Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
Sunday, November 25, 2007 by Mariskova
Kawan karib saya suatu hari bertanya, "Dev, apakah elu termasuk guru yang penyabar?"
Jawaban saya, "tergantung."
Yup. Tergantung. Tergantung kasus mana yang harus saya hadapi.
Dalam kehidupan profesional saya (halah) sebagai seorang guru, ada dua hal yang selalu menjadi momokselain nilai nominal gaji yang gak pantes itu: slow learners dan bad attitude. Dua hal ini bisa bikin seorang guru kehilangan kesabaran dan mengidap darah tinggi.
Sebagai seorang guru, saya bisa sangat penyabar menghadapi murid-murid yang masuk golongan slow learners. Ini karena saya penganut paham 'Tidak ada murid bodoh'. Lagipula, dengan sedikit kesabaran dan perubahan cara mengajar, pasti ada lah setitik ilmu yang bisa dimengerti oleh anak itu.
Sebaliknya, sebagai seorang guru, saya bisa sangat mengerikan bila menghadapi murid-murid dengan attitude yang... tidak pantas! Tidak disiplin, tidak mengerjakan tugasnya, menjawab bila ditegur, marah bila diberi hukuman, mengomentari (dan mengatai?) guru atau teman-temannya dengan kata-kata tak pantas, menghina, membuat onar di kelas, mengancam guru dan teman-temannya...
Now think of this, saya ini hanya seorang guru kursus dengan jumlah murid satu kelas paling banyak 25 orang. Dari 25 orang ini, paling-paling hanya ada 1-3 orang anak yang harus ditangani khusus. Bayangkan apa yang harus dihadapi oleh seorang guru sekolah umum?! Di dalam kelas dengan jumlah murid 40 orang, ditambah dengan disiplin sekolah yang on/off, ada berapa anak yang harus ditanganinya?! Berapa kali dalam sehari guru itu harus mengelus dada, Istigfar, dan mengatupkan mulut menahan kesabaran?! Bayangkan! Sudah gaji kecil, harus jadi pahlawan tanpa tanda jasa pulak, eh, masih dibebani dengan kewajiban moral mengoreksi kelakuan para muridnya...
Jadi, pada Hari Guru tahun 2007 kali ini, gak usah lah kita muluk-muluk berwacana tentang kenaikan gaji guru, penambahan fasilitas, peningkatan perhatian pemerintah, bla bla bla. Dari tahun ke tahun toh hal-hal itu hanya berujung pada Blahs!. Dalam kenyataannya, ada hal yang kecil yang bisa kita semua lakukan. Mau tahu?
Pertama, mulai benahi attitude kita. Mulai benahi attitude orang-orang di sekitar kita. Terutama, mulai benahi atttitude anak-anak kita, sehingga ketika mereka masuk ke kelas, guru mereka bisa mendapatkan kenyamanan dalam mengajar, konsentrasi penuh pada pelajaran dan murid, dan kebahagian dalam bekerja.
Hal sekecil itu bisa menolong guru-guru yang ada di negeri ini. Hal sekecil itu bisa berdampak besar pada kualitas pendidikan anak-anak di negeri ini.
Itu juga kalau anda peduli...
Jawaban saya, "tergantung."
Yup. Tergantung. Tergantung kasus mana yang harus saya hadapi.
Dalam kehidupan profesional saya (halah) sebagai seorang guru, ada dua hal yang selalu menjadi momok
Sebagai seorang guru, saya bisa sangat penyabar menghadapi murid-murid yang masuk golongan slow learners. Ini karena saya penganut paham 'Tidak ada murid bodoh'. Lagipula, dengan sedikit kesabaran dan perubahan cara mengajar, pasti ada lah setitik ilmu yang bisa dimengerti oleh anak itu.
Sebaliknya, sebagai seorang guru, saya bisa sangat mengerikan bila menghadapi murid-murid dengan attitude yang... tidak pantas! Tidak disiplin, tidak mengerjakan tugasnya, menjawab bila ditegur, marah bila diberi hukuman, mengomentari (dan mengatai?) guru atau teman-temannya dengan kata-kata tak pantas, menghina, membuat onar di kelas, mengancam guru dan teman-temannya...
Now think of this, saya ini hanya seorang guru kursus dengan jumlah murid satu kelas paling banyak 25 orang. Dari 25 orang ini, paling-paling hanya ada 1-3 orang anak yang harus ditangani khusus. Bayangkan apa yang harus dihadapi oleh seorang guru sekolah umum?! Di dalam kelas dengan jumlah murid 40 orang, ditambah dengan disiplin sekolah yang on/off, ada berapa anak yang harus ditanganinya?! Berapa kali dalam sehari guru itu harus mengelus dada, Istigfar, dan mengatupkan mulut menahan kesabaran?! Bayangkan! Sudah gaji kecil, harus jadi pahlawan tanpa tanda jasa pulak, eh, masih dibebani dengan kewajiban moral mengoreksi kelakuan para muridnya...
Jadi, pada Hari Guru tahun 2007 kali ini, gak usah lah kita muluk-muluk berwacana tentang kenaikan gaji guru, penambahan fasilitas, peningkatan perhatian pemerintah, bla bla bla. Dari tahun ke tahun toh hal-hal itu hanya berujung pada Blahs!. Dalam kenyataannya, ada hal yang kecil yang bisa kita semua lakukan. Mau tahu?
Pertama, mulai benahi attitude kita. Mulai benahi attitude orang-orang di sekitar kita. Terutama, mulai benahi atttitude anak-anak kita, sehingga ketika mereka masuk ke kelas, guru mereka bisa mendapatkan kenyamanan dalam mengajar, konsentrasi penuh pada pelajaran dan murid, dan kebahagian dalam bekerja.
Hal sekecil itu bisa menolong guru-guru yang ada di negeri ini. Hal sekecil itu bisa berdampak besar pada kualitas pendidikan anak-anak di negeri ini.
Itu juga kalau anda peduli...
saya sangat peduli karena memang begitulah dunia pengajar (baca guru) saya adalah pendengar yang baik ketika istriku cerita tentang anak2 muridnya yg bandel dll..dll.. Selamat Hari Guru.. :)
manggut-manggut setuju (tapi tetep pengen denger soal kenaikan gaji).
untung gue bukan guru....
setujuh ...segala2 berawal dari pendidikan di rumah.
Saya dulu punya guru bahasa Indonesia, ngajar sambil merokok klo marah ... bilang saya slomot rokok kamu .... hahahaha, tapi anehnya jadi Guru Favorit temen2. Klo reuni tanpa kehadiran beliau terasa hambar banget. Dan kini beliau telah berada di sisi Allah.
murid tidak boleh menjawab bila ditegur guru?
guru selalu benar dan murid selalu salah?
hmm.. jadi inget SD lagi..
@Daniel!:
Murid tidak boleh menjawab bila ditegur -> put yourself in this situation: seorang murid ditegur karena mengobrol di kelas, lalu jawaban si murid adalah, "iya, iya, denger!"
Hal-hal seperti itu yang saya jawab dengan MENJAWAB BILA DITEGUR.
Guru selalu benar? Murid selalu salah? -> Rasa-rasanya tidak ada kalimat atau sense itu di tulisan saya.
Anda ingat masa SD anda? Kenapa begitu?