Ramal lah Daku
Friday, August 11, 2006 by Mariskova
Saya tak percaya pada dunia ramal-meramal dan dukun-mendukun. Bukan soal relijius macam itu, tapi saya tak bisa menahan diri ini untuk tidak mempertanyakan kekonyolan (maap) ramalan yang dibuat. Sebaliknya, saya tak keberatan kalau ada yang berbaik hati menawarkan ramalannya pada saya, misalnya seperti majalah-majalah yang memajang ramalan zodiak dan teman-teman yang memaksa membaca tangan saya. Gak bayar kok nolak? Lagipula, saya ini pelupa berat. Saya tak pernah ingat ramalan yang tertulis di majalah-majalah itu. Malah saya sering lupa shio sendiri. So, no harm done.
Tetapi ada satu hal yang selalu mengganggu saya yaitu: MIMPI. Saya juga tak selalu percaya pada mimpi, wong menafsirkan mimpi saja saya tak mampu. Tapi satu hal yang saya percaya: bila saya mulai memimpikan sesuatu berulang-ulang-ulang-ulang... then it must be something. Saya percaya mimpi seperti itu menandakan kekuatiran saya terhadap sesuatu yang begitu dahsyatnya sehingga sampai terbawa mimpi.
Belakangan ini mimpi saya berkisar pada satu hal: HANDPHONE! Bermalam-malam, bermimpi-mimpi, berulang-ulang, saya memimpikan handphone. Dalam mimpi itu, settingnya bisa beda-beda: bisa di Jepang, bisa di kampung halaman, bisa sedang leleran di rumah, bisa sedang (pura-pura) bekerja. Namun dalam mimpi itu selalu satu yang sama: saya merasa panik karena 1) Saya baru sadar kalau tak punya handphone, dan 2) Saya merasa harus segera mendapatkan handphone.
Hmmm.... apa artinya ya?
Dulu, selang beberapa lama Uwak saya meninggal, saya memimpikannya. Padahal, walau dekat dengan sosoknya, semasa hidupnya saya ya gak gitu lendot-lendotannya pada beliau. Beberapa bulan setelah Uwak meninggal, saya mimpi sosok beliau berulang-ulang. Di setting apa pun saya sedang berada (rumah, kantor, main), beliau datang dengan baju putihnya lalu duduk di sebelah saya hanya untuk bertanya hal yang sama, "De, kok gak main ke rumah Uwak sih?" Setelah seminggu lebih mimpi seperti itu terus, saya mengadu pada Bapakku yang notabene adik si Uwak. Si Babeh hanya mendengarkan tanpa reaksi, tapi sorenya, Babe pergi ke makam Uwak. Berhenti kah mimpi saya? Ternyata tidak! Lalu Babe pergi lagi, bukan ke makam, kali ini ke rumah Uwak dimana istrinya masih tinggal. Leganya saya, karena setelah kunjungan ke rumah Uwak itu, mimpi saya berhenti sama sekali...Rupanya si Uwak ingin Babeh menengok keluarganya.
Belum selesai sampai disitu, beberapa tahun kemudian, istri Uwak meninggal. Hari kedua setelah dimakamkan, Uwak perempuan ini hadir di mimpi saya lagi. Beliau hanya punya satu pesan, "De, makam Uwak tolong dibatu ya." Apa pula ini?!
Saya waktu itu tak mengerti soal batu membatu, makam pula! Saya tak mengerti maksud beliau, dan dengan ndablek saya cuekin saja mimpi pertama itu. Saya pikir... ah, lagi esmosi nih ditinggal Uwak... Eeee..... gak taunya, Uwak perempuan datang lagi. Berkata lagi hal yang sama. Terus-terus-terus-terus... begitu. Ketika pengajian tujuh hariannya tiba, saya setengah mengeluh pada sepupu saya, anak kandung Uwak. Begitu saya ceritakan perkataan Uwak saya itu, para sepupu saya dan istri-istrinya langsung pucat. Rupanya... sebelum Uwak meninggal saat beliau sedang sakit parah, beliau menyuruh anak-anaknya untuk membereskan makam suaminya, Uwak Laki. Beliau ingin makam suaminya dipermanen dengan batu. Beliau sih tidak bilang apa-apa soal makamnya sendiri (yaaa.. siapa yang tahu kapan kita meninggal kan?). Tapi, belum sempat anak-anak beliau membereskan makam Uwak Laki, Uwak perempuan pun meninggal dunia. Dan saya tak tahu apa-apa soal makam batu itu....
Cerita mimpi-mimpi berulang itu sering kali terjadi. Ketika saya terus-menerus mimpi orang tertentu... abrakadabra... something happened to that person! Gak musti yang buruk, ada juga yang baik. Kalau soal mimpi orang yang sudah meninggal datang dan berbicara... wah, saya bisa bikin konsultasi untuk para arwah saking banyaknya . Yang paling bikin saya merinding itu sewaktu sepupu saya yang seumur adik saya meninggal karena sakit parah. Beberapa lama dia datang hanya menangis dan meminta ampun. Berulang kali saya bilang padanya -sambil menggigil ketakutan- kalau saya sudah maapin dia. Tapi toh dia masih datang juga. Terakhir, dengan sedikit kesal (karena ketakutan dan mungkin karena siangnya Hikari kecil sempat berkata kalau ada sepupu saya di ruang tamu) dalam mimpi itu saya bertanya, "Dik, gue kan udah bilang iya. Kenapa elu masih disini?" Tak disangka dia hanya menggeleng-geleng (sambil menangis menyayat). Saya langsung bangun sambil bermandi keringat dingin. Apa lagi nih? Ketika esoknya saya cerita pada si Emak, Emak bilang ternyata sebelum meninggalnya sepupu saya ini sempat ribut dengan papanya... Mendengar cerita saya, sang Papa menangis tersedu-sedu. Beliau tak menyangka sepupu saya masih terbebani dengan kejadian yang beliau anggap tak penting itu. Saya berhenti mimpi tentang dia hari itu juga.
Sudah ah, cerita mimpi saya itu. Saya mau bercerita satu hal lain saja. Beberapa minggu yang lalu, teman saya meraih kedua tangan saya. Dibukanya telapak tangan saya itu dan dengan serius dia menekuni garis-garis disitu. Jadi malu, karena saya lupa pakai lotion pelembab tangan. Lalu si teman mulai membaca garis tangan saya. Palm reader. Hasilnya.... ya, begitu deh. Saya nikah umur berapa, pacar punya berapa (hihi), first love saya siapa (hihihihihi), saya orangnya begimana (ini sih gak perlu pake ilmu nujum segala), dsb dll. Tapi satu perkataannya yang membekas buat saya. Si teman bilang, "you're a very sensitive person. Too sensitive. You absorb too much."
..................... ssttt.... Mi-san, kalo gitu, saya bisa jadi seniman terkenal macam Da Vinci gak?
Tetapi ada satu hal yang selalu mengganggu saya yaitu: MIMPI. Saya juga tak selalu percaya pada mimpi, wong menafsirkan mimpi saja saya tak mampu. Tapi satu hal yang saya percaya: bila saya mulai memimpikan sesuatu berulang-ulang-ulang-ulang... then it must be something. Saya percaya mimpi seperti itu menandakan kekuatiran saya terhadap sesuatu yang begitu dahsyatnya sehingga sampai terbawa mimpi.
Belakangan ini mimpi saya berkisar pada satu hal: HANDPHONE! Bermalam-malam, bermimpi-mimpi, berulang-ulang, saya memimpikan handphone. Dalam mimpi itu, settingnya bisa beda-beda: bisa di Jepang, bisa di kampung halaman, bisa sedang leleran di rumah, bisa sedang (pura-pura) bekerja. Namun dalam mimpi itu selalu satu yang sama: saya merasa panik karena 1) Saya baru sadar kalau tak punya handphone, dan 2) Saya merasa harus segera mendapatkan handphone.
Hmmm.... apa artinya ya?
Dulu, selang beberapa lama Uwak saya meninggal, saya memimpikannya. Padahal, walau dekat dengan sosoknya, semasa hidupnya saya ya gak gitu lendot-lendotannya pada beliau. Beberapa bulan setelah Uwak meninggal, saya mimpi sosok beliau berulang-ulang. Di setting apa pun saya sedang berada (rumah, kantor, main), beliau datang dengan baju putihnya lalu duduk di sebelah saya hanya untuk bertanya hal yang sama, "De, kok gak main ke rumah Uwak sih?" Setelah seminggu lebih mimpi seperti itu terus, saya mengadu pada Bapakku yang notabene adik si Uwak. Si Babeh hanya mendengarkan tanpa reaksi, tapi sorenya, Babe pergi ke makam Uwak. Berhenti kah mimpi saya? Ternyata tidak! Lalu Babe pergi lagi, bukan ke makam, kali ini ke rumah Uwak dimana istrinya masih tinggal. Leganya saya, karena setelah kunjungan ke rumah Uwak itu, mimpi saya berhenti sama sekali...Rupanya si Uwak ingin Babeh menengok keluarganya.
Belum selesai sampai disitu, beberapa tahun kemudian, istri Uwak meninggal. Hari kedua setelah dimakamkan, Uwak perempuan ini hadir di mimpi saya lagi. Beliau hanya punya satu pesan, "De, makam Uwak tolong dibatu ya." Apa pula ini?!
Saya waktu itu tak mengerti soal batu membatu, makam pula! Saya tak mengerti maksud beliau, dan dengan ndablek saya cuekin saja mimpi pertama itu. Saya pikir... ah, lagi esmosi nih ditinggal Uwak... Eeee..... gak taunya, Uwak perempuan datang lagi. Berkata lagi hal yang sama. Terus-terus-terus-terus... begitu. Ketika pengajian tujuh hariannya tiba, saya setengah mengeluh pada sepupu saya, anak kandung Uwak. Begitu saya ceritakan perkataan Uwak saya itu, para sepupu saya dan istri-istrinya langsung pucat. Rupanya... sebelum Uwak meninggal saat beliau sedang sakit parah, beliau menyuruh anak-anaknya untuk membereskan makam suaminya, Uwak Laki. Beliau ingin makam suaminya dipermanen dengan batu. Beliau sih tidak bilang apa-apa soal makamnya sendiri (yaaa.. siapa yang tahu kapan kita meninggal kan?). Tapi, belum sempat anak-anak beliau membereskan makam Uwak Laki, Uwak perempuan pun meninggal dunia. Dan saya tak tahu apa-apa soal makam batu itu....
Cerita mimpi-mimpi berulang itu sering kali terjadi. Ketika saya terus-menerus mimpi orang tertentu... abrakadabra... something happened to that person! Gak musti yang buruk, ada juga yang baik. Kalau soal mimpi orang yang sudah meninggal datang dan berbicara... wah, saya bisa bikin konsultasi untuk para arwah saking banyaknya . Yang paling bikin saya merinding itu sewaktu sepupu saya yang seumur adik saya meninggal karena sakit parah. Beberapa lama dia datang hanya menangis dan meminta ampun. Berulang kali saya bilang padanya -sambil menggigil ketakutan- kalau saya sudah maapin dia. Tapi toh dia masih datang juga. Terakhir, dengan sedikit kesal (karena ketakutan dan mungkin karena siangnya Hikari kecil sempat berkata kalau ada sepupu saya di ruang tamu) dalam mimpi itu saya bertanya, "Dik, gue kan udah bilang iya. Kenapa elu masih disini?" Tak disangka dia hanya menggeleng-geleng (sambil menangis menyayat). Saya langsung bangun sambil bermandi keringat dingin. Apa lagi nih? Ketika esoknya saya cerita pada si Emak, Emak bilang ternyata sebelum meninggalnya sepupu saya ini sempat ribut dengan papanya... Mendengar cerita saya, sang Papa menangis tersedu-sedu. Beliau tak menyangka sepupu saya masih terbebani dengan kejadian yang beliau anggap tak penting itu. Saya berhenti mimpi tentang dia hari itu juga.
Sudah ah, cerita mimpi saya itu. Saya mau bercerita satu hal lain saja. Beberapa minggu yang lalu, teman saya meraih kedua tangan saya. Dibukanya telapak tangan saya itu dan dengan serius dia menekuni garis-garis disitu. Jadi malu, karena saya lupa pakai lotion pelembab tangan. Lalu si teman mulai membaca garis tangan saya. Palm reader. Hasilnya.... ya, begitu deh. Saya nikah umur berapa, pacar punya berapa (hihi), first love saya siapa (hihihihihi), saya orangnya begimana (ini sih gak perlu pake ilmu nujum segala), dsb dll. Tapi satu perkataannya yang membekas buat saya. Si teman bilang, "you're a very sensitive person. Too sensitive. You absorb too much."
..................... ssttt.... Mi-san, kalo gitu, saya bisa jadi seniman terkenal macam Da Vinci gak?
hhiiii... ceyeeemmm.......
mimpi itu biasanya terjadi karena visualisasi ego kita sendiri, tapi kalo yang berulang2 gtuh mah biasanya pesan yang disampein dari kesadaran kita yang laen. bahkan kalo dah terbiasa cuba dikontrol mimpinya jadi jalan ceritanya bisa ditentuin sendiri menarik khan:D ato iseng2 masuk mimpinya orang laen, caranya gampang niatin ajah sebelum tidur untuk beberapa kasus biasanya suka berhasil.
wah berat nih...
menurut aku sih, mimpi itu kadang kebutuhan atau pikiran bawah sadar kita :)
Haih Mbak, postingan begini kok malem Sabtu, mbok ya kemaren ...
soal ramal meramal sih mata ngga gitu tau mbak
tapi kalau soal membaca logika lain lagi ceritanya
coba mbak buka primbon dot com
ada semuanya disitu
*baru kali ini komen 2kali:D*
gemana dah dicoba belum mba'? oiya satu lagi kalo lagi mimpi cuba pikiran dibuat maseh dalam kesadaran penuh jadi kita sadar sedang bermimpi istilahnya "LUCID DREAM" nanti bisa jalan2 ke dimensi laen hehe. aku baru sampe sadar duank belum bisa jalan2 mah, maklum tiap malam mimpi bisa 3-4 episode:D..
halah serem amat yak...horror neeh,jadi merinding. suer! salam kenal,mbak
met kenal..postingannya serem..bikin mrinding...