Beda Sedikit
Thursday, October 18, 2007 by Mariskova
Hari Lebaran, saban sepuluh menit Hikari akan menyodorkan dompet transparannya ke Eyang Kakung, Eyang Uti, dan kedua Omnya. Baru tahun ini Hikari mengerti bahwa Lebaran identik dengan angpau buat para anak kecil. Walau belum bisa menikmati arti uang, dia toh tetap menyodorkan dompetnya. Tiap sepuluh menit.
Tiap sepuluh menit ditodong dompet membuat Eyang dan Om memakai taktik baru: todongan berikutnya akan menghasilkan nilai rupiah yang lebih rendah. Tidak apa-apa, toh dua kali todongan pertama sudah menghasilkan ratusan ribu rupiah....
Pada putaran todongan kesekian, Eyang Kakung mulai sewot.
"Udah dong, Ri! Kalau minta angpau itu hanya sekali."
Hikari bermental persistent. Dia tetap menyodorkan dompetnya, dengan embel-embel, "nanti Hikari cium tangan lagi deh."
Todongan berikutnya, Eyang Kakung melancarkan strategi baru.
"Ri, anak yang dapat uang banyak itu anak yang ikut puasa. Kamu kan gak ikut puasa?!"
"Hikari kan masih TK B. Kalau sudah sebesar Papa, baru Ari puasa..."
Eyang Kung gak mau kalah, "Anak TK puasa juga lah!"
Hikari menjawab, "Apakah kau sudah gila?!"
Satu rumah langsung terdiam dan kompak tertawa ngakak. Papap ikut tertawa walau sempat kesedak mendengar seruan Hikari.
Naluri guru-penjaga-moral-bangsa saya muncul. Anak saya tidak boleh kurang ajar pada orang tua.
"Ri, tidak boleh bicara begitu. Tidak sopan. Lagipula, Kau itu dipakai untuk teman-teman Hikari saja. Untuk orang yang lebih tua, Hikari bilang 'Anda'."
Hikari diam. Keningnya berkerut. Dia sedang berpikir.
Sedetik kemudian, tangannya teracung ke arah Eyang Kung lagi.
"Apakah ANDA sudah gila?!"
Tiap sepuluh menit ditodong dompet membuat Eyang dan Om memakai taktik baru: todongan berikutnya akan menghasilkan nilai rupiah yang lebih rendah. Tidak apa-apa, toh dua kali todongan pertama sudah menghasilkan ratusan ribu rupiah....
Pada putaran todongan kesekian, Eyang Kakung mulai sewot.
"Udah dong, Ri! Kalau minta angpau itu hanya sekali."
Hikari bermental persistent. Dia tetap menyodorkan dompetnya, dengan embel-embel, "nanti Hikari cium tangan lagi deh."
Todongan berikutnya, Eyang Kakung melancarkan strategi baru.
"Ri, anak yang dapat uang banyak itu anak yang ikut puasa. Kamu kan gak ikut puasa?!"
"Hikari kan masih TK B. Kalau sudah sebesar Papa, baru Ari puasa..."
Eyang Kung gak mau kalah, "Anak TK puasa juga lah!"
Hikari menjawab, "Apakah kau sudah gila?!"
Satu rumah langsung terdiam dan kompak tertawa ngakak. Papap ikut tertawa walau sempat kesedak mendengar seruan Hikari.
Naluri guru-penjaga-moral-bangsa saya muncul. Anak saya tidak boleh kurang ajar pada orang tua.
"Ri, tidak boleh bicara begitu. Tidak sopan. Lagipula, Kau itu dipakai untuk teman-teman Hikari saja. Untuk orang yang lebih tua, Hikari bilang 'Anda'."
Hikari diam. Keningnya berkerut. Dia sedang berpikir.
Sedetik kemudian, tangannya teracung ke arah Eyang Kung lagi.
"Apakah ANDA sudah gila?!"
hikari ROCKKK
HAHAHAHAHA saya jadi ngefans nih... lucu juga yah hikari... AHAAHAHA ( ampe sakit perut )
pintar juga si Hikari, dibilangin sekali langsung mudeng dia. dasar anak-anak tetap aja bikin kita selalu tersenyum :D
Kakakakakakakakkakakaka.
anak muda jaman sekarang :D
hikari emang pandei deh ;)... gue suka gayanya :)) ...
hahhhaha.....nasehat loe belum selesai siih...
maap lahir batin ya Dev.....
huahahahahahaha Hikari emang cool :D
sun buat ari yaa dev..."sambil sodorin dompat yg nggak transparant ke hikari" :D
liburan kemana neeh??
OOT : tante devi, mohon diikhlaskan kalo ada saya salah ya =)
iya kemarin mudik, 10 hari, lumayan, mampir di jakarta sehari =)