Eyang Uti kepingin punya cucu perempuan. Walau tidak jelas-jelas menunjuk 'dari' siapa, bliow pasti menujukan kepengenannya itu ke saya karena kedua adik saya jelas-jelas masih happy-jombloer.
Alasan Eyang Uti sederhana: bliow pengen ngedandanin anak perempuan. Dikasih pita, dikasih jepit rambut warna-warni, dipakein baju lucu kyut-kyut, dikasih maenan boneka cantik, dikursusin balet, menari, John Robert Power-mungkin, dansebagainya. Hasil akhir: gak ada yang percaya kalau saya -dengan tampilan seperti ini- adalah ibunya.
Sejujurnya, she had her chance with me waktu saya masih kecil dan imut. Sekarang, setelah saya besar dan imut, tentu saja kesempatan untuk mendandani saya sudah hilang -walau bliow masih sering memaksa untuk melakukannya. Mungkin juga, waktu saya kecil dulu, bliow sibuk mempersenjatai saya dengan skills yang lebih applicable dalam kehidupan (baris-berbaris, bikin tenda, dan masak air) daripada sibuk mendandani saya.
Tapi, obsesi akut Eyang Uti ini tidak terlalu berpengaruh banyak pada kesehatan mental saya. Saya masih bisa memberi sejuta alasan pada dirinya, yang salah satunya dimulai dengan, "kalo anak laki-laki lagi gimana?"
Saya tak kuatir pada obsesi si Uti ini. Paling-paling dua ataw tiga tahun lagi bliow udah lupa sama obsesi ini. Lagipula, secara adat, saya tak berkewajiban memberinya seorang/dua orang/tiga orang cucu berjenis kelamin laki-laki/perempuan. Alhamdulillah, sudah dikasih. Tapi, saya ikut simpati pada seorang teman yang tiba-tiba sesenggukan disamping saya karena satu sebab yang maha penting: melahirkan penerus marga atau cerai!
"melahirkan penerus marga atau cerai!"
ReplyDeletePadahal yang menentukan nanti hasilnya laki atau perempuan itu ya lakinya (XY). Mestinya ancaman datang dr pihak perempuan yak ....
Udah lama ngga mampir mbak, aku ngga bisa buka Shoutboxnya, makin asyik aja baca2 posts nya mbak
ReplyDeleteemang horor yah kalo punya kewajiban melahirkan penerus marga ya Mbak, soalnya ada temen gw yang udah 6 masi aja penasarannya gag abis2, kesian plus merana deh liat bininya, udah tinggal kulit dan tulang-belulang gitu badannya....
ReplyDeleteBravo Mbak!! Anda tidak tergoda untuk memenuhi ambisi sang Nenek. Wah..kalo permintaan (paksaan) ini datang dari kaum suami, pasti dianggap KDRT.
ReplyDeletesabar
ReplyDeleteoh my...
ReplyDelete"melahirkan penerus marga atau cerai?"
ReplyDeleteIh sampe merinding bacanya, masih ada ya keluarga siti nurbaya di jaman kuda maen komputer.
just my basic undeducated opinion aja niy...:))
ReplyDeleteRasul Muhammad juga ngga punya penerus laki2x, anak laki2xnya Qasim meninggal saat berusia 2 tahun...
in fact, dari buku Khadijah Muhammad True Story yang kubaca, keturunan nabi kita ini cuma dari Fatimah Az Zhara, karena selain Hassan dan Husain, cucu laki2x blio meninggal saat masih kanak-kanak.
tapi sepertinya keturunan bliau tetap mulia...yah,,,beda kasus ya,,,*pusingsendiri*
PS : punya anak cewek=beragumen tiap hari dari dia bisa ngomong.
masih ada aja yg berpikiran sempit demi marga, yg menganggap garis agnatik gak boleh terputus sampai kapan pun.
ReplyDeleteah...pilih cerai aja kalo dah diintimidasi gitu...emangnya kue bisa dicetak !
ReplyDeleteobsesi yang normal dari seorang 'Uti'. pinter2nya kamu njawab aja, jeng :p
ReplyDeletekok ibu saya ndak pernah ndandani anak saya ya?? taunya main, main dan main truss ama cucunya :D **salam kenal mbak**
ReplyDelete