Back

Back in town.
Again, my eyes feast on the city's accessories.
I wonder why I never miss the place.
When it is so difficult to even see the sky.

20-07-2007

Hikari sayang,

Terima kasih karena sudah menemani Mamam dan Papap selama lima tahun ini.
We love you just because.




"So," she said, moving away, "now you know how badly someone wanted you, Charley. Children forget that sometimes. They think of themselves as a burden instead of a wish granted." -for one more day, page 73, Mitch Albom-

updated: Thanks a million, tantes, oms, and temans for the birthday's wishes. Hikari's birthday story is in here.

Bernapas

Bernapas lagi.
Setelah seminggu lebih terkekang,
tanpa laptop dan internet.

Ah, Papap sudah pulang.
"Senangnyaaa, Papap pulang..."
"Maksudnya, senangnya sudah ada laptop lagi?"
Papap memang sangat pengertian.

Sudahlah...

Semua upaya dilakukan untuk menyaring bahasa-bahasa yang tak diinginkan untuk didengar Hikari. Menonton bersama dilakukan supaya bisa menjelaskan bahwa kata 'bodoh' dan/atau 'pecundang' tidak sama artinya dengan kata 'pintar' dan/atau 'hebat'. Mengoreksi ucapan-ucapan tidak manis yang didapat dari teman-teman sepermainannya. Memberi pengertian bahwa nama-nama binatang hanya pantas untuk binatang. Mengangguk setuju pada cerita Hikari bahwa menurut ibu guru, anak sholeh tidak boleh mengata-ngatai temannya. Memelototi para Eyang dan Om yang sering keceplosan, dan berkata pada Hikari, "Nak, itu bukan contoh anak sholeh..."

Usaha yang lumayan berhasil.

Malam ini kesebelasan Indonesia bermain melawan Arab Saudi. Semua orang menonton dengan khidmat di ruang keluarga.
Seorang pemain Indonesia mengoper bola ke daerah kosong.
Eyang Kung, "pada ngapain sih pemain yang laen?!"
Saya, "pada main bola, kayaknya."
Eyang Kung, "kambing!"
Saya, "ehem!"

Seorang pemain Indonesia terkena kartu kuning.
Adik pertama, "ngapain lagi dia begitu? Gob.."
Saya, "heh!"
Adik, "nggg.... gak pinter."

Seorang pemain Indonesia membuang bola ke luar lapangan.
Adik bungsu, "tol...!"
Pletak!

Tiba-tiba, seorang pemain Indonesia menendang bola ke gawang lawan daaann hampiiirrr masuuukkk!
"Goblok!"
"Aaarrrrgghhhhh."
"Kambing jengggott!"

Sedetik kemudian seorang pemain Arab Saudi gantian menendang bola ke gawang Indonesia. Dan masuk!
"Hhhhhhhaaaaaaahhhhh!"
"Bodooooooo!"
"Kambinggg!"
"Guooobloookkkk!"
"Tooloooooollll banget!"

Ah, sudahlah....

Love is Blind?

Postingan saya sebelum ini tentang Celebrity, membuat saya ditegur teman. Gara-gara si ganteng cakep kasep Keanu Reeves (Hip hip horrraaay!).

Semua teman saya sudah tahu kalau saya tergila-gila dengan laki-laki satu itu. Semua teman saya juga sudah menggila-gilakan saya atas kegilaan saya terhadap si kasep itu. Padahal teman-teman saya itu sudah mencoba segala cara untuk mereduksi kegilaan saya. Caranya antara lain dengan memberikan artikel-artikel dari koran dan majalah mengenai sexual preference-nya si Keanu.

"De, elu tuh doyan sama dia?! Dia kan gay!"
"Ah, dia kan belum ketemu sama gua aja!"
Begitu selalu jawaban saya.

Teman saya ini punya balasan, "Iya. Kalo dia ketemu elu, dia pasti langsung menyadari betapa jalan hidupnya selama ini ternyata sudah benar..."
Jawaban yang asem, tapi tak membuat kegilaan saya surut.

Nah, balik ke teman yang menegur saya tadi. Dia (perempuan) agak gerah rupanya karena saya membandingkan Keanu dengan Papap.

Katanya, "De, elu kok bisa-bisanya sih ngebandingin suami lo dengan Keanu?! Suami lo!"

Lah? Saya sangat cinta Papap, tapi kalau saya ngaku-ngaku si Papap lebih ganteng dari Keanu... kayaknya si Papap yang bakal muntah-muntah. Gitu-gitu, si Papap juga punya taste...

foto: masa-masa indah saya dan Keanu di subway Tokyo.

Which Celebrity Are You?

Sepanjang satu jam perjalanan macet pulang kantor, saya ditemani oleh seorang teman. Topik malam itu: daripada ngegosipin temen sendiri, mending kita ngobrolin artis :D.

"Katanya dia main dukun?"
"Ah, gak main dukun juga pasti kepelet. Sexy begituu..."
"Suaranya gak bagus, ah."
"Kalo udah di ranjang, suara gak penting kali..."
:))

"Pinter dia tuh. Dua-duanya kaya raya."
"Tapi yang pertama kan jauh lebih kaya. Orang kaya ke berapa gitu di Indonesia."
"Kabarnya sih yang pertama itu penuntut dan kasar."
"Oooohhh.... Kalo dikasih uang semilyar tiap bulan, masih kelihatan penuntut dan kasarnya gak ya?"


"Yang asyik tuh suaminya si itu. Udah ganteng, kaya, cuek lagi diselingkuhi. Banyak yang mau dudanya tuh."
"Ganteng, kaya, cuek diselingkuhi?"
"Ho-oh. Katanya."
"Gay, kali!"
(:

"Kalo yang itu, kenapa minta cere?"
"Lakinya gak punya kerjaan."
"Oh." Diam. "Dulunya gak minta CV kali ya?"
/:)

Dan masih panjang bla bla bla kami malam itu. Ngerumpiin selebriti ternyata sanggup menghalau rasa capek akibat jalan macet.

Lalu muncul pertanyaan menggelitik terakhir:
"Kalo gue jadi selebriti, gue kayaknya bakal jadi seperti si entu."
"Kenapa gitu?"

Pada suatu hari...
"Mbak Dev, apa komentar Mbak tentang foto Mbak bersama Mas Keanu itu?"
"No comment."
"Mbak, apa benar berita tentang Mbak dan Mas Papap umrah berdua supaya jauh-jauh dari Mas Keanu?"
"Duh, itu personal banget yah. No comment."
"Mbak, Mas Papap dan Mas Keanu lebih ganteng mana?"
"Ya, Keanu lah. Eh!?! No comment, maksud saya!"

One Pill for All

Hikari berlarian kesana-kemari.
"Aaaaa..... aku terbang seperti superman!"
"Woooooo.... Burung Dino, Pterodon, terjun dari gunung!"
"Auuuummm.... T-Rex datanggg!"
Seseorang berkomentar, "dia kebanyakan mengkhayal karena gak punya adik tuh."

Hikari sedang main Lego sendirian. Dia sibuk membuat sebuah bangunan ultra-modern yang tak terdefinisikan oleh kata-kata.
Seseorang mengganggu permainannya. Hikari menjerit.
"Dia gak biasa kompetisi tuh. Gak punya adik sih."

Hari pembagian school report.
"Hikari lebih senang bermain sendiri. Dia maunya memilih permainannya sendiri."
"Hm."
"Mungkin karena gak punya adik, ya?"

Mata Hikari berkaca-kaca karena seseorang berkata, "warnai gambarnya yang bagus dong. Kalau begitu kan belum pintar, namanya."
"Mama, aku sedih."
"Ih, kamu kok sensitif banget sih," kata orang itu.
"Udah tau sensitif, masih diganggu," kata saya.
"Itu karena gak punya adik!"

Hikari sedang kelebihan energi. Dia berlari, meloncat-loncat, berguling-guling di kasur, teriak-teriak, kemudian nyemplung ke kolam ikan.
"Anak ini hiperaktif banget."
"Aktif. Gak pake hiper."
"Kalau punya adik, dia gak akan begitu."

"Kata psikolog, dia right-brained."
"Ada hubungannya dengan keadaan bahwa dia anak tunggal yang gak punya adik?"

"Kok belum bisa baca ya?"
"Itu nulisnya kok terbalik-balik ya?"
"Betah banget ya main balok berjam-jam?!"
"Jangan-jangan autis?"
"Jangan-jangan ADD?"
"Jangan-jangan disleksia?"
"Makanya dikasih adik!"


catatan: saya membuat satu blog baru untuk mendiskusikan berbagai hal tentang perkembangan dan pendidikan anak. Terutama tentang anak berdominan otak kanan. Bisa dilihat disini. Blog ini belum lengkap dan akan segera dilengkapi secepatnya. Semoga bisa bermanfaat. Kontribusi anda sekalian, sangat dinantikan.

Blogger Templates by Blog Forum