Pindahan Sekampung

Hari ini. Benar-benar tepat hari ini, kita sekeluarga pindah ke tempat baru. Tadinya gw mo nulis pindah ke apato baru, tapi ini bukan apato. Ini university dormitory yang bentuknya pun bukan apato walopun sama-sama bertingkat. Anyway, ternyata pindahan itu rame n memusingkan. Padahal bukan gw juga yang banyakan kerja. Papap was actually the one who did all the work. Kerja gw cuma ngurus Hikari n komentar ini itu yang menurut gw penting tapi bisa jadi bikin Papap keblinger.
Papap, lagi beres-beres. Misah-misahin barang di kerdusnya masing-masing.
Gw: Pap, yang itu jangan dulu. Mending ini aja. Eh, yang ini disitu aja, yang itu disini. Eh, yang itu dimasukkin sekarang gak ya?
Akhirnya gw kebagian tugas ngeberesin baju-baju. Bukannya mulai beberes, belanjalah gw ke "Toko Segala Seratus Yen" buat ngebeli plastik-bisa-ngempesin-baju yang di Jakarta GAK ADA! Huahahahaha! Ups, sori! Itu gw ketawa karena ini plastik gw cari-cari waktu jamannya mo brangkat ke Jepang dulu, gak ketemu-ketemu. Jadi rasanya, waktu menemukan plastik ini seperti "Eureka!"
Nah, cara kerja plastik ajaib ini, kita masukkin baju yang mau di bawa sesuai dengan ukuran plastik. Abis itu kita sedot udara di plastik pake vacuum. Abrakadabra! Ukuran paket jadi mengempis! Tapi, waktu percobaan pertama, masih rada gagal, jadinya, walopun kempes, tapi bentuknya kayak daging di press itu. Masih bergajulan. Malah gak bisa diteken di koper.... hehehe...
Eh, kok malah ngomongin plastik???
Balik lagi ke soal pindahan, hari ini pula, tepat tanggal 29, ortu gw juga pindahan di Jakarta. Gak tau kenapa bisa bareng akhirnya, padahal gak ada rencana begitu (rencana gw kan sampe gw pulang tetep gak pindah... hehehe...). Berhubung itu rumah di Jakarta udah ditempatin dari 30 tahun yang lalu n kita gak pernah pindah-pindah, kebayang dong segimana repotnya pindahan yang persiapannya cuman sebulan! Apalagi emak gw gemar koleksi ini itu :)
Nah, gw disini gak gemar mengoleksi hal-hal yang gak penting macam panci, wajan teflon, gelas-gelas kaca dsb dll. Yah, paling-paling cuman buku-buku. Tapi, pindahan kita disini udah bikin kepala puyeng, karena ternyata barang kita buanyak!! Liat aja di foto sebelah! Karena barangnya ternyata berkerdus-kerdus, kita gak bisa pindahan cuma pake sepeda! Alhasil kudu nyewa mobil bak kebuka kecil yang mirip mobil box tapi dindingnya pake terpal. Ini juga di Jakarta gak ada! Heran, mobil butut kayak gitu masih dipelihara ternyata disini! Terus, ternyata, mengkarduskan semua barang kita itu, gak seberapa puyengnya bila dibandingkan dengan mengeluarkan dan kemudian mencari tempat buat barang-barang itu di tempat kita yang baru! Habis coba aja bayangin, barang dari apato berkamar tidur 2, dapur, toilet n kamar mandi pisah, plus beranda kecil dibelakang, harus bisa masuk ke kamar -serius, kamar!- satu ruangan yang udah termasuk dapur, kamar mandi/toilet, sudut buat meja belajar, sudut buat tivi, dan sudut buat tempat tidur! Proses menjadikan 'rumah' baru kami home sweet home bisa makan waktu seminggu nih! Plus sakit kepala n badan remuk redam!
Untungnya teman-teman disini baiiiiiiiikkkkkkkkkkk sekali. Gak kebayang pindahan disini tanpa bala bantuan deh. Untungnya pula semuaaaaaa berbahasa Inggris hehehe..... Gak kebayang kalo harus mengomandoi pindahan bikin kepala pecah ini pake bahasa Jepang. Apa gak tambah pecah kepala cuman satu ini???
Tenkyuuuuuuuu ya teman semua... Our big thanks to all of you, guys. If you don't understand my posting, ask Fitri to translate it for you hehehehe....
Segini dulu lah cerita pindahannya. Badan masih puyeng n kepala udah hampir retak-retak. Ini tentu saja hiperbola yang terbalik tapi cukup menggambarkan kegegeran pindahan ini.

Our Friends are Leaving

My close friend, my gossip mate, my cooking guru, my shopping master, my Japan-life-teaching sensei is leaving.



Ully is the one person that makes my 'new' life in Japan more bearable and comfortable. First, she can cook! She is a g-o-o-d cook! Then, she knows where to buy what for how much, she knows which place was having a sale for how many percent, she knows what ingredients to add in every food I cooked, she knows where to go to see what, she knows how to get where and when, she has the best advice for everything that all I needed to do was to call her, and my life would be more comfortable...

But, everything has its time. My wonderfully-guided life has to end. She's returning home today. Her husband has successfully earned the Master and now she and her family are heading back home. And here I am mourning for her leaving.

Ully dear, thanks for everything! I can't say thank you enough for everything that you, Mas Agung, Rayhan, and Yukika have done for us. We miss you already! You promise to keep in touch, so I'll wait for the online-sign of your Y! Messenger and your updated-blog :)

The True Meaning of Happiness and Misery

Lessons I get from blogwalking are a lot! More than I ever expected. Things I nearly forgot, they return to me. Before, I wrote about Bang Ben after I read it on Om Kere Kemplu's blog. It brought the memory of some 3 years ago back. Then I read Kartina's post on "...Jangan Tangisi Apa Yang Bukan Menjadi Milik Kita..."
No, no, no, I'm not in the state of crying something that doesn't belong to me, like diamond ring, jaguar, condominium in Paris, nice hairstyle, or Keanu Reeves, no! It's something Kartina wrote about hating and loving something (or someone) that reminds me of what my Dad said to me a couple of years ago.

We were watching some tv program about celebrity. I didn't recall the name of the program. It was a long time ago. At that time the story was about a celebrity whose marriage became a shocking issue and had broken her mother's heart. The shocking issue point is not really important. Who cares anyway? But the fact that the marriage hit her mother so bad -and her mother being a well respected celebrity and individual- is devastating for many. Anyway, the bride herself didn't feel that way. The couple appeared in quite a happy pose.

Suddenly, my Dad -usually being indifferent with the celebrity world- made a comment. "Dia pikir dia sedang senang."
Me, didn't see his point, opened my mouth without thinking. "Memang lagi bahagia itu. Lah, lihat aja senyumnya."
Then he turned his face to me and said this thing I will never ever forget.
"De, inget ini ya. Belum tentu semua kesenangan itu rahmat dan semua kesusahan itu hukuman. Kadang-kadang kesenangan itu justru hukuman buat kita, dan kesusahan itu rahmat karena menjauhkan kita dari hal yang lebih buruk di kemudian hari. Makanya, jangan kamu lupa kalau sedang senang karena mungkin itu ujian atau bahkan hukuman. Walau sedang senang, kita harus rendah hati dan ingat untuk bersyukur. Dan jangan memaki kalau diberi kesusahan karena mungkin itu justru pertolongan Tuhan."

... and then he went on talking about corruptors who were happy for having a lot of money, not knowing that those days were their doomed days (!). He kept on talking. I didn't quite understand what he was saying. I mean, okay, I shouldn't brag myself, shouldn't boast myself by thinking that I'm better than the rest of the population, and I shouldn't just quit when things get rough, but, what is the meaning of something good is not always good, and the other way around?
I guess he knew me too well to just leave me alone. He recited me this:
"...boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kalian. Dan boleh jadi kalian mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian. Allah Maha Mengetahui kalian tidak mengetahui." (QS.Al-Baqarah; 216)

And so I understand. This surah applies to every aspect of my life (perhaps yours). Suddenly I was sorry if I ever thought myself better than anyone only because I was in a better condition -happier, of course. I was sorry too that often I questioned God for giving me such terrible days full of tears and burden. I was sorry why I didn't think deeper and why I didn't question myself, instead of God. I was sorry too why my Dad told me this thing when I was this old, and not sooner:( but perhaps I wouldn't understand anything if it happened sooner since this thing requires life experience.

Anyway, thanks Kartina, for your 'reminder'. I learn things when I read your blog. Thanks for the others too because all of you teach me lots of things. I hope my blog can give you more than just a 'brief coffee break' - still unsure if the sugar and cream are to your taste, though. I'm trying, I'm trying.

Phobia - Cerita Selanjutnya

Smalem gw lagi chatting sama temen. Tiba-tiba ada bunyi kresek-kresek di sebelah kiri -tempat jendela berada. Iiiiiiiiiiiiiiiyyyyyyyyyyyyy.....................!!!
(tarik napas) Kalo gak inget itu udah lewat tengah malem, gw pasti bertereak, "Aaaaaa!"
Bukan. Bukan hantu. Yang ini lebih nyeremin! Kecoak!
Pas banget. Pas lagi diomongin, dia muncul. Herannya begitu. Entah sugesti, entah kutukan, tiap kali gw merinding dangdut inget sama phobia gw, mereka pasti muncul. Udah gitu, si kecoak tersebut gede pisan! Gak bisa teriak sama Papap karena dia udah molor dengan sukses. Alhasil gw chatting sambil jongkok-jongkok. Siap-siap kabur kalo si kecoak mendekat.
Ya sudahlah kalo begini. Diterusin aja pembahasan phobia gw.
Phobia gw yang kedua, ya sama kecoak itu. Gak tau mulainya dari kapan. Kayaknya sejak kecil gw udah 'benci' sama kecoak. Kesininya keterusan jadi sugesti. Ngeliat kecoak bikin gw merinding-rinding. Ngeliat bekasnya pun -semisal tuh kecoak udah di tewaskan dengan sukses- tetep merinding. Apalagi baunya, tau sendiri deh.
Pengalaman gw yang paling men-trauma-kan tentang kecoak adalah waktu gw SMA. Ada temen gw yang tau kalo gw phobia sama kecoak. Suatu kali dia iseng naro kecoak di punggung gw. Duuuh... rasanya kaki ini langsung lemes. Mo teriak aja gw gak sanggup! Gw cuman bisa megap-megap n ngegelesor di lantai, saking takutnya. Eh, temen gw ini malah ketawa-tawa!? Untung ada yang nolongin gw, sebelom gw pingsan. Diambil lah kecoak itu dari punggung gw. Begitu hilang shock gw, gw kejar temen gw itu trus gw tam---!! Pokoke, I made sure he was sorry. He would think twice to mess with me again! Grrrhhhh.....
Nyokap gw sering nyap-nyap kalo gw mulai histeris ngeliat kecoak. Katanya, "Diinjek juga mati, kok!"
Iiyaaakkk....... Nginjek? Ngeliat aja udah mo pingsan, ini pake nginjek yang notabene kudu bersentuhan dengan si kecoak!? Gak la yaw!
Tapi waktu hamilnya Hikari, nyokap sering ngingetin. Katanya sugesti gw bisa bikin anak gw penakut juga. Akhirnya dengan memberanikan diri, tiap kali, sekarang ini, terutama kalo ada Hikari, gw suka jaim di depan kecoak.... (pasrah) Demi anak....
Hikari: Mama, ada kecoak!
Mami: (pucat pasi) Oh, iya. (nadanya dibuat riang) Diusir aja, Nak.
Hikari: Kecoak kan baik yaaa... (ini sugestinya dia kalo takut sama sesuatu)
Mami: Iya, baik. Tapi kotor, jadi kita usir aja ya. (sambil senyum palsu. Trus cepet-cepet ke toilet buat muntah!)

Phobia gw yang berikutnya adalah phobia ulat bulu. Ini juga dari kecil kayaknya, karena as long as I can remember, gw selalu takut sama ulat bulu. Kalo ini, gw pikir mungkin karena di rumah gw sering kejadian seisi rumah gatal-gatal kena ulat bulu. Maklum, rumah gw, eh salah, rumah ortu gw, dikelilingi pepohonan gede-gede. Seisi komplek juga masih rindang sama pohon-pohon gede. Jadi, bukan cuma kita sekeluarga aja sih yang sering jadi korban ulat bulu, keluarga lain juga. Masih mending kalo ketauan itu ulat habis dari mana, misal habis nemplok di baju ato di jemuran yang mana gitu, jadi kita bisa cuci lagi. Nah, ini biasanya ulatnya udah gak ada. Tiba-tiba aja, bokap ato nyokap ato gw ato adek gw ato sapa pun lah, gatal-gatal sekujur badan. Nah, biasanya kalo gw yang kena, akibatnya bisa panjang karena gw alergian. Sial lagi lah. Pernah waktu jaman gw SMP, sekitar tahun 80-an akhir, satu komplek kena hama ulat bulu, jadi pohon-pohon di komplek gw gundul semua! Kebayang kan gatelnya kayak apa jaman itu?!
Pengalaman menyedihkan gw dengan ulat bulu itu sekitar 2 tahun lalu, waktu Hikari masih bayi. Kamar gw kebetulan paling depan. Jendelanya pun menghadap teras yang ditanami pohon jambu air, mangga, belimbing, dan pohon-pohon yang lain. Gw punya kebiasaan naro semua buku-buku ngajar gw di tas tote kain (gak ada kancingnya). Habis ngajar, pulang ke rumah, tas beserta buku-bukunya itu gw geletakin aja di lantai. Sampai beberapa hari gak gw tengok karena weekend. Malam Senin, karena gw kudu ngajar Seninnya, baru lah gw bongkar isi tas itu. Gw bolak-balik buku-bukunya, nyatet ini nyatet itu, ngasih nilai PR murid, dll dsb. Setelah selesai, gw balikin lagi semua buku ke tas, buat dibawa lagi besokannya. Si Papap n bayi Hikari udah molor tuh. Eh, gak lama setelah gw ngeberesin buku, badan gw tiba-tiba berasa panas. Kayak demam kebakar gitu. Trus, gatelllll buanget! Pas gw liat di kaca, YA AMPUN, sekujur badan gw bentol n merah! Huaaaahhhhhhhhhh!!! Panik banget gw! Bukan cuma mikirin gatel di badan, tapi gw kepikir si Hikari. Gw pikir, tadinya, si ulat itu ada somewhere di kamar! Papap langsung ngungsiin Hikari ke kamar ortu gw. Semua sudut kamar di-cek. Seprai, tirai, diganti. Gak ketemu juga! Papap nyuruh gw mikir-mikir lagi, tadi gw abis ngapain sebelom gatel-gatel. Dengan gemeter, gw keluarin buku-buku dari tas tote itu lagi. Gak ada juga di buku-buku! Wah, dimana neeh?! Tambah gemeter gw buka tas totenya pelan-pelan. AAAAaaaaaaaaaaaaakkksss!!!! Itu ulat bulu bersarang -beneran bersarang hampir jadi kepompong- di dalam tas gw itu!!! Refleks, gw lempar itu tas! 3 hari gw tewas di rumah gara-gara badan gw terserang bentol n panas. Nangis kejer lah waktu itu. Tas oleh-oleh temen dari Switzerland itu pun gw buang! Buku-bukunya? Karena gak bisa gw buang (gile, mahal itu, import pula!), seminggu lebih di jemur di bawah sinar matahari. PR murid? Maap aja deh, gak bisa ane kembaliin. Tiap kali liat buku-buku itu, gw pasti berasa gatel-gatel lagi. Sugesti. Tapi memang, sampai terakhir, gw masih kena bentol sedikit kalo terpaksa harus make buku-buku itu. Yah, itulah, trauma gw gak ilang-ilang, malah kejadian terus. Apa itu namanya? Bukan Insectophobia (Fear of insect) lagi rasanya. Kutukan kali! :(
Gimana solusinya ya?

Gw coba ngebrowse di Wikipedia, eh malah nemu fear-fear gw yang laen. Wah, susah lah ini! Hehehehe.... Fear-fear yang laen, masuk ke posting berikutnya aja lah...

Phobia - Cerita Pertama

Di dunia ini, ada beberapa hal yang enggak gw banget, dan binatang adalah salah satunya (it's the biggest N-O) selain warna pink, masak, basa-basi, dan lain sebagainya. Gak tau lah kenapa gw gak demen sama binatang. Padahal Papap itu senang mengoleksi binatang, dari ikan, kura-kura, kucing sampe macan -kalo dibolehin sama nyak, babe, n istrinya. And it just so happens that 3 hal yang paling gw benci: ulat bulu, kecoak, dan anjing itu masuk spesies binatang! Katanya, namanya Zoophobia alias Fear of animals. And just my luck, the previous morning when I took Hikari to his pick-up spot, I met those three things I can't stand in this entire world. Coba ya, dalam perjalanan yang cuma makan waktu 4 menit itu, gw udah berhadapan dengan ulat bulu, kecoak, dan dua ekor anjing! Yuck! Really! Gemeternya itu loh, berasa sampe sekarang!
Pas turun dari tangga, ciiiiiiiiiiittttttt......... tiba-tiba diujung kaki gw, hampir aja bleh, ada ulat bulu lagi jalan. Pelaaannn banget! Woy! Udah bikin kaget, masih gak mo ngasih jalan pula! Trus, setengah ngangkat Hikari biar gak kena ulat, gw mepet-mepet ke dinding nyari jalan turun. Jalan lagi lewat belakang apato, tiba-tiba.............. hiiiiiiiiiiiiiiiiiiyyyyyyyyyyyyyyykkkk... kecoak lagi nemplok pas di jalan yang kudu gw lewatin. Hanya karena gw jaim ada Hikari aja, gw gak menjerit menyumpah-nyumpah kayak nenek lampir. Tergopoh-gopoh lah gw mengatur napas dan mengatur mimik muka karena Hikari mulai curiga, emak gw knapa pula? Abis gitu, gw mutusin buat lewat shortcut aja, karena takut telat. Jadilah gw lewat rumah tetangga yang gak pernah-pernahnya gw jabanin karena alasan yang sangat-sangat kuat: ada anjingnya di depan rumah! Eh, bener! Begitu liat gw, tuh anjing langsung blingsatan. Menggonggong n mo nyaplok gitu. Untung, bener-bener untung, tuh anjing di iket. Akhirnya, yang ada gw gandeng Hikari sambil mepet-mepet di pinggir jalan. Sial pisan, pagi itu!
Informasi aja, anjing -padahal- jarang banget keliatan di sini karena diumpetin di kandangnya. Gak pernah ada anjing yang dilepas betebaran kayak di kampung kita itu. Apalagi kecoak! (kata ini harus diakhiri dengan K seperti yang dilafalkan oleh si babe) Kalo di kampung halaman, kecoak itu kan udah kayak pet yang diumpetin, kalo disini, misalnya ada kecoak keliatan, langsung deh apato kita disemprot anti kecoak dan sodara-sodaranya. Dan, ulat bulu yang paling jarang lagi keliatan, gak peduli disini pohonnya banyak banget.
Buat orang laen kayaknya sepele. Tapi buat gw, mending disuruh push-up sampe doyan daripada berhadapan sama yang itu! Yang pasti Papap sering mendelik kalo gw udah mulai rese sama phobia gw terhadap 3 hal ini. Dia sering ngalah nyari jalan laen yang lebih jauuuh, atau ngerelain tangannya gw remes gak pake sayang kalo terpaksa harus ngelewatin si anjing. Kalo ada kecoak keliatan dirumah -baik dulu maupun sekarang- dia kepaksa kudu ngejar-ngejar itu kecoak n memusnahkannya supaya gw gak ngejerit-jerit nyebelin. Kalo ulat bulu, biasanya langsung dibakar sama Papa. Sadistis emang si babe!
Sadis ato tidak sadis, gw benci aseli sama anjing, kecoak dan ulat bulu! Gak tau dari kapan. Saking bencinya, sampe sering kebawa mimpi. Gw juga punya pengalaman buruk sama 3 hal itu. Padahal, sebelom kejadian buruk itupun, gw udah phobia!
Tentang anjing: waktu gw kecil -umur 9- gw lagi jalan di komplek sama adek gw yg umur 5 taon. Gak ada angin apalagi ujan, tiba-tiba ada anjing yang ngejar kita! Dan itu anjing mo nomplok adek gw! Reflek, gw geret aja si adek, alhasil tuh anjing cuman dapet sendalnya. Eh, dia ancang-ancang mau ngejar kita lagi! Gak cakep emang tuh anjing! Karena liat adek gw histeris pucat pasi (padahal gw juga sama histerisnya), gw tampol tuh anjing pake sendal gw! Kabur lah dia terkaing-kaing! Hiiihh, sendal gw n sendal adek gw hilang, tapi mana gw peduli. Berdua-dua kita pulang sambil nangis histeris. Eh, bokap gw cuma komentar, "Dipukul dong anjingnya!" Yeeeeeeeeeeyyyy!
Kalo itu masih belom seberapa, ada satu anjing lagi yang gw benci sampe sekarang. I'll recognize him everywhere until now! Temen sebelah rumah gw, waktu kita sd, melihara anjing herder. Aseli galak pisan itu anjing! Gw biasanya gak pernah mo maen kerumahnya, kecuali kalo anjingnya diiket dibelakang rumah. Biasanya pula, anjingnya selalu diumpetin kalo temen gw itu ngajak gw maen kerumahnya. Suatu hari, dia ngajak gw maen. Katanya anjingnya diiket disamping rumah. Ya, sud, masuklah gw kedalam rumah. Tiba-tiba ada suara anjing menggeram gitu. Pas gw tengok ke depan rumah (gw udah di dalam), tuh anjing taunya udah di halaman depan n lagi memandang gw dari kaca (depannya kaca melulu). Trus, tiba-tiba, dia melesat masuk n mau ngejar gw! Sambil menjerit histeris (gw masih sd!), gw lari sekencang-kencangnya ke belakang, ke kamar temen gw itu. Aduh, gw bisa denger si anjing lari, menggonggong, menggeram, n derap kakinya itu! The moment gw masuk kamar trus ngebanting pintu, cakar n badannya si anjing nabrak pintu itu! Huaaaaaaaa!? Sekali lagi, gw gak tau salah gw dimana. Apa karena badan gw kurus kering kayak tulang... tau deh!
Nah, temen sd gw yang laen, rumahnya juga deket ama gw. Dia juga punya anjing sampe 2. Anjingnya gak segalak temen gw yg pertama, tp seneng ngendus-ngendus gitu. Kalo mo maen kerumahnya, gw telpon dia dulu n nyuruh dia nungguin gw didepan halaman rumahnya. Gw gak pernah mau sukarela masuk ke halaman rumahnya n mencet bel rumah. Sampe sekarang, kalo gw lagi resah gelisah n ketakutan entah kenapa, mimpi gw pasti lagi maen ke rumah temen gw yg kedua itu n kedua anjingnya lagi nongkrong di depan pintu rumah. Trus di dalam mimpi itu gw akan terus berdiri mematung gemeteran di depan rumah sampe temen gw keluar. Sialnya, di dalam mimpi, temen gw gak pernah keluar!

Oke deh, that's my first phobia: Cynophobia - Fear of dogs. Menurut Wikipedia, sebenernya, phobia terhadap anjing itu bisa disembuhin. Tapi kalo treatmentnya berarti gw kudu megang-megang anjing, makasih banyak deh! So, sampe sini dulu cerita phobia gw yang pertama. Kalo ada waktu, gw sambung lagi sama yang tentang kecoak n ulat bulu! Itu kalo gemeter gw udah berkurang.

Bang Ben

Kemaren dulu, gw mampir ke blognya Om hebat pisan ini. Ternyata si Om sedang menulis tentang Bang Benyamin Sueb. Jadi inget si Babe. Bukan, bukan babe bokap gw. Walopun beliau selalu nyengir dengerin lagu-lagunya Bang Ben, beliau gak pernah proklamasi jadi fan-nya Bang Ben. Ini Babe, Papapnya Hikari.
Belom jelas kenapa Babe seneng banget sama Bang Ben. Entah karena sama-sama orang Betawi, atau karena sama-sama doyan ngebanyol (heh?). Waktu gw lagi hamil, si Babe muterin kaset Bang Ben melulu tiap pagi, siang, sore, malem. Hiiihhh, awalnya gw males n mules banget deh ngedengerin, karena aslinya gw males liat gaya dia di film2nya. Liat aja fotonya nih yang gw ambil dari Wikipedia. Pede abis! Tapi Babe tetep keukeuh. Ngasih denger calon Hikari, katanya. Yeyy! Berhubung protes gw gak digubris, lama-lama gw kepaksa ngedenger juga. Daaannn, gw malah punya lagu favorit. SUPERMAN! Liriknya aseli nge-geliin pisan. Gw ambil liriknya dari benyamin.multiply.com. Check this out!

SUPERMAN
I, I, I, I am on the waaay
You know who am I
I'am a Superman Baby
I don't like capcay
But I like ...siomay
When I fall in to comberan
my face roughty and blepotan
But when I nyangsang di tiang jemuran,
never mind b'cause I can glantungan
You know who am I
I'am a Superman Baby
I'm afraid of samurai (You know Sintaro???)
because he is my friend
When I flying to all over the world
I meet flash gordon and Gatot Kaca
But When I down to the earth
I saw so many tukang becak... kring kring kring
You know who am I?
I am a superman babe
I don't like petay, (bau sih)
But i like asinan (segerrrr)
You know who am I?
I am a superman babe
I fly to the sky
go home to my losmen...
gang bugis ninety nine

Kebayang gak sih kalo Bang Ben beneran jadi superman? Bisa-bisa tiap kali nyangsang ditiang jemuran kekekekek.... Anyway, kangen juga sama sa'utannya. Waktu Hikari lahir dan dia lagi cranky, cuman satu obat mujarabnya: puterin kaset Bang Ben! Ini bukan isepan jempol. Lagian jempol diisep juga gak enak. Gak tau karena dia inget lagu-lagu ini dari masih diperut dulu, atau karena dia suka sama lagunya, atau karena dia merasa terintimidasi dengan lirik2nya... hehehe... Nyokap-bokap gw udah pasrah aja lah liat kelakuan cucunya yang langsung adem begitu denger lagu-lagu Bang Ben.
Bang Ben, makasih ya udah menghibur kita. N makasih udah bikin anak gw berenti nangis hehehe...
Oh, iya, Om Kere Kemplu, makasih udah ngingetin aye lagi tentang Bang Ben.

picture of Superman: google images

Kitchen Chaos

Situasi 1: Mami lagi masak sayur lodeh pake bumbu instant. Gak tau knape, santennya kok jadi berwarna coklat.
Mami: "Sayur lodehnya keasinan gak, Pap?"
Papap, lagi nyuap nasi ke mulut: "Oh, ini sayur lodeh? Kirain masak rawon......."
Mami: mendidih

Situasi 2: Mami bikin burger. Ini burger perdana.
Mami: "Be, cobain deh."
Papap, ngelirik: "Uwww.... enak banget nih!"
Mami: "Gak usah komentar dulu. Cobain dulu!"
Papap, masukkin burger ke mulut: "Wadow! Asin banget!"

Situasi 3: Papap minta bikinin semur tahu Betawi. Mami jadi nge-browse resep semur Betawi. Gile, bahannya lengkap pisan yak!
Mami udah selesai masukkin semua bahan. Tinggal nunggu airnya nyusut.
Mami: "Be, maap-maap nih ye kalo rasanya gak kayak semur aslinya yang di Betawi sono."
Papap: "Gak pa-pa lagi. Yg penting kan ada rasa kecapnya."
Mami: "Nih, cobain dulu semurnya."
Papap: "Wah, ini pasti enak!"
Mami: "Gak usah komentar dulu deh! Rasain aja dulu!"
Papap: "Udah dicobain sama kamu blom?"
Mami: "Belom. Aku gak mau nyobain. Aku kan gak tau rasa semur Betawi harusnya gimana..."
Papap: gubrak!

Cerita 2 Hari

Ya, ini cerita 2 hari: hari kemarin dan hari ini.
Hari kemarin, tivi-tivi sibuk menayangkan berita topan nomor 14 yang dateng ke Jepang. Padahal, akhir Agustus kemaren, ada juga topan kesini... capek deh! Menurut berita, topan ini udah bikin Cina porak-poranda juga. Trus lagi, karena baru kejadian Katrina hurricane di New Orleans/Mississipi (berapa s dan p sih? hehe), banyak yg ketir-ketir juga kalo topan ini seheboh Katrina. Karena Honjo jauh dari laut (dan dekat dengan gunung), kita kena angin dan hujannya yang gak berenti-berenti. Tapi akhirnya, gw hampir bisa menguasai satu keahlian baru karena hujan yang gak berenti ini. Keahliannya? Naek sepeda sambil bawa payung. Jangan bilang-bilang kalo pertama kali gw nyoba gaya ini, gw nyusruk ke semak-semak di pinggir jalan ke sekolahnya Ari: Kena angin dari truk besar yg lagi lewat... hihihi... (udah gitu si babe dipanggilin gak denger lagi... nyebelin!).

Image hosted by Photobucket.com Image hosted by Photobucket.com
Tapi ini gambar Papap yg lagi nganter lunch box Ari ke sekolah. Kalo foto gw, gak mungkin lah. Gak bisa dong naek sepeda sambil bawa payung sambil motret diri sendiri...

Trus, karena harus ujan-ujanan nganter lunch boxnya Ari, gw jadi tau mengenai satu hal: ternyata payung-payung Jepang yang terbuat dari plastik tembus pandang lucu itu diciptakan bukan sekedar buat gaya-gayaan... hehehe.... Tapi gunanya (selaen buat gaya tentu saja) supaya bisa ngeliat jalanan di depan, apalagi kalo lagi naek sepeda. Supaya bagian depan gak keujanan, payungnya kita pegang nutupin bagian depan kita. Kalo pake payung biasa kan, gedubrak, gak bisa liat atuh. Mangkanya diciptakanlah payung tembus pandang itu. Myungkin loooohhhh....
Gw demen banget sama payung ini. Gak ada di kampung soalnya. Tapi gw baru nemu yang warnanya putih (ini paling banyak), merah ngejreng (gak banget), dan hijau. Gw belom nemu warna yang gw banget gitu (baca: biru la yaw). Pengennya sih gw cari keliling Jepang buat ngedapetin yang warnanya biru. Atau teman-teman yang sedang kos-kosan di Jepang bisa ngirimin dua tiga biji ke gw? kekekkekekek....

Trus, cerita hari ini, Papap punya tugas berat memisahkan ikan-ikan Hikari. Hikari kemaren dapet 4 anak ikan mas hitam (bentuknya kayak ikan mas yang badannya gelembung itu tapi warnanya hitam) dari kakek nenek pemilik toko sepeda di deket rumah. Di rumah Hikari udah punya 2 ikan mas kuning yang lebih besar. Salah satunya, yang paling lama dan besar, bernama Akane, hadiah dari Tante Fitri, temennya Papap. Eh, ternyata pas ditinggal tidur, ikan-ikan itu berantem. Alhasil si Akane yang besar itu makan matanya salah satu ikan hitam kecil. Pagi-pagi, Akane -segede jempol kalian- dipisahin sama Papap n ditaro di ember di dalam bathtub. Sebelum pergi sekolah, Hikari udah marahin ikan itu karena nakal. Nah, entah karena sakit hati dimarahin atau karena gak betah di ember baru, si Akane mati di ember....
Pas Hikari pulang sekolah, Papap melaksanakan upacara pemakaman di depan apato, yang dihadiri oleh Papap selaku pemimpin upacara dan pelaksana upacara, Hikari selaku peserta upacara, dan Mami selaku seksi dokumentasi. Dan dibawah ini adalah makam si Akane. Semoga tenang di tempat yang baru ya...

Image hosted by Photobucket.com Image hosted by Photobucket.com
Yah, karena ceritanya cuman cerita 2 hari. Sampai sini dulu postingan ini. See ya..

Kalo Orang Betawi Tinggal di Jepang

Situasi: Di pinggir jalan, gw n Papap, lagi nunggu lampu penyebrangan jalan ganti ke hijau. Lama banget gak ijo-ijo. Di tiang lampu, ada tombol buat ngeganti lampu ke ijo kalo kita mo nyebrang. Tapi ternyata ada tulisannya 'Omachi kudasai' alias please wait.
Gw, gak sabar: "Be, teken napa tuh tombolnya. Panas nih!"
Babe, sambil ngikik: "Lah, pan ada tulisannya disini. Ntu, baca tu!"
Gw: "Apaan bacaannya?"
Babe: "Tunggu ngapah!" ketawa ngakak sambil ngegenjot sepeda.

Kalo kalian pada baca postingan gw di blog sini yg pake bahasa Indonesia (or seenggaknya seperti bahasa Indonesia hehe), kalian mungkin berpikir gw orang Betawi. Ada satu temen gw yg sering komen, "elu Betawi banget sih." hehehehe.... Apalagi kalo kata, "kagak" gw kedengeran. Padahal, gw tidak sama sekali bukan (!) orang Betawi. Emang, lahir di Jakarta, tapi mami papi bukan orang Betawi juga. Ayo tebak, gw campuran mana?
Kecuali buat nulis surat lamaran dan pe-er disekolahan dulu, gw gak gitu pede nulis pake bahasa Indonesia. Takut logat Betawinya kumat hihihii...
Nah, yang orang Betawi aseli itu justru si Papap alias Babe. Cuman entah kenapa, dia mah kagak ada itu kedengeran logat Betawinya. Malah dia sering nanya gw "Kenapa kamu jadi Betawi begitu?" sambil heran-heran. Hhihihihiihihi... gw juga bingung. Abis kayaknya logat ini enteng banget dah dibuat bercanda. (and that's supposed to be a compliment loh!)
Saking seringnya gw kepleset, Hikari suatu hari bilang gini: (catet: Hikari baru aja 3 tahun n selama ini berbahasa Indonesia yang baik dan benar.)

Situasi: Di apato, sore-sore. Papap pergi ke kampus. Tiba-tiba ada bunyi bel di tetangga sebelah (sumpah, bunyi bel disini sama semua!).
Hikari: "Ma, ada siapa itu?"
Gw: "Gak ada siapa-siapa."
Hikari: "Itu babe ya, Ma?"
Gw langsung memble pisan!
Trus berdoa, moga-moga plesetan gw yang nyangkut di Hikari cuman kata 'babe' doang. Kalo gak, gw bisa gedubrak pingsan kalo tiba-tiba senseinya Hikari di TK berbahasa Betawi dan berpikir kalo itu Bahasa Indonesia.

Situasi: Senseinya Hikari di Bali lagi berlibur.
Sensei: "Sumimasen. Toilet ada kagak?"
Orang Bali: ?????

pictures: google images

Blogger Templates by Blog Forum