Beberapa bulan ini saya lagi punya mainan baru. Saya dan 3 manusia kurang kerjaan lain sedang menggarap sebuah blog komunitas bersama. Komunitas apa? Komunitas pendidik(an). Siapa anggotanya? Rencananya guru-guru. Rencananya.... karena sampai sekarang anggotanya baru kita berempat hehehe...
Bikin mainan bareng guru ternyata njelimet: detail-oriented, visual-auditory-kinesthetic styles jadi satu, apa-apa dipikirin, doyan mendebat, setiap kalimat dikupas kalo perlu dicari referensi di kamus, senangnya voting, dsb, dsb. Hal terakhir di permainan ini yang bikin pusing-pusing-gokil adalah saat harus merancang blognya. Astagaaaaaahhhhh.... si Daff sempat-sempatnya menggambar rancangan itu di kertas! Pake pensil warna segala!
Nah, soal warna di kertas warna itu yang akhirnya jadi pusing si perancang desain blognya karena kami mau warnanya MARUN, bukan PINK, bukan MERAH, tapi MARUN! Blog gak jadi-jadi karena warna marun yang dimaui oleh umat gak pas melulu. Sampai akhirnya saya menemukan warna marun di Mas Wiki. Setelah berhasil menemukan berbagai shade dari marun, saya segera mengirim email URGENT ke 3 orang kurang kerjaan tadi. Saya minta mereka memilih marun yang mana yang mereka suka. Hasil email urgent itu? Gak ada yang jawab!
Satu jam lewat lalu teman saya yang paling rajin, si Daff, menelpon. Pesan Daff singkat: gue ngikut pilihan elu aja deh. Hayaaaahhh...
Lalu, jam 4 lewat, waktunya pulang kantor, satu makhluk lagi nongol. Si Je datang melongok ke ruangan saya yang langsung saya gebrak-gebrak.
"Lo milih warna marun yang manaaaaaa?"
Setelah memberikan alasan sana sini yang
Layar komputer saya itu berada di sisi kiri meja saya dan Je duduk di seberang meja. Jadilah si Je melototi layar hanya dari sisi kanannya.
Dia pun berkomentar, "Yang nomor 3 bagus."
Yang saya jawab dengan semprotan, "Hah? Pink begitu? Itu pinkkkkkk!"
Dia balik nanya, "Emang elu yang mana?"
"Yang nomor 6."
"Kok nomor 6 sih? Emang itu marun?"
"Ya marun lah dibanding nomor 3!"
"Itu enggak marun lagi!"
"Marun!"
"Itu biru!"
"Biru darimana?! Lo buta warna kali ye?"
Setelah beberapa menit saling menghina, Je akhirnya mau bangun dari kursi, berjalan menghampiri sisi saya duduk, dan mengusir saya mentah-mentah. "Awas lo!"
Sampai di depan layar komputer, dia ketawa ngakak.
"He, elu liat deh dari tempat gue duduk tadi. Warnanya biru, tau!"
Saya pun berjalan ke tempat dia tadi duduk. Dan ternyata saya juga menemukan deretan warna yang jauh berbeda dengan yang saya lihat bila saya duduk langsung menghadap ke layar.
Pesan moral saya kali ini adalah coba lah untuk mengangkat pantat anda dari tempat duduk nyaman yang sedang anda duduki dan berjalan lah ke sisi lain yang berbeda. Kadang-kadang, hanya dengan melihat sesuatu dari sisi yang berbeda, satu hal bisa terlihat berbeda pula. It's not easy to make yourself leave your comfort chair, but it's worth the truth. Untung saja si Je mau berdiri dan mencari tahu dari sisi yang berbeda. Kalau enggak, bisa-bisa kami menghabiskan hari ini dengan saling menghina tanpa dia tahu bahwa saya ternyata yang benar hahahaha....
kalo beneran Je ngga mau pindah,phase 'talking nonsense' dimulai!!!
ReplyDeletewakakakak.
belum bisa kebuka ya mba situs baru itu?
ReplyDelete@Yati: lagi underconstruction gara2 soal Marun itu hehehe... tapi bisa liat dummy (read: bego-begoannya) di www.indonesiaeducate.wordpress.com
ReplyDeleteThanks yak, Jeng!
daff n dep: bener lo emang dev selalu bener...bener ngaco. LOL.
ReplyDeletehopefully we can take a whole month leave to take care of indoeducate :)
jadi kesimpulannya kalo mo debat lagi harus turun dari kursi & berdiri dulu yah....
ReplyDelete