Ini Jawabannya...
Saturday, October 18, 2008 by Mariskova
Mungkin karena sudah bawaan seorang guru, setiap kali saya menulis (fiksi) saya selalu menyelipkan sepotong dua potong pesan moral. Cerita-cerita saya biasanya juga berkembang dari potongan pesan moral itu. Sepertinya hal kayak begini tidak terlalu baik untuk dicontoh: you'll end up feeling older and looking older than you wish you were not.
Begitu juga dengan Hair-quake.
Ada pesan moral saya disitu yang saya yakin bisa bikin para laki-laki manyun. Papap salah satunya. Pesan moral saya hanya satu, eh, lima kata.
Buat yang udah baca (yang belom baca silahkan mengejar ketinggalan kalian), yok kita balik ke Andita. Lewat Andita, saya ingin menggugat suatu konsep kebahagiaan perempuan yang katanya hanya ada di dalam hubungan dengan laki-laki. Sebenarnya, kalau saya boleh lebih jujur dan kasar lagi, saya ingin menggugat kata-kata seorang teman perempuan saya yang mengatakan prestasi tertinggi seorang perempuan adalah dengan mendapatkan pendamping dan menikah. Kenapa saya jadi inget pembantu saya yang ijin pulang kampung setahun lalu ya? Jadi, ketika Andita dipaparkan pada kenyataan kehilangan (dalam bahasa Santi 'kaburnya') seorang laki-laki yang dia cintai, peristiwa itu tidak harus jadi akhir sebuah cerita (baca: novel). Buat saya, ending terbaik adalah Andita dapat beasiswa ke Amerika, bo! Masa bodoh dia mau dapat pacar atau enggak. Hidup tidak berakhir pada kepergian (atau kehilangan, atau kaburnya) seorang laki-laki. Hidup baru berakhir ketika diri sendiri memutuskan hidup itu harus berakhir. Begitu juga dengan kebahagiaan. One can decide where s/he wants to start.
Itu pesan moral saya hari ini. Juga jawaban saya atas janji yang molor. Juga pemaparan teori saya bahwa penemuan sepotong pesan moral berarti satu tambahan garis kerutan di wajah. You'll end up feeling and looking older.
Begitu juga dengan Hair-quake.
Ada pesan moral saya disitu yang saya yakin bisa bikin para laki-laki manyun. Papap salah satunya. Pesan moral saya hanya satu, eh, lima kata.
Laki-laki (itu) gak penting!
Buat yang udah baca (yang belom baca silahkan mengejar ketinggalan kalian), yok kita balik ke Andita. Lewat Andita, saya ingin menggugat suatu konsep kebahagiaan perempuan yang katanya hanya ada di dalam hubungan dengan laki-laki. Sebenarnya, kalau saya boleh lebih jujur dan kasar lagi, saya ingin menggugat kata-kata seorang teman perempuan saya yang mengatakan prestasi tertinggi seorang perempuan adalah dengan mendapatkan pendamping dan menikah. Kenapa saya jadi inget pembantu saya yang ijin pulang kampung setahun lalu ya? Jadi, ketika Andita dipaparkan pada kenyataan kehilangan (dalam bahasa Santi 'kaburnya') seorang laki-laki yang dia cintai, peristiwa itu tidak harus jadi akhir sebuah cerita (baca: novel). Buat saya, ending terbaik adalah Andita dapat beasiswa ke Amerika, bo! Masa bodoh dia mau dapat pacar atau enggak. Hidup tidak berakhir pada kepergian (atau kehilangan, atau kaburnya) seorang laki-laki. Hidup baru berakhir ketika diri sendiri memutuskan hidup itu harus berakhir. Begitu juga dengan kebahagiaan. One can decide where s/he wants to start.
Itu pesan moral saya hari ini. Juga jawaban saya atas janji yang molor. Juga pemaparan teori saya bahwa penemuan sepotong pesan moral berarti satu tambahan garis kerutan di wajah. You'll end up feeling and looking older.
Setuju, kebahagiaan ada di tangan kita.
Tapi bukannya laki-laki maupun perempuan menemukan kebahagiaan karena ada hubungan dengan pasangan yang cocok? Jadi bukan perempuan aja yang bahagia karena hubungan dengan pasangan, tapi laki juga gitu. Konon yang ngejomblo rada lama jadi bete karena tidak adanya belahan jiwa .. dan ini berlaku both buat cowok maupun cewek. Biarpun misalanya seseorang menang lotere berjuta2, kalau dia ditinggalin pacar (co maupun ce), tetep aja bahagianya kurang. No?
lho sejak kapan laki-laki penting :P
setuju ah, bahkan apapun ga bakal penting ketika ide dan hasrat sudah padam karena dipadamkan
setuju yang ending Andita, skolah ke amrik lebih penting. jodoh takkan kemana dan ga dapet bukan berarti akhr dari segalanya.
wooooo...saya semangat sekaliii
ada lanjutannya ga, mbak?