Wednesday, April 01, 2009

1 Bulan 30 Hari: Teori Relevansi

Hanya dalam hitungan hari (belum lagi minggu) niat saya untuk bercerita tentang apa yang terjadi pada suatu hari yang cerah tiba-tiba menjadi tidak relevan lagi. Itu sekali lagi menunjukkan kepada saya betapa waktu dalam hidup ini sama sekali tidak ada artinya.

Sebelum saya berubah menjadi filsuf gagal, lebih baik saya cerita dulu deh apa yang tadinya mau saya tulis.
Tadinya, saya mau bercerita tentang Teori Sofa dan hubungannya dengan Teori Comfort Zone.
Anda pernah menyadari kelakuan anda di saat duduk di sofa favorit? Apa anda selalu duduk tegak? Atau malah tidur berselonjor sampai tidak lagi menyisakan tempat untuk orang lain? Atau malah menaikkan kaki ala warung nasi?
Buat saya, kelakukan saya di sofa favorit (di rumah) biasanya mencerminkan karakter saya se-apa adanya. Gak pakai polesan.
Duduk melorot, kaki bersila di atas sofa (kadang sebelah kaki nangkring), baju kaos belel celana pendek, rambut tak kena sisir, dan kadang -terkadang saja- pake acara kentut diam-diam.
Buat saya, acara leyeh-leyeh di sofa menunjukkan seberapa tinggi level kenyamanan saya dengan diri saya sendiri. Kehadiran si Papap, si Hikari, si embak, kadang juga si Mami dan si Papi, tidak membuat level kenyamanan itu turun. Seakan-akan saya ingin berkata kepada mereka, "ini lah gue. Telen dah."

Sekarang, coba pindahkan sofa favorit tadi ke tempat lain. Ke kantor misalnya. Apakah saya akan tetap melakukan hal yang sama?
Walau secara teori saya tidak mungkin datang ke kantong dengan kaos belel dan celana pendek, saya masih bisa duduk melorot, kaki bersila di atas sofa, rambut acak-acakan dan tentu saja kentut diam-diam. Ditambah dengan fakta bahwa saya sudah bertahun-tahun di kantor yang sama, dikelilingi oleh orang-orang yang kurang-lebih sama, dikepalai oleh orang-orang yang kurang lebih sama, kelakuan saya di sofa favorit jelas akan sama saja. I am in my comfort zone. This is me. Shove it.
Dan kenyataannya, bukan cuma saya yang membawa sofa favorit ke kantor.

Kemarin itu, saya ingin bercerita bagaimana saya sedang berpikir untuk mengambil jarak dengan sofa favorit saya di kantor. Ini ada hubungannya dengan kedatangan orang baru di kantor dan kepergian orang lama ke tempat lain. Alasan saya, saya tidak tahu bagaimana orang baru itu akan menilai sofa saya. Dan kelakuan saya di atas sofa itu tentunya. Tapi tiba-tiba, sesuatu terjadi sore ini dan tiba-tiba juga sofa favorit saya menjadi tidak relevan lagi. Either I sit on it, sleep on it, or stand on it, it won't matter anymore karena tiba-tiba, hari ini saya malah ditawari sebuah sofa baru.

Sofa baru ini memang tidak lebih mahal daripada sofa nyaman saya yang lama. Lebih baru, jelas. Tapi belum tentu lebih nyaman. Penawaran yang begitu tiba-tiba malah membuat saya curiga untuk mencoba sofa baru itu. Dasar manusia! Bukannya girang dengan sofa yang baru, saya malah mundur ke belakangan dan mencoba mengambil jarak sejauh-jauhnya. Dengan kepala dimiringkan, alis diangkat sebelah, dan otak diperas, saya memandang sofa baru itu dengan tingkat kenyamanan yang hampir nol.

Beberapa jam dari penawaran sofa baru tadi, saya masih belum bisa memutuskan sofa mana yang saya mau duduki dan saya abuse. Yang nyaman? Yang licin dan baru?
Yang pasti, kejadian beberapa jam yang lalu membuat saya terpikir tentang teori baru berjudul Relevansi. Betapa tidak relevannya setiap detik (dan masalah di detik itu) dalam hidup saya bila saya mau sebentar saja mengingat bahwa 1 bulan terdiri dari 30 hari.

Anda mengerti?

update:
hahahaha... hadirin sekalian, saya tidak sedang dipromosikan atau mempromosikan apa-apa. Ini hanyalah cerita tentang sebuah sofa lama dan sofa baru (dan kebiasaan orang yang duduk di atasnya). Cerita selanjutnya, tunggu beberapa hari lagi ya. Tapi saya gak pernah nolak kalau ada yang mau ngedoain saya dapat promosi...

8 comments:

  1. " anda mengerti?"
    mmm... gak mudeng babar blas...

    ini masalah sofa baru atau promosi karir sih sebenernya??

    ReplyDelete
  2. Wah .. elo mo dinaikin jadi kacab ya Dep?

    ReplyDelete
  3. Horeee...Promosi ya mbak? Selamat!

    ReplyDelete
  4. saya mengerti. *sambil diem2 narok "sesuatu" di bawah sofa baru, untuk dilihat perkembangannya bbrp hari kemudian*

    ReplyDelete
  5. :) gak relevan ya?

    ReplyDelete
  6. Terima kasih Erma hehehehe....

    ReplyDelete