan menggantinya dengan lembaran-lembaran baru yang masih bersih, kinclong, bebas coretan, dan tanpa noda. Rasanya seperti mempunyai fase hidup yang baru, seperti membalik lembaran lama menjadi ke lembaran yang lebih bersih, seperti habis mandi, seperti habis ganti baju... kira-kira seperti itulah. Sehari dua hari hati saya masih berbunga-bunga karena misi sudah terlaksana. Hari ketiga, bencana mulai terjadi.

Hari kelima di awal tahun baru, hari pertama masuk kantor, saya termangu-mangu di meja saya di kantor. Menyadari ketololan saya. Bagaimana caranya gue kerja kalo semua catatan ada di agenda lamaaaa?! So much for having a new phase of life.

Jadi, pesan moral saya yang pertama di tahun baru 2009 adalah jangan keluarkan setengah tahun terakhir isi agenda lama anda. Gabung setengah tahun terakhir isi agenda lama anda dengan setengah tahun pertama isi agenda baru. Selain dapat menghindarkan anda dari kebodohan yang saya buat karena kehilangan banyak catatan penting, anda juga akan mendapat pencerahan baru bahwa kita tidak akan bisa merengkuh, menyongsong, melangkah ke masa depan tanpa membawa pelajaran dari masa lalu...

Selamat Tahun Baru Masehi 2009 dan Tahun Baru Islam, teman-teman!

Di tahun baru ini, saya juga akan muncul berkoar-koar tentang novel kedua saya di Woman Radio FM94.3 pada hari Jumat, 9 Januari 2009 jam 12-13 siang. Tapi, jangan tanya bagaimana caranya anda bisa mendapatkan rekaman koar-koar saya itu di youtube karena... sumpah, gue juga gak tau gimana caranya bisa masukkin rekaman semacam itu ke youtube!

Blogger Templates by Blog Forum