Friday, August 18, 2006

Menolak Bala Ledekan

Mbok Rabbit bertanya tentang cara saya meng-handle ledekan teman. Wah, ya, gak ada yang istimewa. Biasanya ya malah balik memaki. Soal maki-memaki ini pun sudah pernah saya beritakan disini. Silahkan dipelajari...:-B
Sebenarnya, saya agak malu dan sungkan berbicara tentang ledek-meledek. Apalagi kalau topiknya "Bagaimana cara meng-handle ledekan teman". Alasannya.... ya apalagi... wong, saya yang biasanya duluan ngeledek teman kok...
*Plak!*
*Aduh! Gue kan jujuurr...*

Begini lah susahnya saya ini. Anggota keluarga besar ibu dan bapak saya itu dua-duanya tukang ngeledek. Bayangkan kalau bapak ibu saya sedang ada hajatan dan kedua pihak beda asal itu dipertemukan [-O<. Kalau mau survive selamat sampai akhir acara, kita harus belajar menghandle ledekan-ledekan ini. Jeleknya, kebiasaan meledek terbawa kemana-mana...:-
Mencomot pengalaman saya yang tukang ngeledek, saya akan memberi tips bagaimana caranya meng-handle ledekan. Mudah-mudahan bermanfaat. Tapi dosa ditanggung masing-masing ya...

Pelajaran pertama, menurut kamus saya, ledekan itu harus lucu dan tidak menghina. Juga TIDAK boleh menyinggung SARA, nilai TOEFL, besarnya IQ, warna kulit (apalagi kulit hitam), dan nilai IPK. Kemudian, kategorikan ledekan itu menjadi beberapa kelompok dan balaslah ledekan itu berdasarkan kelompoknya. Menurut versi saya, ledekan dikelompokkan sebagai berikut...

1) Ledekan garing, basi, jayus, gak lucu, gak bikin ketawa, not funny at all. Ledekan jenis ini benar-benar menyalahi kodrat ledekan menurut kamus saya. Apalagi kalau ledekan jenis ini akhirnya nyerempet penghinaan, makian, perasaan sirik bin iri. Bila menghadapi jenis ledekan ini, untuk membalasnya saya melihat-lihat dulu siapa yang melontarkan ledekan. Kalau saya sebel dengan orang yang meledek itu saya tidak akan tersenyum apalagi tertawa mendengar ledekannya. Yang akan saya lakukan adalah menatap mata orang ini dalam-dalam, menaikkan alis mata kiri saya, dan mengirimkan pesan mental yang berbunyi "Nice try, but you'd better not try it again". Oke... sudah bisa menirukannya? Lanjuuutt... Sebaliknya, bila saya tak punya perasaan sebel atau illfil dengan si peledek, saya hanya akan tersenyum sopan dengan manis. Saya juga tidak akan membalas ledekan peledek jenis ini. Susah soalnya nyari balasan ledekan yang lucu kalau ledekan aslinya gak lucu... It takes two to laugh, babe. Tenang saja, Jeng. Ledekan jenis garing dari orang yang baik hati dan tak bakat meledek ini bila disenyum-manisi pasti akan berhenti pada ledekan pertama. Si peledek pasti sadar kok kalau ledekannya... gak lucu... :D

2) Ledekan lucu. Kalau ledekannya memang lucu, ya tertawa saja. Yang keras! Tertawa itu sehat, tertawa itu indah, tertawa itu cantik. Bila mendapat ledekan lucu biasanya saya terpincut untuk balas meledek. Adrenalin saya rasanya luber-luber. Kalau si peledek benar-benar jago meledek, maka suasana akan tambah seru. Hahahahahahaha....... saya rindu teman-teman saya yang jago meledek itu... *ngusap air mata*

3) Ledekan yang kurang ajarrrr dan dilontarkan pada tempat plus timing yang tidak tepat. Ah, yang model begini sih gak perlu dibahas. If you can walk away, walk away. Itung-itung mindahin dosa. Kalau gak bisa, tampol aja tuh orang!: Kalau perlu golok, just lemminow. Saya beri gratis tak perlu bayar...O:) ......

4) Kalau gak ada yang ngeledekin? Jeng, jeng, itu artinya hanya dua: anda terlalu menyeramkan untuk diledek, atau anda terlalu garing untuk diajak maen lempar-ledekan... :D

Naaahhh... kan......
Saya sudah mulai meledek sana-sini lagi. Kapan insyapnya? Sigh.
Eniwei, apapun jenis ledekannya -apalagi kalau itu ledekan becanda yang lumayan lucu- gak perlu lah dimasukkan ke dalam hati. Tak perlu terlalu sensitif, kawan. Ringankan hati, mari tersenyum. Namanya juga ledekan. Anda tak suka, tinggalkan saja. Anda suka, mari tertawa... Ha-ha-ha... :O)

sayup-sayup saya mendengar bunyi panci dibanting
"Easy for you to say! Elu pan yang tiap kali ngeledekin orang muluuu..."
dan saya pun terkaing-kaing
"Ampun, Mpok... Aye pan cuma becandaaa... Gitu aje marah.. Woii! Gitu aja marah, woi!"

Jeng Ratu Neri, ente pan sering maen ledek-ledekan sama aye. Ayo dibagi tips menghandle ledekannya!

3 comments:

  1. makasih atas kuliah Ledekology 101-nya ini. cool! kalo saya diledek, ya bales ledek dong. *saya dibayar utk itu, hehehe*

    (asal jangan lèdèk kêthèk, emangnya topeng monyet?)

    ReplyDelete
  2. dulu saya pernah bertanya pada kakek guru yang kerjanya cuman bertapa . "cara bertahan apah yang paling bagus?" jawabnya adalah "menyerang" jadi mungkin bisa diaplikasikan juga sebelum diledek lancarkan saja serangan ledekan duluan kalo perlu bertubi2 :D...

    ReplyDelete
  3. wa kalu soal ledek2an,aku lumayan ancur..hehe..soalnya lahir dan gede di jawa timur,tau lah...ledek2an runs in my blood,mbak..tapi biasanya nothing personal. cuma kebiasaan yg ga bisa ilang ajah

    ReplyDelete