Saya belajar kalimat-kalimat bijaksana ini dari sahabat saya, Barb.
Suatu kali, saya terperangah menyaksikan tampangnya yang tenang saja saat diomeli seseorang. Barb, gitu loh. Kalau saya ini Rahwana, maka dia Rajanya Rahwana! Tapi kali itu dia diam saja diomeli seorang Dedemit kantor.
"What she was saying was correct. Why should I be angry?" kata Barb.
Saya melotot. "Elu gak denger dia ngomongnya begimana?! Kurang ajar banget mulutnya! Dan elu masih bisa senyum-senyum malaikat gitu?!"
Justru saya yang meranggas.
Dedemit satu itu memang sangat terkenal. Kalau ngomong, dia suka gak liat-liat tempat dan gak liat-liat orang. Saking penglihatannya seburem itu, kalau ngomong dia juga sering kali tidak mengatur bahasanya. Dia tidak pernah membedakan bahasa untuk ngomel ke kuli di pasar dengan bahasa untuk ngomel ke para senior (baca: ibu dan bapak) atau teman sejawat di kantor. Saya tidak suka bahasanya. Saya tidak suka penglihatannya.
Barb, si Raja Rahwana, itu hanya menjawab santai. "It's the packaging that looks bad. Not the content inside."
Saya masih keki. Namun saya juga sadar, Barb benar.
Saya jadi ingat si Mami di rumah. Kadang saya sering gatel-gatel kalau Mami mulai memarahi saya seakan-akan saya masih berumur 15 tahun. Padahal, pesan si Mami hampir selalu benar, walau saya tidak lagi berumur 15 tahun (on second thought, perhaps I'd love to be 15 once again). Hanya gara-gara bungkusnya tidak sesuai dengan selera, saya seringkali tidak mau menuruti si Mami.
Pesan moral kali ini:
Jaga bungkus kalian. Kalau bungkusnya jelek, percuma kita berbusa-busa menyampaikan isi ceramah kita pada orang lain. Nggak ada yang mau dengar! Belum lagi resiko ditabokin orang...
**ngebayangin Raja Rahwana kayak apa ya**
ReplyDeletekalo ikut marah-marah, yang memarahi tambah semangat
ReplyDeleteJadi kangen sama si Barb. Ketemuan yuuukkk... di rumah gw jg boleeehhhh... Hehehe...
ReplyDeletehm.. mirip ama pak bos di kantor yang packaging (baca: pilihan katanya pedes) nya jelek tapi sbnrnya baek hati.
ReplyDelete