Radio On!

Masih tentang Hair-Quake!

Kalau penasaran kenapa Andita tidak jadi pacaran dengan Prasta,
atau kenapa Andita mau pergi dengan Ricky,
atau kenapa sih Andita ribet banget dengan rambutnya,

dengerin radio Indika fm 91.60 yuk!
besok, Kamis, 29 Mei 2008
jam 9 - 10 pagi!

Pada Waktu Nya

Wooooooww…
Uuuuuuuuuuuu….

Yea, guys, I heard you.

Kelihatannya memang agak huebat banget saya bisa mengeluarkan buku langsung 3 pada saat yang hampir bersamaan. Padahal, there is no trick. You can all hear me saying, 'Gila aja!'

Cerita Anak, Hair-Quake, lalu sekarang La Tahzan for Broken-hearted Muslimah. Mereka ini pekerjaan jaman dulu. Jaman saya di Honjo. Jaman kerjaan saya cuma baby-sit, chatting, blogging, masak (aarrghh), foto-foto, nonton CSI basi, begadang, dan pekerjaan lain yang gak penting. Diantara waktu-waktu itu (Hikari sekolah atau tidur, Papap sekolah atau tidur, temen chatting pada tidur, sayur bayam udah mateng, CSI udah habis) saya mencoba untuk menulis cerita fiksi.

Semua ada waktunya. Selain Hair-Quake (yang saya kirim belakangan sebelum balik ke Indonesia), dua cerita lainnya saya kirim jauuuuuuh-jauh hari ke penerbit yang meminta. Bahkan si La Tahzan itu seharusnya terbit exactly dua tahun yang lalu!

But, Noooooooooo. God the Almighty tidak setuju. Tidak peduli segimana pun saya mengemis-ngemis, 'Mana dong, oh, mana dong?', Yang Punya Waktu tetap bergeming (bergeming as in cuek ajah). Timing Dia selalu tepat. Ya, iyalah. Dia gitu loooh. Nyuekin keluh kesah saya bukan berarti Dia tidak peduli. Ketika saatnya tiba (baca: duit kembang-kempis, BBM naik, anak mau masuk SD, beli lotere gak menang), tiba-tiba… BUM! Ketiga tulisan saya diterbitkan.

Sungguh suatu pelajaran hidup yang berharga. I should have known better.

Lalu bagaimana dengan tulisan selanjutnya?

Kayaknya sih Yang Punya Waktu belum memberi tanda kalau sekarang timingnya sudah tepat buat saya untuk menulis cerita yang lain. Hahaha…

Broken-Hearted Muslimah

Mengapa harus kata jatuh cinta yang berada di depan kata cinta?

Apakah cinta memang selalu identik dengan musibah dan malapetaka?

Mengapa harus ada kata mati yang berada di belakang kata cinta?

Apakah cinta memang selalu menghadirkan segumpal lara dan setetes air mata?

Sejumlah kisah, sejumlah peristiwa, lahir dan tumbuh bersama cinta.


Bersama Asma Nadia dari Lingkar Pena Publishing House dan teman-teman yang lain, saya menulis cerita ke-12: The Heart-Breaker. Semoga buku ini bisa memberi manfaat buat kita semua!

La Tahzan for Broken Hearted MUSLIMAH
Asma Nadia, Intan Arifin, Dian Ibung, Dyotami, Dewi Rieke Kustiantari, Novi Khansa', Me, Amelia Azma, Nasanti, Ummu Alif, Tary, Leyla Imtichanah, Mariskova, Id@ AZ, Esti Handayani.

Satpam atau CS?

Setelah ditunda-tunda beberapa lama, saya harus datang ke bank juga.
Karena sadar kalau hari itu saya bangun dengan mood yang berantakan, saya memutuskan untuk berdiam diri di mobil selama beberapa menit sebelum masuk ke dalam bank. Learning from experience, that is.

Tarik napas, keluar napas, lirik kaca spion, latihan tersenyum dulu supaya wajah tidak terlihat terlalu mengerikan. Di dalam sana, hal-hal yang normal bisa berubah jadi perkelahian panas.
Saya membuka pintu mobil. Melangkah keluar. Berjalan dua meter ke arah pintu bank.
Baru saja tangan saya hendak meraih pegangan pintu, pintu kaca sudah terbuka.
Seraut wajah coklat matang berkumis tipis muncul dari balik pintu.

"Selamat siang, Bu. Silahkan masuk," sapa suara berat dari Pak Satpam berseragam safari abu-abu gelap.
"Ada keperluan apa, Bu?" tanyanya ramah dengan senyum tulus yang muncul menerobos kumisnya.
"Bisa saya bantu? Atau Ibu mau langsung ke Customer Service?" Tangannya menunjukkan arah Mbak CS berdandan super rapi sedang duduk tegak di mejanya.

Mata saya cepat bereaksi.
Ke kanan, ada wajah coklat matang berkumisnya Pak Satpam.
Ke kiri, ada wajah putih bedak tebal lipstik merah rambut tersanggul rapi Mbak CS.

Keputusan yang mudah.
"Bisa sama Bapak aja?" tanya saya cepat.

Blogger Templates by Blog Forum