Thursday, March 20, 2008

Mari Bicara dengan Teh

Entah kenapa saya tidak bisa melupakan iklan satu ini (ada dua scene): sepasang suami istri saling ngambek karena komunikasi yang gak nyambung. Si istri kemudian berpikir, 'Well, gue musti gimana ya?' Setengah detik kemudian si istri balik lagi dengan secangkir teh hangat. Suami yang sedang memble langsung cerah ceria dan hubungan mereka jadi harmonis lagi deh.

Apa yang bikin saya ingat iklan itu terus sih?
Apakah...
1. Buset. Selalu istrinya yang berpikir lebih dulu. (haha!)
atau, 2. Yang bikin masalah, di dua scene itu, selalu suaminya. (huahaha!)

Bukan, bukan dua hal itu yang membuat saya tak bisa melupakan pasangan itu. Saya justru membayangkan bagaimana kalau kejadian tulalit mereka terjadi pada saya dan Papap. Apakah secangkir teh bisa mengembalikan sambungan komunikasi menjadi lancar kembali?

Jawabnya...
Ya, enggak.
Karena, tentu saja, satu: Papap gak suka teh. Dua: Papap gak suka teh.
Got what I mean?

Percuma saya menyiapkan sejuta teh hangat merek apapun buat si Papap untuk melancarkan sambungan komunikasi. Yang ada saya malah bakal tambah sakit hati karena si Papap bisa dengan polosnya berkata, "ngapain kamu bikinin aku teh? Aku kan gak suka teh." (Yang di telinga saya bisa terdengar, "udah kawin sejuta tahun masih gak tau kalo gue gak minum teh?!")

Lalu, kalau komunikasi kami berdua sedang konslet, apa yang harus kami lakukan?
Ya, diam saja.
Dalam diam biasanya kami menata hati. Dalam diam biasanya kami mampu memundurkan bibir yang tadinya memble menjadi sesenti lebih tidak memble. Dalam diam biasanya kami mampu memikirkan ulang kalimat yang akan keluar dari mulut ("Dari tadi aku kasih tau masih gak ngerti juga?!" menjadi "Oh, belum paham ya sayang?"). Dalam diam biasanya kami bisa tidur dengan pulas...

Lalu, sampai berapa lama kami bisa saling diam? Kenapa gak pake secangkir teh yang bisa mengurai kabel komunikasi kurang dari semenit?
Seperti yang saya bilang tadi: teh bukan jawaban yang tepat atas solusi kami. Maka sampai berapa lama kami bisa saling diam itu tergantung. Tergantung siapa yang mau mulai menyapa, "Sayang..."

Biasanya sih Papap duluan...

5 comments:

  1. hmmh... kalau papanya si nau mah anteng aja.. suka pura2 ga tau istrinya lagi ambek.. :D

    ReplyDelete
  2. daku dan babe ndut biasanya jadi teletubbies kalo mau selesai marahan. kudu ada "berpelukaaaaan"

    ahahahahhaa.

    ReplyDelete
  3. Papa sukanya minum apa?

    ReplyDelete
  4. papap memanggil sayang bukan karena dia lupa nama dirimu kan?

    ReplyDelete