Rumput Tetangga


The grass is always greener on the other side of the fence.


Buat saya, kata mutiara itu bukan sekedar kata mutiara. It's a fact! Rumput tetangga depan rumah memang lebih hijau. Jauuuuh lebih hijau.

Seluruh halaman rumahnya dilapisi rumput manila yang terawat rapi. Yang punya sepertinya mengalihkan energinya yang tak kesampaian dalam membuat bunga-bunganya berkembang (sebelum dipetiki Hikari) dengan merawat rapi rumputnya.

Saya sampai termimpi-mimpi melihat rumput tetangga itu. Kadang-kadang, saat sedang tidak mimpi, ya sampai ngeces. Lalu mimpi juga. Mimpi pengen punya rumah berumput manila tebal seperti tetangga itu. Saking mupengnya dengan rumput tetangga, saya membujuk si Papi.

Saya: Kumendan, tanam rumput manila kayak orang depan dong.
Si Papi: Beliin rumputnya.
Saya: Siap Kumendan, tapi nanti Kumendan yang nanem ya.
Si Papi: pura-pura gak denger.

Eh, seminggu yang lalu saya mendapat pencerahan.
Rumput yang helaiannya lebih tinggi dan tebal, menyerap air lebih banyak. Pada akhirnya, rumput jenis ini juga lebih ramah lingkungan.
Saya pun menyampaikan ilmu baru saya ke si Papi.

Saya: Pi, katanya rumput yang lebih tinggi daunnya itu lebih ramah lingkungan karena menyerap air lebih banyak.
Si Papi: Kalo gitu kan gampang solusinya. Murah lagi.
Saya: Ha?
Si Papi: Kamu ke lapangan kosong di blok sebelah, terus cangkulin tuh rumput liar disitu....

Aturan nomer satu: Komendan tidak pernah salah.

photo dari sini

4 comments:

    On 8:58 am, September 10, 2007 Anonymous said...

    ayo.. mulai mencangkul..... :))

    Aturan nomer dua: kumendan tidak bakal mencangkul.

    aturan nomer tiga: yang punya ide yang melaksanakan...

    maap lahir batin, selamat puasa yaa..

    On 9:39 am, September 11, 2007 Anonymous said...

    aturan nomer empat : kalo kumendan gak mau nanem, balik ke aturan nomer satu. :))

    met puasa, dev. maap lahir batin

Blogger Templates by Blog Forum