Hari yang Bau
Sunday, December 14, 2008 by Mariskova
Setelah sebelumnya kami mengalami Hari yang Seru, hari Kamisnya kami mengalami hari yang lain lagi. Tapi sebelum membaca postingan ini, pastikan saja anda tidak sedang melakukan kegiatan makan-memakan, apakah itu makan nasi, makan lauk-pauk nasi, atau makan orang!
Pulang kantor malam Kamis itu, niat saya untuk berleha-leha sepertinya terlalu ambisiusdan sedikit egois. Rumah berantakan, mainan berserakan, cucian baju menumpuk, cucian piring bergeletakan, lantai berdebu tebal tak tersentuh kain pel, kaca-kaca jendela tebal dengan debu, langit-langit penuh dengan sarang laba-laba... Ya enggak lah! Gak gitu-gitu amat nasib kami setelah ditinggal pembantu pulkam 3 hari. Tapi yang pasti, cucian baju memang belum tercuci hari itu karena saya pulang kantor sudah malam.
Kegiatan mencuci baju sebenarnya tidak termasuk kegiatan rumah tangga yang paling saya musuhi nomor satu. Masih ada mencuci piring, ngepel, dan terutama MEMASAK yang jadi my number one no-no kalau pembantu pulang kampung. Tapi, setelah cucian kotor selesai dicuci, baru lah siksaan sebenarnya dimulai: menyetrika!
Malam itu saya punya tumpukan baju-baju kotor calon akan dicuci. Tumpukan itu saya bagi dua: satu tumpuk, saya masukkan ke mesin cuci dan mulai dicuci, tumpukan lainnya saya biarkan di ember untuk sesi mencuci kedua. Sementara itu, jemuran baju yang sudah kering masih bergelantungan di sekitar saya. Saya pun mengaktifkan Survival Strategy mode nomer tiga: Memanggil Papap.
"Be, tolong angkatin jemuran yak. Aku mau mandi."
Yang dijawab dengan manis oleh Papap, "Oke!"
Saya pun mandi dengan tenang.
Di sela-sela acara mandi saya yang lama itu, Papap berseru.
"Mam, sekalian aku lipat dan aku masukkin lemari ya?"
Saya jawab dengan pasti, "Okeeeeeeeeeeeee!"
Selesai mandi, saya lihat Papap sudah hampir selesai memasuk-masukkan baju ke lemari, lemari dia, lemari saya, dan lemari Hikari. Mata saya terantuk pada ember tempat baju yang masih bertengger di depan tivi. Duh, pikir saya, dibuang kemana tuh baju-baju kotor yang tadi gue taro disitu?
"Be, baju kotor yang di ember itu tadi kamu taro di mana? Di atas?"
Papap memandang saya enggak ngerti.
"Baju kotor yang mana? Gak ada baju kotor."
"Yang di ember itu."
"Wah, gak tau deh. Aku cuma ngambil baju yang udah kering."
Ya, bener sih udah kering tapi kan...
"Jadi tadi kamu ngambil baju-baju yang mana dari tempat jemuran?!" Nada saya sudah mulai tinggi sedikit.
"Ya, semua yang ada di tempat jemuran," kata Papap polos.
"Yang digantung di jemuran?"
"Iya, sama yang di ember. Itu baju kering juga ka....n?"
"Aaaaaaaaarrrrrrggggggggggghhhhhhhhhhhh!!!"
"ITU KAN BAJU KOTOR BELUM DICUCI!!!"
Malam itu, saya habiskan dengan mengendus-endus isi lemari-lemari baju. Bayangkan apa yang terlukis di wajah saya begitu saya harus mengendus pakaian-pakaian dalam....
Pesan moral saya kali ini: Pakailah pewangi pakaian saat mencuci baju. Seandainya anda terpaksa harus melakukan kegiatan mengendus seperti saya, setidaknya anda tidak akan sampai pingsan saat melakukannya.
Pulang kantor malam Kamis itu, niat saya untuk berleha-leha sepertinya terlalu ambisius
Kegiatan mencuci baju sebenarnya tidak termasuk kegiatan rumah tangga yang paling saya musuhi nomor satu. Masih ada mencuci piring, ngepel, dan terutama MEMASAK yang jadi my number one no-no kalau pembantu pulang kampung. Tapi, setelah cucian kotor selesai dicuci, baru lah siksaan sebenarnya dimulai: menyetrika!
Malam itu saya punya tumpukan baju-baju kotor calon akan dicuci. Tumpukan itu saya bagi dua: satu tumpuk, saya masukkan ke mesin cuci dan mulai dicuci, tumpukan lainnya saya biarkan di ember untuk sesi mencuci kedua. Sementara itu, jemuran baju yang sudah kering masih bergelantungan di sekitar saya. Saya pun mengaktifkan Survival Strategy mode nomer tiga: Memanggil Papap.
"Be, tolong angkatin jemuran yak. Aku mau mandi."
Yang dijawab dengan manis oleh Papap, "Oke!"
Saya pun mandi dengan tenang.
Di sela-sela acara mandi saya yang lama itu, Papap berseru.
"Mam, sekalian aku lipat dan aku masukkin lemari ya?"
Saya jawab dengan pasti, "Okeeeeeeeeeeeee!"
Selesai mandi, saya lihat Papap sudah hampir selesai memasuk-masukkan baju ke lemari, lemari dia, lemari saya, dan lemari Hikari. Mata saya terantuk pada ember tempat baju yang masih bertengger di depan tivi. Duh, pikir saya, dibuang kemana tuh baju-baju kotor yang tadi gue taro disitu?
"Be, baju kotor yang di ember itu tadi kamu taro di mana? Di atas?"
Papap memandang saya enggak ngerti.
"Baju kotor yang mana? Gak ada baju kotor."
"Yang di ember itu."
"Wah, gak tau deh. Aku cuma ngambil baju yang udah kering."
Ya, bener sih udah kering tapi kan...
"Jadi tadi kamu ngambil baju-baju yang mana dari tempat jemuran?!" Nada saya sudah mulai tinggi sedikit.
"Ya, semua yang ada di tempat jemuran," kata Papap polos.
"Yang digantung di jemuran?"
"Iya, sama yang di ember. Itu baju kering juga ka....n?"
"Aaaaaaaaarrrrrrggggggggggghhhhhhhhhhhh!!!"
"ITU KAN BAJU KOTOR BELUM DICUCI!!!"
Malam itu, saya habiskan dengan mengendus-endus isi lemari-lemari baju. Bayangkan apa yang terlukis di wajah saya begitu saya harus mengendus pakaian-pakaian dalam....
Pesan moral saya kali ini: Pakailah pewangi pakaian saat mencuci baju. Seandainya anda terpaksa harus melakukan kegiatan mengendus seperti saya, setidaknya anda tidak akan sampai pingsan saat melakukannya.
ndus ndus ndus (rofl)
hahahaha... papap.. papap..... top dah... :D
It seemed you learned your lesson the HARD way... :-)
Turut prihatin....
Guys... jangan deket deket dapur or cucian baju deh... hehehehe.
udah siuman?.. . :D:D
huahahaha....dua postingan berturut2 menghasilkan BAU semua :p
Dep, itu papap kok bisa ngelipat2 baju kotor tanpa nyadarin yah??? Baju kotor kan baunya asem gitu heheh.