Apa yang pertama kali dilakukan perempuan-perempuan Indonesia (oke deh, dan beberapa laki-lakinya) yang bermukim di luar negeri ketika sedang kembali ke tanah air? Cari makanan khas Indonesia? Ah, udah basi kali je. Perempuan sekarang kan banyak yang pinter masak, terutama yang bermukim di luar negeri. Ini bukan pujian, tapi kenyataan. Lah, kalo gak memaksakan diri untuk pinter masak di negeri orang, sapa yang mau masakin toh?
Eh, jadi ngelantur. Oke, pertanyaan di atas tadi, apakah sudah bisa dijawab oleh para hadirin sekalian?
Blum?
Duh!
Jawabannya itu hanya satu: POTONG RAMBUT!
Kok?
Potong rambut di luar negeri itu banyak bikin miris hati, karena. Pertama, tentu saja, karena harganya muahaalll. Tapi, buat saya, bukan itu yang jadi soal. Kalau kasus saya, potong rambut di negeri nyang itu sungguh melelahkan dan membuat sport jantung. Gimana gak sport jantung? Saya dan si pemotong rambut tak pernah bisa sebahasa dan sepaham. Ujung-ujungnya, potong rambut di situ entu malah bikin capek karena kudu jungkir balik menggerakkan segala badan menirukan bahasa Tarzan. Belum pernah tuh saya dipotong rambut sesuai dengan yang saya pesan. Segitunya saya sudah pernah nekat menyimpan rasa malu dengan meminta tolong teman lokal untuk menuliskan instruksi-instruksi pemotongan rambut saya. Satu-satunya yang menjadi penghibur hati saat potong rambut disana adalah pelayanan plus penyambutan yang 100% memuaskan ditambah dengan kursi cuci rambut yang gak pernah bikin leher patah tulang…
Naaah, sekarang saya kembali ke tanah air tercinta. Harusnya tak ada lagi masalah potong memotong rambut toh? Well, guess what?
Sebulan setelah saya beredar di kampung halaman, rambut ini sudah mulai bikin gerah. Potong aaaahhh, pikir saya. Maka pergilah saya dan si rambut ke suatu mall ngetop yang jaraknya selemparan sepatu dengan Cikeas itu. Kaki ini pun mantap rasanya melangkah ke gerai potong rambut yang franchise-nya ada dimana-mana. Setelah memastikan kalau gerai yang saya tuju benar-benar tempat pemotong rambut profesional (dan bukannya sekolah pemotong rambut yang isinya para pemotong rambut pemula sedang memotong rambut korbannya), saya dengan PD-nya melaporkan diri ke resepsionis.
“Mbak, saya mau potong rambut.”
Si Embak melirik. “Duduk dulu deh, Mbak.”
Oke lah, batin saya. Gak pake senyum manis dan penyambutan sempurna pun tak apa. Saya cuma perlu potong rambutnya.
“Berapa orang lagi, Mbak?” tanya saya.
“Satu.”
Asiiiikkkkkk, sorak saya dalam hati.
Lima belas menit kemudian saya masih menunggu di seberang meja resepsionis yang maha tinggi dan lebar itu.
Setengah jam…
Empat puluh lima menit…
……………..
Kok gak ada pergantian pelanggan? Mana yang menunggu (selain saya)? Dua orang pemotong rambut sudah selesai dengan pelanggan mereka…
Tiba-tiba seorang cewek berambut pirang panjang (bukan bule), berbaju baby doll, bercelana legging masuk. Si Mbak resepsionis langsung menyambut. Mau creambath dan potong, kata si cewek itu. Silahkan cuci rambut, balas si Mbak Resep.
Lho kok? LHO? LHO KOK?
Saya pun berdiri menghampiri resepsionis (telat banget gak seeh?!).
“Mbak! Saya mau potong rambut MASIH LAMA?!!!”
Si mbak terbelalak. “OOOOOhhh… ya ampun… saya lupa kalau ada Embak…”
Cerita setelah kejadian ini saya hilangkan secara sengaja.Proses selanjutnya, saya dilayani oleh (sepertinya) laki-laki muda berambut ikal dicat pirang yang penampilannya sungguh fashionable. Saya jadi menyesal datang dengan celana pendek dan kaos belel. Tanpa dandan pula.
Si Mas pirang itu membolak-balik helai rambut saya dengan dua jarinya sambil melirik tak tertarik.
Waduh, nih orang sepertinya kok bete banget liat gue sih?!
“Kamu gak mau dicreambath?” tanyanya.
Ealaaahh… dia ber-kamu-kamu. Disangka anak SMP kali gue ini je?
“Gak. Saya mau pergi lagi.”
Mulutnya membentuk huruf O.
“Rambut kamu tipis ya…”
“Iya…” Duh.
“Halus banget sih.”
“…..”
“Jidat kamu juga lebar ya.”
“???”
“Supaya gak kelihatan tipis dan bisa nutupin jidat kamu yang lebar, dipotong model Yuni Shara aja lah….”
“….”
Orang itu membuat saya dekat dengan Tuhan. Dia berhasil membuat saya Istigfar sepanjang masa. GUE GITU LOH YANG BAYAR ELU. KENAPA JADI GUE YANG DIHINA-HINA??????!!!!!!!!!!!!!!!!!