Mudik
Saturday, October 28, 2006 by Mariskova
Kalau saya bukan orang Jakarta, sebaliknya si Papap itu malah aseli yang punya Jakarta, walau logat bicara saya lebih Betawi daripada si Papap. Menikah dengan orang Betawi berkonsekuensi pada semakin bertambahnya alasan untuk tidak bisa mudik, atau sekedar pergi ke kampung orang. Maka dulu itu ketika kami harus berlebaran di negeri orang, tidak ada kerinduan-kepanikan-kericuhan-keinginan-keterpaksaan untuk pulang kampung. Perasaan ini biasa saja. Lebaran disini disitu disana, ya, sama saja. Hanya minus orang tua dan saudara kandung saja. Apa gak kangen orang tua dan saudara? Ya, kangen lah, tapi kan ada internet plus webcam, ada telpon, ada pak pos. Kami malah merasa sengsara lahir batin gara-gara satu hal: gak ada makanan khas Lebaran…
Tapi, terus terang saja. Kelakuan kami yang ini jangan ditiru. Akibat kecuekan kami pada tradisi mudik ini kami pun sukses diomelin oleh orang se-Jakarta yang punya hubungan darah dengan kami. Menurut mereka, kami tak punya rasa kasihan dan hormat pada orang tua dan saudara kandung yang ber-Lebaran tanpa kami. Lucunya, orang yang dikasihani mereka justru cuek abis aja dan malah sibuk melarang-larang kami pulang karena, “tiket pesawat mahal kan? Mending beliin kita oleh-oleh aja.”
Yyyeeeeeeeeeeyyyyyyyyy…………..
Menonton berita Lebaran di tivi membuat saya penasaran. Seperti apa sih rasanya harus mudik?
Eniwei, selamat kembali mudik ya teman-teman. Semoga mudik kemarin membawa rahmat lahir batin dunia akhirat.
HAPPY EID EL FITR
TO ALL OF YOU