Waktu kuliah dulu, ada dosen gue yang bercerita bahwa orang Jepang akan menjadikan topik 'Cuaca' sebagai bahan basa-basi pembuka percakapan. Setelah sampai disini, gue baru menyelami kebenaran kata-kata si dosen. Gila juga, it took me more than 10 years to believe him?!
Setiap kali, gue ketemu orang, Jepang dan asing, dan memulai percakapan, maka kata-kata kita akan dimulai dengan: "Wah, hari ini dingin/panas/indah/cerah/berangin ya?" Tapi ada satu hal yang gue gak setuju dari petuah si dosen: opening tadi ternyata bukan basi-basi. We (karena gue dan orang-orang asing lain termasuk) really mean what we say about the weather.
Misal:
A: Wah, hari ini berangin ya?
B: Iya, dingin banget.
A: Sampe kapan sih dingin begini?!
B: Sebulan lagi, mungkin. Saya juga sudah gak tahan.
Dan kami memang benar-benar sedang men-curhat-kan rasa kedinginan kami!
Gak kebayang kalo orang Jakarta memakai cuaca sebagai opening percakapan.
A: Wah, hari ini panas ya?
B: Dari dulu juga panas! Kemana aja lu?!
Berkenaan dengan cuaca, di Jepang, spring is official. Udah dari kemarin, malah, tapi dingin sih teteup :(
Cuaca disini tidak bersahabat dan tidak menyenangkan. Bukan apa-apa, spring di Jepang itu waktunya Hanami-an. Memburu Sakura sampai ke ujung pelosok negeri. Motretin Sakura. Ngeliatin Sakura. Pokoknya, waktunya Sakura! Tapi, hari gini, April gitu loh, masih aja dingin, hujan, angin kencang (percaya deh, ini angin jadi-jadian!), dan berkabut. Alhasil, nonton Sakura jadi gak asoy. Sakura pun cepet rontok. Udahan dia cuma nongol duamingguan, eh, pake diganggu angin dan hujan... Rese euy! Liat aja foto guguran kelopak Sakura di genangan air di sebelah dorm. What a waste! Ribuan kelopak Sakura gugur ditiup angin, dibasahi hujan, dan tersia-sia di atas aspal... *
sigh*
Sebenernya sih, momen ketika Sakura gugur, sungguh-sungguh indah. Pernah nonton The Last Samurai kan? Nah, pas adegan para Samurai itu mati, ada gambar bunga sakura yang gugur dibawa angin. Putih-putih kecil seperti kapas melayang bareng-bareng. Indah banget. Cuma, gue gak rela aja. Udah susah-susah dan lama-lama nunggu Sakura muncul, eh begitu angin lewat, ribuan kelopak bunga itu tersapu jatuh begitu saja. So beautiful, so fragile...
Kiri: Lihat warna putih di tanah. Itu kelopak sakura yang gugur.
Kanan: pohon sakura masih berbunga, di dekat apato kita.
Untuk musim semi dan musim sakura tahun ini, gw dan Papap sibuk motret sana sini. Kayaknya kita lagi kena virus demen motret serius, walopun hasilnya masih senyum manis saja. Kita berburu Sakura dari sekitaran dormitory sampai ke Shinjukugyoen Tokyo (yang tahun lalu sudah didatangi dan dilaporkan di blog ini).
Depan dormitory:
Depan dormitory dari atap. Mendung. Dingin:
Hikari di depan dormitory setelah ikut jalan-jalan motret:
Jalanan menurun dari dormitory ke Shinkansen Eki, Danau Honjo, kampus Waseda, dan peradaban dunia. Sepanjang jalan penuh Sakura:
Dibalik pohon-pohon pinky itu ada danau:
Danau dan Sakuranya. Ternyata tak berubah setelah
setahun lewat:
Lalu, pada suatu hari dimana laporan cuaca mengatakan hari itu akan cerah, kita dan teman-teman sekampung yang tinggal di Honjo, pergi ke Shinjukugyoen. Untung si bunga masih bertengger, walopun sepanjang kita disana angin terus-terusan membawa kelopak Sakura gugur melayang.
Meet the freaks:
Hikari nongkrong di pohon Sakura sambil sesekali bercanda India dengan Raffa, cewek imut tetangga kita:
Yah, itulah perjuangan kita meng-capture pemandangan Sakura. Sayang, waktu kita ke daerah Kansai kemarin, Sakura belum full-bloom.
Btw, silahkan disimak cerita-cerita perjalanan ke Kansai di
sini. Masih ada beberapa episode lagi yang bagian Kyoto, tapi Kobe, Himeji, Nara, sudah bisa dibaca :)