Yang tersisa dari pindahan kemarin, adalah perasaan geli. Iya, geli. Sepertinya ini bukan pindahan. Bukan permanent. Cuma holiday. Liburan sedikit, away from home. Aneh ya?! Tapi kayaknya si Hikari berpendapat atopun berperasaan sama. Pada hari H pindahan,
dia naik bis sekolah dari tempat yang lama, tapi pulang ke tempat yang baru, lalu menangislah dia dengan kencang. Sampai semingguan dia masih merajuk minta pulang
'ke rumah Ari yang tinggi, Ma'. Apalagi kalo kita belanja, secara semua tempat belanja itu disekitaran apato yang lama, Hikari akan menangis lagi kalo kita 'ternyata' tidak pulang ke apato itu, walopun sebenernya jarak antara apato dengan dorm paling-paling cuma 1 kiloan. 15 menit naik sepeda santai. Udah begini, paling yang dongkol cuma Papap. Untungnya Papap kalo dongkol diem aja. Jarang ekspresif. Jadi biar ajalah dia dongkol... hehehe....
Peace, Pap!
Mungkin perbedaan yang ada di dua tempat tersebut (atau ini?) yang bikin perasaan belom berkompromi. Beda pertama, apato yang lama lebih tinggi. Satu lantai saja. Di lantai 3. Kalau urusan naik
tangganya, jelas di dorm ini lebih enak: kamar di lantai 2! Di tempat yang lama, kita menyebutnya apartment or apato, karena walopun bentuknya sama-sama gedung seperti dorm ini, setiap 'house' terpisah dengan tetangganya. Begitu keluar dari rumah, langsung 'pekarangan'. Well, karena di lantai 3, yah pekarangannya ya koridor. Di dorm ini, ketika keluar 'room', tidak langsung pekarangan karena masih di dalam gedung. Bayangin satu gedung besar yang dalamnya dibagi-bagi menjadi berpuluh-puluh kamar (lihat foto gedung dibawah). Ada kamar yang besar -seperti punya kami, ada yang single room. Untuk keluar ke pekarangan dorm, ya harus melalui pintu public lain lagi, liat aja foto Papap sedang pose di pintu keluar dorm di bawah ini.
Privacy? Individuality? Jelas lebih tinggi di apato. Tapi, hidup di apato seperti tak bertetangga. Jarang sekali ada interaksi dengan tenant lain (walopun mungkin Barb bakal berkomen: kayak elu mau interaksi aja! kekeks). Bahkan tetangga sebelah rumah pun gak pernah terlihat seperti apa bentuk rupanya. Kira-kira begini gak ya rasanya tinggal di Perumahan Elit Pondok Indah, Sept, Romo? Tentu aja kalo di dorm ini lebih banyak kawan. Secara kawan semua emang tinggal disin
i hehehe...
Kemudian, kalau Hikari biasanya bisa berlari-lari dari kamar yang satu ke kamar yang lain di apato, di dorm ini, sejauh-jauhnya dia berlari, ya mentok dari dinding yang satu ke dinding yang lain. It's a room. With big A. Not roomS. Iya, di tempat tinggal yang sekarang ini kalo lagi bete, ya harus keluar ruangan. Pergilah ke common room. Tidak bisa tinggal di dalam kamar, kecuali mau berbete ria di kamar mandi -satu2nya ruangan 'lain' yang berbatas pintu. Mungkin itu juga yang bikin Hikari kehilangan 'taman bermainnya'.
Sebenernya kasihan dia. Dalam waktu kurang dari setahun ini, dia harus bisa
beradaptasi dengan 3 tempat tinggal: dari rumah berkamar banyak dengan kebun di kiri-kanan-depan-belakang, ke apato berkamar 2 tanpa kebun, lalu pindah lagi malah ke kamar yang masih tanpa kebun! Jadilah, kalo Hikari mau bermain, kita bawa ke lounge yang bisa dipake buat ngerumpi, maen bola, maen pimpong, nonton tivi, sampe pesta-pesta, atau sekalian keluar dorm, maen di pelataran parkirnya. Namun senangnya, yang pasti, di dorm ini, udara lebih segar! Sangat segar! We're on top of a hill surrounded by trees, forest, and rice fields. Spoilernya adalah walopun, seperti juga Roma, ada banyak jalan ke dorm, tapi gak ada jalan yang mendatar!
Jadi kita kudu menggenjot sepeda kuat-kuat tiap pulang ke dorm... ato kalo gak kuat, yah ditenteng lah sepeda itu! Abis bis -apalagi angkot- gak lewat depan dorm. Ada juga bis kampus yang jadwalnya gak temenan banget, either too early or too late. So, this dormitory is a perfect place for getting a healthy body, mind, and soul... (
guys, I'm being cynical here!). Ngomong-ngomong soal healthy body, urusan mencuci dan menjemur pun bisa bikin badan sehat, karena 1) public laundry ada di lantai 1, 2) kamar kita di lantai 2, 3) tempat jemuran umum ada di lantai 3. Kebayang kan? Trus, soal masak-memasak disini juga agak lebih lama. Kompor cuman satu, euy! Kayak pengaruh amat gitu ke gw yak?! hihihihi... Tapi iya nih, kompor cuma satu n kompor listrik. Seblomnya kan kompor gas dengan 2 'lobang' :) Udah gitu beberapa perkakas masak juga harus dipensiunkan karena gak bisa dipake di kompor listrik. Terpaksalah harus mengurangi memasak... huahaha...
Anyway, kemaren beberapa teman di kampung bertanya, kenapa juga kita harus pindah? Jawabannya, talking about having a nice-fully-furnished place with very cheap rent and free internet, phone, water, gas, and electricity, this place is just the purrrrrrfect place. Apalagi kampus Papap n sekolah Hikari cuman selemparan batu dari dorm. Cuman kegiatan shopping mami aja yang harus dikorbankan, kecuali kalo mami rela ngabisin napas nanjak bukit sambil ngegeret sepeda tiap pulang shopping. Diluar masalah luas (or malah sempit) nya ruangan, jalanan yang menanjak, dan rasa betah pada apato lama, I have nothing to complain about.
Although I realize, being me, I'm not finished till my whining is... hehehe...
Satu pelajaran yang gw dapet dari tinggal di rumah-rumah Jepang yang kecil tapi comfy ini, adalah persepsi gw yang berubah tentang rumah 4L di Indonesia. Rumah 4L, tau kan? Lu Lagi Lu Lagi yang bahasa resminya Rumah dengan banyak S:
Sesungguhnya-Sungguh-Sangat-Sangat-Sederhana-Sekali. Kenapa harus disebut sederhana? Karena kecilnya, kah? Talking about small house, you have no idea what small means! Buat gw sekarang, size doesn't matter 'that' much anymore. Look at us! 3 persons living in a 29-meter-square-size room. And we live!