Mengulang Hidup (yang itu)

Pas gak ada ide ngisi blog, pas mbok'e Reyhan ngasih peer. Peernya gak tanggung-tanggung lagi susahnya. Dan yang bikin gue rada-rada 'ngeri', peer ini bakal bikin gue menulis panjaaang dan lebaaar karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya *pada saat ini gue melihat penonton meninggalkan gedung bioskop sambil menyumpah-nyumpah*. Pertanyaan si mbok adalah "Kalo bisa diulang dan milih, apa pilihan jurusan yang diambil di umptn? Tentu asumsinya apapun pilihan yang dipilih, kita bakal diterima dan berkuliah disitu."

Kalau pertanyaannya apakah gue akan memilih jurusan lain? Jawaban gue: YA dan TIDAK.

YA?
Begini ceritanya: Mami Papi gue dulu itu gak pernah maksain gue buat masuk jurusan ini ato itu. Karena pengen ideal, mereka nyuruh gue ambil tes bakat sebelum lulus SMA. Hasilnya? Seperti yang sudah bisa diduga, bakat berhitung gue agak-agak jongkok. Sebaliknya, bakat bahasa gue menjulang tinggi. Atas hasil tes ini, Mami Papi (disingkat MP seperti pada Military Police karena fungsinya yang hampir-hampir sama) 'mengarahkan' gue untuk masuk Sastra, padahal, seperti rencana hidup gue yang sudah gue rencanakan sejak SMP, gue itu anak Bio yang milih jurusan A2 karena seneng sama Biologi dan Kimia, karena bercita-cita jadi dokter, dan karena ikut ekskul PMR (apa coba?!). Disisi lain, gue juga kepengen masuk jurusan hukum internasional karena kepengen jadi diplomat untuk alasan yang sampai sekarang gue sendiri gak ngerti.

Lalu, tibalah waktu pengisian formulir umptn, MP pun sudah mewanti-wanti untuk mengambil jurusan Sastra. Dasar gue keras kepala n ngeyel abis, gue tetep gak milih jurusan Sastra. Lagipula, waktu itu gue berpikir ngapain juga masuk Sastra, lah gue toh udah 'speak the language' (jaman gue itu, Sastra Inggris lagi ngetop-ngetopnya). Pulang dari nyerahin formulir, Mami nanya gue milih apa. Jawaban gue: kedokteran gigi, hukum, dan fisip, ketiga-tiganya di Unpad. Gue udah siap diomelin, eh ternyata tanpa komentar mereka langsung bubar jalan grak... Seperti cerita-cerita yang selalu berakhir tragis ketika ada tokoh sang anak tidak menurut pada orang tua, hasil umptn gue pun tragis. Gue gak lulus umptn! Parahnya lagi, gue gak punya universitas swasta cadangan. Sekali lagi tanpa ba bi bu, emak menggeret gue ke FSUI untuk mendaftar program D3, yang saat itu juga lagi ngetop. Udah digeret begitu pun gue masih kekeuh ngeyelnya. Gue gak mau masuk Sastra Inggris. Gue pilih Sastra Jepang dengan alasan 'asal bukan Inggris'. Ya, waktu itu sih mana tau kalau sekarang bakal hidup di Jepang :) Alhamdulillah, lulus juga tesnya... Lucunya, gue gak bisa sedih karena gak lulus umptn n malah keterima di D3 FSUI, karena sohib kecil gue yang tinggal di sebelah rumah udah lebih dulu nangis kejer karena gak lulus D3 FSUI dan malah diterima umptn di FH Unpad. Life is indeed funny...

Lulus D3 Jepang, gue langsung gawe di perusahaan Jepang selama setahun. Dan hanya setahun itu aja gue spik-spik si bahasa. Tahun berikutnya gue lanjutin S1 di FEUI sambil nyambi ngajar bahasa Inggris. Eee... lulus FE, gue malah betah ngajar, malah jadi editor di majalah (yang gak ada hubungannya dengan Ekonomi), malah nulis ini itu. Sampe sekarang. Jadi kalo ditanya apakah gue mau mengulang memilih jurusan lain? Jawaban IYA gue adalah karena gue pengen kerja di tempat dimana ilmu gue kepake. Sebaliknya saat ini kalo disuruh kerja berbau-bau ekonomi, gue menolak. Walopun gue mampu belajar di FE, ternyata gue gak suka. It's just economics is really not my thing. Lalu seorang teman-yang-bijak-bestari-walo-blognya-gak-pernah-diupdate pun menasihati gue begini: cari pekerjaan yang elu suka, karena kalo elu suka, elu bakal perform, dan kalo elu perform, elu bakal sukses, lalu kalo elu sukses, elu bakal dihargai, nanti-nantinya uang akan datang dengan sendirinya. Hebat ya dia?! Apalagi kalau mau ambil beasiswa, jurusan S1 kita harus relevan/sama dengan S2 kita (seenggaknya di Jepang). Sementara gue gak mau ambil S2 ekonomi lagi *no, please*. Dan kalau gue bisa mengulang semua pilihan gue, gue mungkin akan ambil Sastra lagi atau malah Ilmu Pendidikan. Yang jelas, gue pengen ambil subyek: modern writing :) walopun gue gak tau subyek itu ada dimana...

Lalu kenapa gue juga jawab TIDAK? Setelah melalui jalan sepanjang ini, gue punya pemikiran kalau: Major doesn't make a person. It's the person that makes himself. Gak ngerti? Maksud gue, manusia kan punya kemampuan beradaptasi tinggi. Dia bisa menjadi apapun, melakukan apapun, belajar apapun dimanapun, asal ada kemauan. Memang lebih baik kalau kita tahu 'jurusan' kita dari awal, tapi kalaupun akhirnya jalan kita melenceng malah ke jurusan yang lain, ya, make the most of it!

*Pong* selanjutnya pemilik negeri-neri, what say you?

0 comments:

Blogger Templates by Blog Forum