Pertanyaan Tak Tahu Judulnya

Mbakyu pemilik Jalanan yang penuh Kenangan itu meninggalkan jejak di Kotak Menjerit (baca: shoutbox). "Ada peer, sayang," katanya. Eh, gak pake sayang ya kemaren itu, Jeng Yan?
Berhubung saya gak tau judul aslinya si peer ini, saya tulis saja judulnya seperti di atas itu. Ada yang tau aslinya judul tag ini? Selain itu, saya juga harus copy paste dulu pertanyaannya. Soale pertanyaannya buanyak tenan le'. Akhirnya peer ini dikerjakan seperti biasa... telat:D

Begini ini yang ditanyakan, tapi jawabannya boleh berapa sih, Jeng? Seenak udel? Oke lah...

FAVOURITES
Colour: biru, biru, biru, dan coklat (segala shade). Hanya saja, berhubung kulit saya juga coklat, saya gak bisa pake segala shade coklat.
Food: Kopi. Teh botol S****o. Segala keju. Coklat. Rendang padang atau kare.
Song: Segala jenis asal enak dikuping. Terutama, Sting, Queen, dan the Beatles. Sisanya: Josh Groban, Andrea Bocelli. Dangdutnya Evie Tamala juga enak.
Movie: Segala film Tom Hanks dan Keanu Reeves. Teteup!
Sport: Tidur, Renang dan Tidur. Kalau gue ditemukan sedang berolah raga (jogging, cycling, hiking) itu pasti karena terpaksa.
Day of the Week: Jumat karena habis itu ada dua hari libur. Sugesti banget gak sih?;))
Ice Cream: coklat.

CURRENTS
Mood: panic.
Taste: hmm... bau bantal.
Clothes: kaos belel n celana pendek.
Desktop: foto hasil jepret sendiri. Liat di bawah:
Toenail Colour: … malah baru tau saya ini kalau saya punya toenail…
Time: lewat mitnait.
Annoyance: satu hari ternyata gak bisa lebih dari 24 jam.
Thoughts: besok tidur aja atau ikut ke Tokyo ya...???

Photobucket - Video and Image Hosting

FIRST
First Best Friend: Dindin, tante gue.
First Crush: Naksir senior waktu saya kelas 4 SD :. Cowok paling cakep satu SD. Namanya sama dengan nama anaknya Arjuna, jadi kalo cakep… ya, emang gennya kali… :
First Movie: Superman di Ratu Plaza kalo gak salah (gak salah tempatnya, maksupnya). Superman ke berapa juga lupa.
First Lie: bilang sama ortu kalo kelas gue (kelas 4 SD) juga harus ikut kemping, padahal yang kemping cuma anak kelas 6.
First Music: the Beatles, punya bokap.

LAST
Cigarette: Rokok kretek punya bokap. Abis itu bengek b-(.
Drink: kopi
Car Ride: Sepeda jengki. Eh, mobil ya? Timor ijo yang pada jamannya pernah dikejar-kejar mahasiswa demo. Kalian sebenernya mau nimpuk yang punya Timor atau mau ngikut nebeng yak?
Crush: Keanu Reeves sih. Teteup.
Phone Call: Emak gue, cuma buat nanya Hikari kapan pulang :-w.
CD played: I started a blog nobody read kiriman tetangga yang lagi plesiran.

HAVE YOU EVER..
Dated one of your best friends: Yes, and I married him.
Broken the law: nnnggg…
Been arrested: ditilang dan disuruh turun dari mobil trus dibawa ke kantor polisi dengan tuduhan: mobil Carry (cowok) gue isinya banyak cewek cowok, dan kita disangka mau maen ke hotel….X(X(X( Hanya sekali ini dalam hidup gue, gue ngeluarin kartu sakti.
Skinny dipped: di kamar mandi?
Kissed someone you don’t know: hah? Emang eike cewek apaan?!

NEXT VICTIMS
Teman: ... nah lo...
Si Rymnzs aja deh!
Yang laen silahkan juga loh!

Can't help being exotic...

Hahahahahaha... saya harus tertawa dulu sebelum menulis ini...

Teman baik saya baru saja pulang dari summer vacation di Inggris. Kulit putihnya tiba-tiba jadi tanned alias item all over. Kayaknya gak pantes aja, say, dengan mata sipitmu berkulit item begitu hhihihihi...
Lalu saya bilang padanya: You tanned your skin... (dengan mata terbelalak)
Dia jawab: Ya! I love it!
Saya ngakak: I've spent my entire life being a bit whiter. You just did the opposite.
Katanya: But, why did you do that? Black is a beautiful skin. It looks exotic.

Oke, oke. Bahkan Papap yang so open-minded aja ngakak kalau harus membayangkan saya eksotis.
Well, if I can't help being dark, I might as well try to be exotic.

Naaah... it just can't be done...

Mariskova was here :)

Setelah membaca berita ini, pikiran iseng saya jadi tambah iseng. Seperti yang sudah-sudah, Indonesia -Jakarta khususnya- mengimpor kereta bekas dari Jepang lagi. Pikiran iseng saya berkata, "gimana kalau saya tulis (diam-diam tentunya) 'Mariskova was here' di salah satu kereta yang saya tumpangi disini. Kali aja kereta yang sama suatu hari nanti dipaketin ke Jakarta dan saya bisa melihat lagi grafiti saya itu... hehehe....
*kok saya jadi terbayang WC umum ya?*

Tanda tangan


Waktu membawa Hikari untuk imunisasi kemarin dulu, sang dokter meminta saya untuk tanda tangan formulir yang menyatakan saya dengan sadar membawa anak saya untuk di-imunisasi dan saya mengetahui segala efek dan prosedur dari imunisasi itu. Oke, saya pun tanda tangan walopun kalo ditanya soal sadar ato gak, saya ragu-ragu juga. Di kampung dulu kalo anak mau di imun, si dokter mah maen suntik aja kagak pake ngobrol dulu...:-$ Belakangan saya baru sadar kalo selama hampir dua tahun saya disini, baru kemarin itu saya menulis tanda tangan lengkap lagi :-B. Dulu-dulunya sih tiada hari tanpa tanda-tangan buat saya. Lah, waktu saya masih nguli di satu kantor majalah, tiap hari kerjanya ngedit naskah dan di akhir editan saya itu saya kudu wajib neken inisial saya. Lalu waktu saya masih jadi guru yang gak menggugu itu setiap kali juga saya menandatangani kertas-kertas tes murid yang sudah saya nilai. Coba bayangkan kalo kertas-kertas itu adalah sebuah cek atas nama saya...$-).

Di Jepang ini, tanda tangan tidak laku dipakai untuk memformalkan suatu kertas. Orang sini selalu memakai hanko, sejenis stempel yang dibentuk menurut nama orang yang bersangkutan. Papap punya hanko, saya tidak. Kepingin sih bikin, tapi muahal jatuhnya karena nama saya panjang. Kan gak lucu kalo hanko saya bunyinya cuma 'De' atau 'Mar'... Yang selalu menjadi pertanyaan saya: bagaimana sebuah hanko bisa membedakan antara si Nakamura yang ini dan Nakamura yang itu? Kan kanjinya sama...:-? Ada yang tau?
Hanko itu sakti sekali. Setidaknya yang saya alami. Ceritanya, setiap kali menulis pesan untuk gurunya Hikari di buku penghubung harian, saya hanya menuliskan nama lengkap saja. Kemudian sang guru akan menulis jawabannya di buku yang sama. Suatu kali, walaupun saya yang menulis pesannya, saya membubuhkan hanko si Papap. Ealaahh... Hikari pulang bukan hanya dengan buku penghubung plus pesannya tapi juga lengkap dengan gurunya. Mungkin si gurunya berpikir karena kali ini pesannya datang dari si Master of the House, degree of importance-nya lebih tinggi...:D Kejadian begitu berulang tiga kali selama Hikari sekolah disitu.

Balik berbicara tentang tanda-tangan, saya sendiri punya 1 ttd lengkap formal khusus untuk urusan yang penting, 1 ttd nama depan lengkap saya yang saya pakai kalau lagi malas tandatangan panjang-panjang, dan 1 ttd nickname/inisial saya yang hanya terdiri dari dua kata saja. Cerita pertama kali saya bisa menciptakan tandatangan sendiri sungguh tidak menarik. Setelah bolak-balik gagal menciptakan tandatangan, saya akhirnya meniru plek bentuk tandatangan ibu saya secara kita sama-sama pakai huruf M. Hanya saja, nama ibu saya itu dimulai dengan T, jadilah tandatangan saya punya huruf T di depannya sampai sekarang. Kalau ada teman yang tanya, "kok depannya T sih?" Saya pun berkoar, "itu kan D terbalik." sambil menarik alis mata kiri saya ke atas dan menatap dalam-dalam sembari mengirim pesan mental... 'ape lu nanya-nanya?!'
Lalu, kalau tandatangan saya dan ibu saya hampir sama begitu apakah saya pernah memalsukan tandatangan si emak? Ih, emang gue anak apaan???
Yang benar justru, si emak memalsukan tandatangan saya....:-. Loh, bener itu! Dengan restu saya tentu saja, tapi gak usah diceritain nanti ketahuan tandatangan saya yang mana yang palsu dong .

Selama ini, saya belum pernah terbalik-balik menggunakan ketiga ttd saya itu. Wong, kategori pemakaiannya beda-beda kok. Tapi pada jaman dulu ketika saya masih gadis muda belia yang pintar lagi pula rajin menabung, saya pernah punya boss yang punya banyak tandatangan. Naaahh, setiap tanggal 25 beliau -sebagai seorang presdir- harus menandatangi surat perintah pembayaran gaji karyawan. Surat perintah itu harus diantar ke bank dan si bank kemudian bakal membayarkan gaji karyawan satu kantor ke rekening masing-masing. Saya lah yang bertugas membawa surat ini ke bank (kadang-kadang saya juga bertugas sebagai pembawa pesan rakyat kecil yang mengingatkan boss kami supaya tidak lupa menandatangani surat gaji itu). Suatu kali, karena kesibukan beliau, sampai siang surat itu belum juga diberikan ke saya, padahal para rakyat kecil ini sudah nongkrongin saya dari pagi. Jam sudah lebih dari siang ketika si boss akhirnya tergopoh-gopoh keluar ruang meeting.
"Dev, you run to the bank or we won't have anything to eat tonight."
Dan saya pun memberi salut, "Okay, boss!"
Saya berlari ke bank secepat mungkin diiringi titipan napas karyawan satu kantor. "Run, Dev! Run! Run!"
Untung si bank ada di lantai satu gedung yang sama.
Sampai di kasir bank, si mbak kasir tersenyum legit, "kok siang banget, Mbak."
"Halaahh... sudahlah cepat bawa sana surat ini dan bayarkan gaji kamiiiiiii!!!"
Jam berdetak... tak tik tuk...
Si mbak kasir balik ke saya, "ehem."
"Ya?"
"Ini surat perintah yang nandatangani si mister itu ya, Mbak?"
"Iya." Emang sapa lagiiiiiii? Kalau boleh pakai tandatangan saya sih udah dari tanggal 15 saya kirim ke bank...
"Ehem."
Halah, pake ehem-ehem lagi. Kami rakyat kecil hanya makan ikan teri siang ini nih!
"Tandatangannya salah, Mbak. Bukan yang ini."
"HAH?"
Maka saya pun berlari lagi ke atas, mendobrak ruang meeting, dan mendekati si boss.
"Sir, you used the wrong signature."
"I did?!"
"Yes, you did," I solemnly answered.
"Oh, my god! I forgot which signature I should use for this bank!!!"
*kisah nyata di tahun 1997*

Today's News

Pluto
Pluto is no longer considered a planet. Don't ask me why.
Here I am thinking if anyone in the Ministry of Education OF that country knows about this, yet. It wouldn't be funny if our children -from all races in the world- are the only ones who still think there are NINE PLANETS...

Workaholic
They say the Japanese are workaholic. Do please explain to me why all shops all over the country close at 8 PM?

Tanned
Yes, in our country it is always summer.
Yes, most of us are dark-skinned.
No, we don't go to any beauty clinics to darken our skin.
Well, we think the word 'exotic' means we are dark-skinned.
At least I do think so.

Lanjuutt...

Ganti template juga akhirnya. Pake warna biru lagi. Bukan karena hati saya lagi mengharu biru seperti dugaan si Mpok Rabbit, tapi karena warna biru itu GUE BANGET GITU LOOH...
Eniwei, kemaren setelah memproklamirkan kalau saya mau ganti template warna biru, saya cari-cari lagi file template itu di kompie. Kayaknya udah di download deh... Ternyata emang baru kayaknya... *sigh* Setelah itu saya berusaha mengingat-ingat dimana saya pernah lihat template pujaan itu, eh, ini. Ternyata.... saya lupa. Untungnya, gak separah lupanya seorang tetangga yang salah nge-set alarm sehingga hampir-tipisbanget ketinggalan pesawat... *lagi ketawa sambil megangin perut*
Setelah sempat lupa sehari, hari ini saya ingat lagi. Ternyata ada di situ tuh. Ya sud, diganti lah ini template. Gimana? Bagus gak? Bagus kan? *sambil megang karet buat selepetan* Bisa mengganti template sendiri itu termasuk achievement buat saya karena saya jutek setengah mampus. Tadi juga agak-agak kacau jadinya. Hampir aja saya membunyikan klakson minta tulung kepada... siapa lagi... Mr. Ghoz. Programmer andalan saya yang saya buzz kalo ada maunya... *tersipu-sipu karena disenyumi*
Pake html aja...
Hah? html? kambing dari mana tuh?

Oke, lanjut. Postingan sekarang gak ada maknanya. Hanya sekedar menumpahkan kecerewetan setelah diterpa migrain dua hari. Kalau masih punya waktu untuk liat-liat blog saya, silahkan intip blog saya yang lain: Dapur Enak Tak Dijamin yang isinya masakan gak mutu itu. Sudah ketahuan lah dari judul blognya dan/apalagi dari orang yang punya blog.... Atau mau lihat foto-foto yang saya jepret (kali ini pake kamera, bukan karet) sendiri. Hasil fotonya? Ya... gak bagus lah. Wong saya itu cuma sekedar punya kamera, bukannya bisa motret. Makanya pangkat saya dalam dunia ke-fotografi-an adalah Photography-Illiterate Camera Owner. Yang artinya: pemilik kamera yang buta fotografi hihihihi... *berusaha melucu* Kalau para hadirin masih tetap kepingin lihat foto-fotonya, bisa klik di Footprints. Ada foto fireworks juga. Ada foto raja hutan sedang ----- *censored* juga. Sekalian aja, kalo ada yang bisa (dan bersedia) ngutak-ngatik template disitu, silahkan looh heehehehe. Ntar saya doain semoga amal ibadahnya diterima sama yang di Atas. Atauuu... bisa juga lihat blognya si Papap. Tapi maap kate, ni ye, Mpok, Koh, kalo blognye rada-rada garing gitu... *huahahaha... si Papap manyun*. Mau mampir ke blognya Hikari juga boleh. Cuma, emaknya lagi rada-rada sibyuk jadi belum sempet di update... *ngeles*

Ya sudah, itu saja salam hangat saya. Saya mau buka YM dulu untuk mencari tahu apakah tetangga saya masih bergulat dengan lupanya... *ampuuunnn*

Begadang

Udah hampir sebulan belakangan ini saya bergadang setiap malam. Sebagai seorang penganut fanatik SKS alias sistem kejar semalam, adrenalin saya biasanya belum luber kalau belum ketemu garis yang bikin koit (deadline, maksupnya). Efek samping dari begadang berminggu-minggu itu baru terasa hari ini. Pagi tadi sewaktu saya harus bangun menyiapkan Hikari ke sekolah, saya hampir tak bisa bangun. Mata rasanya sepet. Emangnya mangga muda dan istri muda aja yang bisa berasa sepet. Setelah Hikari berangkat sekolah, saya pun meneruskan tidur. Urusan beres-beres kerdus pun ditunda dulu.
Jam 12 teng saya bangun dengan niat mulia: menjadi ibu yang membereskan rumah dan tangga. Kalau perlu sekalian masak. Kalau perlu. Ealahh... baru selesai Sholat, badan ini sudah gemeteran, kepala ringan kangen bantal, dan mata kriyep-kriyep walau tidak cacingan. Saya pun tidur lagi. Dan lagi. Dan lagi. Dan lagi.
Maka terdengar lah suara Papap berdendang...
"Begadang, jangan begadang aaaaaaaa.... Kalau tak ada gunanyaaaa......."

PS: kalau anda berminat untuk mendengarkan Stephen Chow bernyanyi 'Begadang' dengan nada Rhoma Irama (plus gaya Rhoma Irama), silahkan datang ke rumah saya. Pertunjukkan terakhir sepertinya masih seminggu lagi, berhubung deadline saya juga masih seminggu lagi...

foto Stephen Chow yang kembarannya Papap itu diambil dari sini

What next?

Musim gugur sebentar lagi datang (setidaknya begitulah yang dikatakan di laporan cuaca tadi malam). Apa yang harus kita lakukan sekarang?
Pulang kampung?
Well, okay. Tapi bisakah kita melupakan persoalan tentang pulang kampung itu sebentar?
Kenapa? Engkau tak ingin pulang kampung?
Bukan itu maksudku. Maksudku... Sudahlah, aku hanya ingin bicara tentang hal lain.
Terserah kau saja... Bagaimana kalau kita potong rambut?
Hm. Potong rambut?
Iya, potong rambut.
Tidak.
Mengapa?
Lihat ini? Wajahku sedang penuh jerawat.
Lalu?
Dengan rambut gondrongku sekarang, aku bisa memanipulasinya sedikit. Aku hanya perlu menyisir semua rambutku kearah depan dan menyembunyikan wajah jerawatanku. Kalau rambutku pendek, walau terlihat lebih keren tentu, wajah jerawatanku akan terpampang sempurna.
Tapi sekarang kamu terlihat seperti pendekar tak berwajah.
Sigh.
Bagaimana kalau kita ganti template blog ini saja.
Sepertinya, lebih aman kalau kita tidak melakukannya.
Why?
Just face it. You're not half good at that.
.......................
Lagipula, untuk apa ganti template lagi?
Aku sudah bosan dengan warna merah.
He?
Aku ingin ganti warna biru.
I see... tapi tau kah kamu kalau kami sudah bosan melihat kamu dengan warna biru?
Hm.... Kita potong rambut saja kalau begitu.
Hmm... Rasanya aku tak seberapa bosan dengan warna biru mu...

The Journey by Night

In the Name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful.

Glorified is Allah Who took His Slave (Muhammad) for a journey by nights from Al-Masjid-al-Haram to Al-Masjid-al-Aqsa, the neighborhood whereof We have blessed, in order that We might show him of Our Ayat (proofs, evidences, lessons, signs). Verily, He is the All-Hearer, the All-Seer.

Q.S. Al-Isra:1

Isra-Mi'raj 2006

Menolak Bala Ledekan

Mbok Rabbit bertanya tentang cara saya meng-handle ledekan teman. Wah, ya, gak ada yang istimewa. Biasanya ya malah balik memaki. Soal maki-memaki ini pun sudah pernah saya beritakan disini. Silahkan dipelajari...:-B
Sebenarnya, saya agak malu dan sungkan berbicara tentang ledek-meledek. Apalagi kalau topiknya "Bagaimana cara meng-handle ledekan teman". Alasannya.... ya apalagi... wong, saya yang biasanya duluan ngeledek teman kok...
*Plak!*
*Aduh! Gue kan jujuurr...*

Begini lah susahnya saya ini. Anggota keluarga besar ibu dan bapak saya itu dua-duanya tukang ngeledek. Bayangkan kalau bapak ibu saya sedang ada hajatan dan kedua pihak beda asal itu dipertemukan [-O<. Kalau mau survive selamat sampai akhir acara, kita harus belajar menghandle ledekan-ledekan ini. Jeleknya, kebiasaan meledek terbawa kemana-mana...:-
Mencomot pengalaman saya yang tukang ngeledek, saya akan memberi tips bagaimana caranya meng-handle ledekan. Mudah-mudahan bermanfaat. Tapi dosa ditanggung masing-masing ya...

Pelajaran pertama, menurut kamus saya, ledekan itu harus lucu dan tidak menghina. Juga TIDAK boleh menyinggung SARA, nilai TOEFL, besarnya IQ, warna kulit (apalagi kulit hitam), dan nilai IPK. Kemudian, kategorikan ledekan itu menjadi beberapa kelompok dan balaslah ledekan itu berdasarkan kelompoknya. Menurut versi saya, ledekan dikelompokkan sebagai berikut...

1) Ledekan garing, basi, jayus, gak lucu, gak bikin ketawa, not funny at all. Ledekan jenis ini benar-benar menyalahi kodrat ledekan menurut kamus saya. Apalagi kalau ledekan jenis ini akhirnya nyerempet penghinaan, makian, perasaan sirik bin iri. Bila menghadapi jenis ledekan ini, untuk membalasnya saya melihat-lihat dulu siapa yang melontarkan ledekan. Kalau saya sebel dengan orang yang meledek itu saya tidak akan tersenyum apalagi tertawa mendengar ledekannya. Yang akan saya lakukan adalah menatap mata orang ini dalam-dalam, menaikkan alis mata kiri saya, dan mengirimkan pesan mental yang berbunyi "Nice try, but you'd better not try it again". Oke... sudah bisa menirukannya? Lanjuuutt... Sebaliknya, bila saya tak punya perasaan sebel atau illfil dengan si peledek, saya hanya akan tersenyum sopan dengan manis. Saya juga tidak akan membalas ledekan peledek jenis ini. Susah soalnya nyari balasan ledekan yang lucu kalau ledekan aslinya gak lucu... It takes two to laugh, babe. Tenang saja, Jeng. Ledekan jenis garing dari orang yang baik hati dan tak bakat meledek ini bila disenyum-manisi pasti akan berhenti pada ledekan pertama. Si peledek pasti sadar kok kalau ledekannya... gak lucu... :D

2) Ledekan lucu. Kalau ledekannya memang lucu, ya tertawa saja. Yang keras! Tertawa itu sehat, tertawa itu indah, tertawa itu cantik. Bila mendapat ledekan lucu biasanya saya terpincut untuk balas meledek. Adrenalin saya rasanya luber-luber. Kalau si peledek benar-benar jago meledek, maka suasana akan tambah seru. Hahahahahahaha....... saya rindu teman-teman saya yang jago meledek itu... *ngusap air mata*

3) Ledekan yang kurang ajarrrr dan dilontarkan pada tempat plus timing yang tidak tepat. Ah, yang model begini sih gak perlu dibahas. If you can walk away, walk away. Itung-itung mindahin dosa. Kalau gak bisa, tampol aja tuh orang!: Kalau perlu golok, just lemminow. Saya beri gratis tak perlu bayar...O:) ......

4) Kalau gak ada yang ngeledekin? Jeng, jeng, itu artinya hanya dua: anda terlalu menyeramkan untuk diledek, atau anda terlalu garing untuk diajak maen lempar-ledekan... :D

Naaahhh... kan......
Saya sudah mulai meledek sana-sini lagi. Kapan insyapnya? Sigh.
Eniwei, apapun jenis ledekannya -apalagi kalau itu ledekan becanda yang lumayan lucu- gak perlu lah dimasukkan ke dalam hati. Tak perlu terlalu sensitif, kawan. Ringankan hati, mari tersenyum. Namanya juga ledekan. Anda tak suka, tinggalkan saja. Anda suka, mari tertawa... Ha-ha-ha... :O)

sayup-sayup saya mendengar bunyi panci dibanting
"Easy for you to say! Elu pan yang tiap kali ngeledekin orang muluuu..."
dan saya pun terkaing-kaing
"Ampun, Mpok... Aye pan cuma becandaaa... Gitu aje marah.. Woii! Gitu aja marah, woi!"

Jeng Ratu Neri, ente pan sering maen ledek-ledekan sama aye. Ayo dibagi tips menghandle ledekannya!

What it means to be free...

Indonesia Independence Day
17 August 1945 - 2006

Photobucket - Video and Image Hosting

Indonesia. Exactly how I feel...
I am proud of you
and I don't need a single reason
to feel that way.

illustration: gettyimages

Dicari: Peminat Laki-laki Jepang

Warning: Tulisan ini sama sekali tidak ilmiah, penuh subyektifitas, dan dibuat tanpa penelitian. Sumber-sumber data didapat dari kelamaan nonton tivi, keseringan browsing site gak jelas, kepenatan membaca koran, kebanyakan ngobrol dan ngegosip dengan teman, dan hasil ingat-ingat selentingan kabar kabur.


Kalau Jeng Ratu Neri sudah bersabda untuk mencari tahu mengapa para perempuan Jepang tak suka dengan para lelaki Jepang, apalah yang bisa saya lakukan selain mematuhi? Lagian, topiknya lutuuuu juga :P.

Berdasarkan pengamatan asal-asalan saya, ada dua hal mengapa para J-women ini gak ngiler ngeliat para J-men. Dua hal saja, tapi ampuh menjadi pengusir perempuan. Dua hal ini adalah karakter dan penampilan...:D

Teman-teman Jepun saya (perempuan) setiap kali bertemu (dan tak sengaja menyaksikan para lelaki Indonesia disini) selalu berkata kalau Indonesia-no otoko, yasashii ne. Artinya: cowok Indonesia itu baik-baik yah. Kebetulan saja, tiap kali bertemu para lelaki Indonesia, para lelaki ini sedang mengajak main anak-anaknya, atau membantu mem-babysit anaknya, atau membantu masak-memasak, atau membantu membereskan peralatan pesta... pokoknya selalu membantu deh. Gak tau juga apakah karakter ringan membantu ini memang sudah bawaan orok, atau bakal menghilang ketika kembali ke tanah air... :- .

Berangkat dari komen-komen para teman itu, saya berkesimpulan -seraya mengorek pengetahuan tak ilmiah saya- para J-men ini mungkin tak berkarakter household friendly :D, sementara para istri sedari pagi sibuk mengurus lelaki ini, juga sibuk mengurus anak, lalu sibuk mengurus rumah, sendirian tanpa pembantu. Nyiapin baju suami, makanan suami, sepatu suami, segala permintaan suami.... kok lebih mandiri anak-anaknya seh? Sudah begitu, para J-men ini seringnya pulang lewat mitnait sambil mabok pula /:). Kelaut aja, coy! Beberapa referensi tak ilmiah yang saya dapat juga menyatakan para J-hus tidak memberikan uang bulanan pada istri mereka, melainkan menjatahkan sehari berapa perak yen yang hanya cukup untuk belanja makanan hari itu. Kok sama seperti ngasih uang jajan harian ke anaknya? Lah, kalo saya bisa ngomporin, harusnya dijatah belanja perhari itu, si istri kudu nambahin hourly wage dia selama 24 jam ngurus rumah. Iya, gak? Iya, gak?! Semakin memperparah keadaan, para J-men ini jaim abis bis bisss... Boro-boro ngasih cium mesra, pelukan hangat, atau rangkaian bunga, bilang Ai Lap Yu aja bakal dianggap menurunkan derajat kedewaannya. Dengan suara kerongkongan diberat-beratin (coba liat cara cowok ngomong di J-movies deh), muka dikaku-kakuin, badan ditegang-tegangin, mata dipelotot-pelotin (wah, gue kebanyakan nonton sinetron), mereka akan memanggil istrinya atau pacarnya atau simpenannya dengan "Oi, oi!" atau "Oi, O-mae!" sementara para perempuan kudu memanggil mereka dengan "anata" yang derajat kata-nya lebih tinggi dari o-mae. Hayaaahhh.... ke laut trus nyemplung aje lu. Beberapa sumber mengatakan, tentu saja para J-men itu berlaku begitu karena didikan lingkungan n keluarga. Ya, iya lah. Tapi manusia kan katanya punya free will. Elu orang bukan? (Ken, makian lu akhirnya kena juga disini je). So, jangankan membantu dengan pekerjaan rumah tangga, membantu mengurus dan mendidik anaknya pun mereka tak mau (atau tak bisa karena tak biasa). Nah, kalo sudah begini, sapa yang mau sama laki-laki Jepang?

Itu baru dari segi karakter yang sudah mendarah daging, belum dari sisi penampilan. Di posting kemarin, saya sudah menjelaskan sedikit gambaran laki-laki Jepang umur 18-35an tahun: Badan kurus kerempeng, rambut jabrik pirang diberi penguat anti angin, alis dicukur rapi, bajunya gedombrang ala Boys Band, wajah full lotion anti kerut+anti sinar matahari, badan wangi campuran antara parfum dan bau kelek (kan jarang mandi).

Sekarang, campurlah karakter para J-men ini dengan penampilan mereka. Masih ada yang mau?

.........................

Bila seorang J-woman punya karir dan duit sendiri, mereka bakal mikir panjang untuk menikah dengan J-men. Selain karena iklim kerja di Jepang yang tidak ramah untuk perempuan menikah (dan punya anak) alias mereka harus berhenti kerja ataupun kalau balik kerja mereka tidak diberi posisi yang selevel dengan rekan lakinya, para J-women ini juga harus 'kerja' dirumah tanpa bisa mengharapkan bantuan suaminya. Nah, sekarang tau dong makna sebenarnya dari kerja rodi??? Karena hal ini lah semakin lama banyak perempuan Jepang yang malas menikah. Katanya...:- Saya sendiri mengklasifikasikan para J-women ini kedalam tiga kategori:

1. Para J-women yang pasrahan. Mereka menikah, punya anak, syukur-syukur bahagia, lalu mati.

2. Para J-women yang gak mau kawin, kecuali kalau segala persyaratan dia akan tipe suami dan tipe rumah tangga terpenuhi.

3. Para J-women yang mau menikah, rela menderita, punya anak, membesarkan anaknya, lalu minta cerai.

Tambahin ah, 4) Para J-women yang mau menikah, rela menderita, punya anak, membesarkan anaknya, lalu berharap kencang-kencang suaminya mati duluan. =

Okee, sekarang waktunya mem-balance-kan keadaan...

Sebenarnya, kalau bicara tentang laki-laki yang tidak bisa atau worst casenya tidak mau menjadi partner di rumah tangganya sendiri (dalam arti turut membantu pekerjaan rumah dan membantu mengurus anak), apakah hanya terdapat di Jepang saja? Bukannya di Indonesia juga banyak? Bukan tidak mungkin, di barat sana juga banyak kan? Lalu apa bedanya laki-laki sini dengan laki-laki situ atau laki-laki sana?

Mau tau bedanya?

Bedanya ada di para perempuan. Masih mau dengan laki-laki model begitu? *wink wink ;;)*

Mungkin, hanya ada di Jepang

Tetangga saya pernah bersabda dalam blognya mengenai Borg.
Katanya,

Lihat pula para "salary man" itu, ber-jas gelap, celana gelap, berbaju putih dan berdasi gelap persis kayak Man in Black yang kehilangan cengdem (kacamata hitam) ... seragam. -ndobos-
Sekarang ini saya ingin menuliskan tentang kesan saya selama hampir dua tahun mengamati bumi sebelah sini...
1) Setuju dengan tetangga saya itu, para karyawan sini, terutama yang laki-laki, selalu berstelan jas gelap bila ke kantor. Kalau gak biru gelap, ya, hitam gelap :D. Walopun warna hijau dan coklat juga ada yang gelap, rasanya saya belum pernah liat ada yang pakai warna-warna itu. Kadang ada juga yang pakai warna abu-abu, tapi mungkin 1 banding 100. Yang pakai kaos ke kantor... 1 banding 1 juta?
2) Cewek berkaos/baju merah jarang terlihat, kecuali saya. Para perempuan itu biasanya memakai baju berwarna beige. Yang lembut-lembut lah. *emang bukan gue banget*
3) Dyed hair is more popular! Natural black hair kelaut aje...
4) 90% rambut para perempuannya panjang dan biasanya ditata keriting besar-besar ala Barbie. *jelas, bukan gue* Feminin lebih disukai dari pada ngoboi berangasan. *sigh*
5) 50% rambut para lelaki dipotong jabrik.
6) Laki-laki dan perempuan menghabiskan setengah isi penguat rambut setiap harinya :D:D . Angin topan sekalipun tidak akan mampu meniupkan satu helai rambut mereka.
7) Alis laki-laki dan perempuan dicukur dan dibentuk.
8) Mereka memakai tote bag, gak perduli jender.
9) Perempuan hobi pakai sepatu hak tinggi, gak perduli lokasi.
10) Badan kurus berhias tulang lebih dicintai, gak perduli jender. Dengan pengecualian, buat cewek walopun kurus 'perabotan' harus tetap seksih. Susah kan?
11) Kalau ditempat umum -terutama angkutan umum- gak boleh berisik. HP kudu dimatiin or dimampuskan suaranya. Ini berlaku untuk anak kecil juga. *kebayangkan stressnya emak-babe*
12) Duduk di angkutan umum harus rapi rapet. Kaki gak boleh ditumpangkan atau dibuka lebar-lebar (cowok nih!), kalo gak pengen dikasih nasty look sama sekitar.
13) Kalau ada tiga kursi berderet, orang sini akan duduk diujung-ujungnya. Tengah-tengah kosong. Kalau gak capek banget, orang berikutnya memilih berdiri daripada duduk ditengah-tengah :D.
14) Jalan jauh muter-muter kebun binatang, liat hanabi di lapangan rumput, nonton baseball di lapangan bulet, tetep pake rok mini, baju pesta, dan sepatu tumit tinggi.
15) Buang barang bekas kudu bayar...

Apalagi ya? Hayo-hayo teman-teman di kota tetangga, silahkan ditambahkan...

Seperti Pagi dan Malam

Wajahnya cantik, keibuan, kemayu, halus bukan buatan. Badannya langsing tinggi semampai berkulit kuning langsat. Tutur katanya manis, suaranya lembut, bahasa Jawanya sopan tinggi sebanding lurus dengan IQnya.
Saya berkenalan dengannya pada suatu masa di jaman dulu dan sampai sekarang saya masih terkagum-kagum padanya, sahabat saya itu. Dia pantas dijuluki putri Solo walaupun dia bukan dari Solo tapi toh tidak ada sebutan putri Jogja... Dia membuat ibu saya menghela napas setiap memandang saya dan mengurut dada setiap kali saya mulai bertingkah layaknya Rahwana.
Selang beberapa lama bersahabat, saya dikenalkan dengan pacarnya. Jujur saja, sayang, saya membayangkan sosok Keanu Reeves dalam Walk in the Clouds. Hanya sosok seperti itu yang pantas untukmu...
Tapi tidak, yang datang bukan Keanu. Yang datang laki-laki lain. Laki-laki yang biasa saja tapi kemudian menjadi tidak biasa karena kelakuannya: pemarah, tukang ngamuk, tukang menyumpah, pencemburu berat namun pleiboi kelas badak (walo ini gak ada hubungannya dengan tampangnya yang gak ganteng), dan parahnya ringan tangan (dan bukan untuk membantu) termasuk pada teman saya yang bersosok putri ini. Dan saya pun ternganga.
Kenapa dia? Tanya saya ketika sudah tak tahan lagi. Sang putri tersenyum lembut. Jawabannya membuat saya menjedotkan jidat ke dinding. Katanya, dia selalu terpesona dengan sosok kuat yang bisa menjadi dewa pelindung. Dia butuh laki-laki petentengan yang bak dewa mabok selalu menggeram pada setiap manusia lain berjender laki-laki yang berani melirik putri cantiknya. Sahabat saya itu butuh merasa dilindungi. Sayang, kau harusnya mencari Arjuna yang adiknya Bima itu sampai ke gunung Mahameru. Setidaknya Arjuna tak pernah memukulimu (dan kata orang dia ganteng banget).....

Kali lain, seorang teman lama lain. Sahabat saya pecicilan yang pernah nekat naik motor ke sekolah walopun umur belum lagi 15. Anak mami yang putih mulus, selalu wangi, pemalu nan baik hati namun jagoan naik gunung ini sudah lama tak pernah saya lihat. Ketika bertemu lagi dia sudah menggandeng perempuan cantik bak model kelas wahid. Seperti jaman dulu, saya terpekik gembira melihat dia. Sayangnya, sambutannya tak sama. Dan tangan mulus yang melingkar di lengannya pun terlihat makin erat. Perempuan disamping sahabat saya itu melirik judes dan memasang muka bosan. Maaf, teman, saya tak tahu kalau kau tak boleh menyapa perempuan lain (yang menggendong bocah kecil dengan kedua tangannya). Lain waktu teman-teman yang lain mengadu. Teman lama saya ini selalu apes. Pacarnya selalu -walopun cantik- galak, judes, cerewet bukan main. Kamu kok bisa sial begitu sih, Dung?

Telepon antar benua berdering. Adik sepupu kesayangan saya memberi kabar gembira. Perempuan belia secantik peri yang sedang mengejar titel 'Dosen' memberi tahu kalau ia akan menikah dengan pangeran gagah berseragam yang jaman sekarang tak lagi menunggang kuda. Tanya saya, "cowok berseragam yang mana?"
Dia tertawa lembut, "ah, mbak. Dari dulu hanya ada satu kok."
Saya tahu yang mana, sebenarnya. Tapi toh sejak dulu ada begitu banyak laki-laki, berseragam atau tidak, yang menyambangi mawar cantik ini. Padahal bapaknya galak setengah modar...
Saya memberikan restu. Pangerannya memang gagah, bertanggung jawab, pintar dan baik hati. Walaupun sering garing, jaim berat (goes with the uniform, I guess), dan... maaf, dik... tak secakep penggemarmu yang lain. Jauuuuhhhh tak secakep yang lain. Sampai-sampai adik sepupu yang lain pernah berkomentar, "kenapa sih kalo orang cakep selalu dapet pacar jelek."
Maaf beribu maaf. Ini bukan hinaan, saya yakin pasti. Adik muda itu hanya begitu heran dengan kenyataan. Walaupun diam-diam saya yang selalu merasa percaya diri kalau saya cakep agak-agak tersindir juga. Ah, tapi si Papap toh cukup wangi...

Ada juga seorang kolega yang terkenal jagoan imajinasi. Dengan penampilan terbungkus rapat, dia seringkali berkata sedih bahwa dia harus menolak begitu banyak laki-laki. Kenapa juga ditolak? Lain waktu dia bercerita kalau sebenarnya dia sakit parah sehingga harus selalu didonor darah. Terlalu banyak kah nyamuk di rumah mu? Dan ketika dia akhirnya menikah dengan teman kami juga kami tak bisa menahan heran. Laki-laki pilihannya ini manusia super diam, super cuek, super tak perduli, super tak tahan rengekan. What an odd...

Semalam, saya bercerita pada teman satu-klik-jauhnya. Saya bercerita bahwa sewaktu Papap berangkat lebih dahulu ke negeri antah berantah, saya seperti orang linglung. Saya tak punya nafsu untuk bergaul, untuk jalan-jalan, untuk bepergian, untuk bersosialisasi. Padahal, sumpah, saya tak kangen. Benar tak kangen, karena toh setiap hari walau jauh Papap selalu menelpon lebih dari 2 kali. Kadang-kadang hanya untuk bicara tak perlu seperti 'kulkas mau ditaruh dimana ya?' atau 'beli gorden bunga-bunga atau polos ya?'. Tapi saya sungguh linglung. Ini pasti karena kami terlalu lama bersama-sama. Terlalu sering bersama-sama. Terlalu bergantung satu sama lain. Mungkin juga. Karena saya pikir hubungan kami lebih seperti partnership. Entah baik atau tidak hal ini dalam pernikahan karena saya pernah dengar bahwa dalam pernikahan salah satu harus 'lebih tinggi' dari yang lain. Seperti komandan dan wakil komandan, katanya. Lalu kalau kami sama-sama prajurit petentengan yang seringkali sepak-sepakan, apakah diperbolehkan dalam kamus kehidupan pernikahan?

Ah, jadi ingat sahabat saya tersayang si Putri itu. Dia berkoar kalau di satu dunia ini hanya orang seperti pacar saya itu yang bisa menundukkan ke-Rahwana-an saya. Bahkan seorang Ehem yang ganteng *wink wink* dan pintar sekali itupun tak mampu membuat saya berkata, "he-eh" sambil menunduk malu. Ibu saya belakangan berkomentar senada. Mungkin si Putri benar. Pacar saya memang bukan manusia paling ehem atau uhuk-uhuk sedunia. But, yes, we deserve each other. Laki-laki lain pasti sudah gatel ingin mentung kalau berpasangan dengan saya. Sementara, perempuan lain pasti sudah monyong-monyong tak keruan kalau berpasangan dengan pacar saya. Tapi kami bisa klop. Seperti pasangan-pasangan yang saya kenal, mereka bisa klop no matter how odd. Seperti pasangan puzzle. Seperti yin-dan-yang. Seperti mortar dan pestle, seperti pagi dan malam, seperti terang dan gelap, seperti beauty-and-the-beast. Jadi, temanku yang baik, tak perlu lah kita iri pada pasangan orang, apalagi malah mengomentari pasangan orang. Tuhan sudah begitu bijak membuatkan puzzle khusus bagi setiap orang. No man deserves other than what he ought to have.

Sahabat saya tersayang akhirnya putus dengan pacar luar biasanya. Dia sekarang sudah menikah dengan jenis lelaki yang sama: si dewa pelindung. Untungnya yang sekarang tak pernah memukul, memaki, dan menyakiti... I miss you, dear... Terimakasih atas wejanganmu pada suatu waktu dulu...

Ramal lah Daku

Saya tak percaya pada dunia ramal-meramal dan dukun-mendukun. Bukan soal relijius macam itu, tapi saya tak bisa menahan diri ini untuk tidak mempertanyakan kekonyolan (maap) ramalan yang dibuat. Sebaliknya, saya tak keberatan kalau ada yang berbaik hati menawarkan ramalannya pada saya, misalnya seperti majalah-majalah yang memajang ramalan zodiak dan teman-teman yang memaksa membaca tangan saya. Gak bayar kok nolak? :D Lagipula, saya ini pelupa berat. Saya tak pernah ingat ramalan yang tertulis di majalah-majalah itu. Malah saya sering lupa shio sendiri. So, no harm done.

Tetapi ada satu hal yang selalu mengganggu saya yaitu: MIMPI. Saya juga tak selalu percaya pada mimpi, wong menafsirkan mimpi saja saya tak mampu. Tapi satu hal yang saya percaya: bila saya mulai memimpikan sesuatu berulang-ulang-ulang-ulang... then it must be something. Saya percaya mimpi seperti itu menandakan kekuatiran saya terhadap sesuatu yang begitu dahsyatnya sehingga sampai terbawa mimpi.

Belakangan ini mimpi saya berkisar pada satu hal: HANDPHONE! Bermalam-malam, bermimpi-mimpi, berulang-ulang, saya memimpikan handphone. Dalam mimpi itu, settingnya bisa beda-beda: bisa di Jepang, bisa di kampung halaman, bisa sedang leleran di rumah, bisa sedang (pura-pura) bekerja. Namun dalam mimpi itu selalu satu yang sama: saya merasa panik karena 1) Saya baru sadar kalau tak punya handphone, dan 2) Saya merasa harus segera mendapatkan handphone.
Hmmm.... apa artinya ya?:-?

Dulu, selang beberapa lama Uwak saya meninggal, saya memimpikannya. Padahal, walau dekat dengan sosoknya, semasa hidupnya saya ya gak gitu lendot-lendotannya pada beliau. Beberapa bulan setelah Uwak meninggal, saya mimpi sosok beliau berulang-ulang. Di setting apa pun saya sedang berada (rumah, kantor, main), beliau datang dengan baju putihnya lalu duduk di sebelah saya hanya untuk bertanya hal yang sama, "De, kok gak main ke rumah Uwak sih?" Setelah seminggu lebih mimpi seperti itu terus, saya mengadu pada Bapakku yang notabene adik si Uwak. Si Babeh hanya mendengarkan tanpa reaksi, tapi sorenya, Babe pergi ke makam Uwak. Berhenti kah mimpi saya? Ternyata tidak! Lalu Babe pergi lagi, bukan ke makam, kali ini ke rumah Uwak dimana istrinya masih tinggal. Leganya saya, karena setelah kunjungan ke rumah Uwak itu, mimpi saya berhenti sama sekali...#:-SRupanya si Uwak ingin Babeh menengok keluarganya.
Belum selesai sampai disitu, beberapa tahun kemudian, istri Uwak meninggal. Hari kedua setelah dimakamkan, Uwak perempuan ini hadir di mimpi saya lagi. Beliau hanya punya satu pesan, "De, makam Uwak tolong dibatu ya." Apa pula ini?!
Saya waktu itu tak mengerti soal batu membatu, makam pula! Saya tak mengerti maksud beliau, dan dengan ndablek saya cuekin saja mimpi pertama itu. Saya pikir... ah, lagi esmosi nih ditinggal Uwak... Eeee..... gak taunya, Uwak perempuan datang lagi. Berkata lagi hal yang sama. Terus-terus-terus-terus... begitu. Ketika pengajian tujuh hariannya tiba, saya setengah mengeluh pada sepupu saya, anak kandung Uwak. Begitu saya ceritakan perkataan Uwak saya itu, para sepupu saya dan istri-istrinya langsung pucat. Rupanya... sebelum Uwak meninggal saat beliau sedang sakit parah, beliau menyuruh anak-anaknya untuk membereskan makam suaminya, Uwak Laki. Beliau ingin makam suaminya dipermanen dengan batu. Beliau sih tidak bilang apa-apa soal makamnya sendiri (yaaa.. siapa yang tahu kapan kita meninggal kan?). Tapi, belum sempat anak-anak beliau membereskan makam Uwak Laki, Uwak perempuan pun meninggal dunia. Dan saya tak tahu apa-apa soal makam batu itu....

Cerita mimpi-mimpi berulang itu sering kali terjadi. Ketika saya terus-menerus mimpi orang tertentu... abrakadabra... something happened to that person! Gak musti yang buruk, ada juga yang baik. Kalau soal mimpi orang yang sudah meninggal datang dan berbicara... wah, saya bisa bikin konsultasi untuk para arwah saking banyaknya 8-X8-X8-X. Yang paling bikin saya merinding itu sewaktu sepupu saya yang seumur adik saya meninggal karena sakit parah. Beberapa lama dia datang hanya menangis dan meminta ampun. Berulang kali saya bilang padanya -sambil menggigil ketakutan- kalau saya sudah maapin dia. Tapi toh dia masih datang juga. Terakhir, dengan sedikit kesal (karena ketakutan dan mungkin karena siangnya Hikari kecil sempat berkata kalau ada sepupu saya di ruang tamu) dalam mimpi itu saya bertanya, "Dik, gue kan udah bilang iya. Kenapa elu masih disini?" Tak disangka dia hanya menggeleng-geleng (sambil menangis menyayat). Saya langsung bangun sambil bermandi keringat dingin. Apa lagi nih? Ketika esoknya saya cerita pada si Emak, Emak bilang ternyata sebelum meninggalnya sepupu saya ini sempat ribut dengan papanya... Mendengar cerita saya, sang Papa menangis tersedu-sedu. Beliau tak menyangka sepupu saya masih terbebani dengan kejadian yang beliau anggap tak penting itu. Saya berhenti mimpi tentang dia hari itu juga.

Sudah ah, cerita mimpi saya itu. Saya mau bercerita satu hal lain saja. Beberapa minggu yang lalu, teman saya meraih kedua tangan saya. Dibukanya telapak tangan saya itu dan dengan serius dia menekuni garis-garis disitu. Jadi malu, karena saya lupa pakai lotion pelembab tangan. Lalu si teman mulai membaca garis tangan saya. Palm reader. Hasilnya.... ya, begitu deh. Saya nikah umur berapa, pacar punya berapa (hihi), first love saya siapa (hihihihihi), saya orangnya begimana (ini sih gak perlu pake ilmu nujum segala), dsb dll. Tapi satu perkataannya yang membekas buat saya. Si teman bilang, "you're a very sensitive person. Too sensitive. You absorb too much."

..................... ssttt.... Mi-san, kalo gitu, saya bisa jadi seniman terkenal macam Da Vinci gak?

Blogger Templates by Blog Forum